Ada beberapa kesulitan yang umumnya diperlihatkan penyandang dyspraxia.
Salah satunya kesulitan dengan koordinasi motorik halus.
Kesulitan dalam keterampilan motorik halus ini akan menyebabkan munculnya kesulitan lain yang lebih luas seperti kesulitan menggunakan garpu dan pisau, mengancingkan baju, menalikan sepatu, memasak, menyikat gigi, dandan, menata rambut, membuka-menutup stoples, membuka-mengunci pintu, dan melakukan pekerjaan rumah tangga.
Selain itu, anak juga mengalami kesulitan dengan koordinasi motorik kasar seperti berjalan, berlari, memanjat, dan melompat.
Kesulitan dyspraxia
Seseorang dengan dyspraxia mungkin akan memiliki kesulitan dalam mengatur kecepatan, keseimbangan, menggabungkan beberapa gerakan dalam sekuen waktu, mengingat sekuen gerakan, bermasalah dengan keberadaan ruang (jarak dan prediksi), bingung menentukan kanan kiri, clumsy, dan kelemahan dalam kelenturan otot.
Meski anak memiliki kesulitan motorik seperti yang disebutkan di atas, orangtua sebaiknya tidak terlalu mudah menjatuhkan vonis dyspraxia kepada anak, mengingat tidak semua kesulitan motorik anak berkaitan dengan dyspraxia.
Anak patut dicurigai menyandang dyspraxia bila selain mengalami masalah motorik di atas secara signifikan, ia juga mengalami berbagai gangguan lain seperti kesulitan mengingat instruksi dan menyalin tulisan dari papan tulis; juga tidak dapat menangkap konsep seperti “di bawah”, “di atas”, dan “di dalam”.
Selain itu, anak dyspraxia mengalami kesulitan dalam berkata-kata maupun mengekspresikan diri.
Malah, sebagian anak penderita dyspraxia mempunyai sifat terlalu sensitif dengan sentuhan.
Sebagian lain mengalami articulatory dyspraxia, yang menyebabkan mereka sukar berbicara dan mengeja.
Semua itu dapat menghambat anak saat bergaul maupun belajar.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
KOMENTAR