Nakita.id - Setiap perusahaan memiliki peraturan tersendiri terkait jam kerja, ada yang menetapkan sistem shift untuk karyawannya.
Bahkan meskipun seseorang sudah ditetapkan dengan jam kerja, ada beberapa dari mereka yang justru bekerja melewati batas tersebut.
Hampir 15 juta orang Amerika bekerja penuh waktu pada shift malam.
Menurut data pada 2004 dari U.S. Bureau of Labor Statistics dan laporan dari Centers for Disease Control and Prevention, karyawan yang bekerja pada shift malam justru jadwalnya tidak teratur, mungkin juga melebihi jam kerja.
BACA JUGA: Dads Alami Rambut Rontok Hingga Botak? Coba Atasi dengan Cara Ini
Selain itu, banyak orang dewasa di Amerika bekerja 50 jam atau lebih per minggu.
Ini bukan hanya terjadi di Amerika saja, bukan?
Orang-orang di seluruh dunia terlibat dalam kerja shift atau jam kerja yang panjang.
Itu bisa karena keinginan untuk mendapatkan uang tambahan, kesetiaan pada profesi, kebutuhan akan pekerjaan, tekanan kerja atau tidak menyelesaikan pekerjaan dengan tenggat waktu yang diberikan.
Apa pun alasannya, jam kerja seperti ini justru itu bisa berakibat buruk bagi kesehatan.
BACA JUGA :Bayinya Berusia 1 Minggu, Begini Penampilan Marissa Nasution Pasca Melahirkan
1. Menghambat tidur
Bekerja dalam shift atau berjam-jam, efeknya merusak waktu tidur Dads.
Pertama-tama, orang-orang yang bekerja shift malam sering mendapatkan waktu tidur kurang dari enam jam sehari.
BACA JUGA: Catat Dads, Daftar Makanan Terbaik Untuk Cegah Kecanduan Merokok!
Pekerja shift juga lebih mungkin mengalami tingkat serotonin yang lebih rendah, daripada pekerja non-shift.
Hal tersebut akan berdampak pada waktu tidur.
2. Meningkatkan risiko diabetes
Bekerja shift malam dapat meningkatkan risiko terkena diabetes, sebab kerja shift berdampak pada aktivitas insulin.
Ini juga menyebabkan tekanan darah tinggi, obesitas dan kadar kolesterol yang tidak sehat.
Dan hal itu merupakan faktor risiko serius untuk diabetes serta serangan jantung dan stroke.
Sebuah studi 2015 yang diterbitkan dalam Diabetology & Metabolic Syndrome juga menyoroti kaitan antara malam dan kerja shift, serta gangguan metabolisme, seperti diabetes.
BACA JUGA: Ini yang Perlu Diperhatikan Jika Pengidap Diabetes Ingin Berpuasa
Selain itu, kerja shift, khususnya shift malam menjadi tantangan bagi penderita diabetes.
karena dapat menyebabkan kesulitan yang berkaitan dengan waktu makan dan jadwal pengobatan.
3. Obesitas
Tidur terlalu sedikit atau tidur "melawan" jam biologis alami tubuh dapat menyebabkan obesitas.
Sebuah studi 2012 yang diterbitkan di Science Translational Medicine melaporkan bahwa terlalu
sedikit jam tidur atau tidak konsisten dengan "jam biologis internal" tubuh, maka dapat menyebabkan peningkatan risiko diabetes dan obesitas.
Dalam analisis 2017 dari 28 penelitian yang diterbitkan, kerja shift malam dikaitkan dengan 29 persen peningkatan risiko menjadi obesitas atau kelebihan berat badan.
4. Menghambat kesehatan jantung
Bekerja shift malam buruk untuk hati sekaligus jantung, karena Dads bekerja lebih banyak dan kurang istirahat.
BACA JUGA: Orang Gemuk Bisa Terhindar dari Penyakit Diabetes Kok, Ini Caranya!
Terlebih lagi, jika Dads sedang stres di tempat kerja, tubuh akan melepaskan hormon kortisol, yang keras di hati Dads.
Hal ini dapat meningkatkan risiko terkena stroke, penyakit arteri koroner dan banyak lagi.
5. Membuat tertekan
Pergeseran pekerjaan dapat berdampak pada kesehatan mental, Dads.
Tekanan, stres dan gangguan tidur semuanya memainkan peran utama dalam berkontribusi terhadap gangguan suasana hati seperti depresi.
Gangguan tidur yang terkait dengan kerja shift merupakan faktor yang berisiko depresi, gangguan bipolar bahkan bunuh diri.
Dalam sebuah studi 2008 di International Journal on Disability and Human Development, para peneliti menemukan bahwa kerja shift dapat meningkatkan risiko atau memperburuk gangguan mood, setidaknya pada individu yang rentan.
BACA JUGA : Kebiasaan ini Bisa Menyebabkan Kanker Hati seperti Ayah Olla Ramlan, No. 1 Sering Dilakukan!
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Kusmiyati |
KOMENTAR