Nakita.id - Apa manfaat bermain bagi anak? Bermain itu menyehatkan. Melalui aktivitas bermain, bayi jadi sehat.
Bagaimana itu bisa terjadi? Setidaknya menurut Jack Kern, profesor kinesiologi dari University of Arkansas, Amerika Serikat, anak-anak yang memiliki gaya hidup sedentari (kurang bergerak) tidak hanya berpontensi menjadi gemuk yang kemudian memicu beberapa penyakit seperti obesitas, jantung dan sebagainya tapi juga memiliki kecerdasan yang rendah.
Berbagai penelitian menyebutkan 70% perkembangan otak anak di 3 tahun pertama usianya bisa dioptimalkan melalui bermain.
Sebaliknya aktivitas bermain juga dapat dijadikan indikator apakah bayi itu sehat atau tidak. Secara umum hanya bayi sehat yang mau bermain dengan gembira. Bayi yang sedang sakit umumnya rewel, kalaupun dipaksakan bermain, ia tidak akan menanggapi/tidak bersemangat.
Jadi selama bayi masih terlihat antusias bermain, orangtua bisa menjadikannya sebagai indikator bahwa ia sehat. Melalui aktivitas bermain, bayi merasa fun. Ia bisa menggerakkan tubuhnya/tertawa/berteriak dan bergembira bersama orang dewasa yang mengajaknya bermain.
Keceriaan ini akan berpengaruh pada kesehatan emosinya. Secara umum kondisi emosi seseorang akan berpengaruh pada kerja otak, jantung, lambung dan anggota tubuh lainnya. Sangat penting membuat bayi selalu merasa fun sehingga pertumbuhannya optimal dan hal ini bisa dilakukan melalui aktivitas bermain.
Menurut Anna Freud, bentuk permainan yang sesuai untuk anak usia 3-18 bulan adalah body play, alias aneka permainan yang melibatkan aktivitas fisik, seperti cilukba, memanjat bantal, menggulirkan bola.
Sedang menurut Piaget permainan yang sesuai untuk anak usia 3-18 bulan adalah yang merangsang sensory-motor serta spontaneous play alias permainan spontan. Selain aneka bentuk permainan, yang tak kalah penting adalah mainan yang digunakan.
Sesuai tahapan perkembangan anak, untuk anak usia di bawah 12 bulan, mainan yang sesuai adalah rattles (mainan kerincingan), teething ring (mainan gigit-gigitan),music box (mainan yang mengeluarkan suara musik), dan sebagainya.
Baca Juga: 5 Manfaat Bermain Puzzle untuk Anak, Bisa Buat Produktivitas Si Kecil Meningkat
Hal penting yang harus diperhatikan selanjutnya adalah perilaku caregiver alias orang dewasa yang menemani anak bermain. Sering kali karena beranggapan anak masih bayi, caregiver asal menemani saja, bahkan sering kali bayi dibiarkan asyik bermain sendiri sementara caregiver di dekatnya melakukan aktivitas lain seperti membaca koran atau menonton teve.
Yang seperti ini tentu hasilnya tidak akan maksimal. Sebab di usia 1-3 bulan, bayi sudah mampu mengenali suara dan wajah orangtua, serta merespons senyuman dan sudah dapat dilibatkan dalam permainan.
KOMENTAR