Sebab mungkin saja hipertensinya tidak murni akibat kehamilan itu sendiri.
Melainkan dilatarbelakangi penyakit lain, seperti gangguan jantung, hingga perlu ditangani dokter spesialis jantung yang memang terbiasa menangani kasus-kasus seperti ini.
Selain itu, ada juga tekanan darah tinggi yang muncul karena kehamilan itu sendiri.
Di sini si ibu tidak "berbakat" hipertensi, namun selama hamil, tekanan darahnya mengalami kenaikan.
Penyebabnya, bisa karena faktor sosial ekonomi karena akan berimbas si ibu mengalami kekurangan gizi.
Bisa juga karena faktor genetik, atau adanya kelainan di sistem peredaran darah.
BACA JUGA: Tak Perlu Obat, 5 Makanan Enak Ini Dapat Redakan Mual Si Kecil Di Perjalanan Mudik
Karena preeklamsia merupakan salah satu risiko tinggi dalam kehamilan, Indra mengingatkan agar ibu hamil yang bersangkutan menjalani benar apa yang dipesankan dokter.
Guna menjaga kestabilan tekanan darahnya, mau tidak mau ibu harus teratur kontrol ke dokter, rajin mengonsumsi obat yang diberikan dokter untuk mengontrol tekanan darahnya.
Disamping itu juga disiplin menjaga/mengatur jenis dan porsi makanan, maupun melakukan aktivitasnya sehari-hari secara proporsional.
Alangkah baiknya juga bila menyediakan tensimeter sendiri di rumah, hingga bisa setiap waktu melakukan pendeteksian tekanan darah.
Kalau aturan dasar tersebut dipatuhi, diharapkan tidak terjadi komplikasi.
Dengan demikian janin diharapkan tetap bisa berkembang baik.
Kendati dalam ilmu kedokteran tidak ada yang serba pasti, "Semuanya kita pulangkan kepada yang Maha Kuasa," ujar Indra bijak.
BACA JUGA: Jadi Idola Para Perempuan, Yuk Intip Ruang Tamu Rumah Baim Wong!
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR