Nakita.id – Sudah seharusnya pernikahan menjadi momen yang membahagiakan untuk suami dan istri, namun tak sedikit orang yang mengalami kekerasan dalam rumah tangganya.
Berdasarkan data yang dirilis oleh the National Violence Against Women, setiap tahunnya sebanyak 3,2 juta pria dan 1,9 juta wanita melaporkan bahwa mereka mengalami kekerasan fisik dalam rumah tangga.
Selain itu, data statistik yang ditunjukkan oleh National Society for the Prevention of Cruelty to Children, sebanyak 1 dari 14 anak (1 dalam 15 menurut Koalisi Nasional Melawan Kekerasan Dalam Rumah Tangga) merupakan korban kekerasan fisik.
Melihat dari data yang ada, kebanyakan korban yang mengalami kekerasan dalam pernikahan adalah perempuan dan anak-anak.
BACA JUGA: Genap 22 Tahun Berkarya, Personel Project Pop Unggah Kenangan Mengharukan Ini
Jika berbicara mengenai kekerasan, kebanyakan orang akan merujuk pada kekerasan fisik semata.
Padahal, ada bentuk kekerasan lain yang bisa dialami siapa pun yaitu kekerasan verbal atau melalui kata-kata.
Waspadai jika Moms mengalami satu dari beberapa ciri berikut ini maka Moms terjebak dalam pernikahan yang dipenuhi oleh kekerasan verbal.
Merasa ketakutan padahal tidak diteriaki
Mungkin kebanyakan orang berpikir bahwa kekerasan verbal identic dengan teriakan, padahal pelaku kekerasan psikologis cenderung membuat korbannya meragukan dirinya sendiri.
Dengan demikian, orang yang melakukan kekerasan verbal tidak selalu berperilaku agresif karena ancaman bisa muncul secara implisit dan tidak disadari.
BACA JUGA: Pakai Busana dari Tenun Ikat, Andien dan Keluarga Tuai Pujian Warganet
Membandingkan dan menyalahkan Moms atas segala sesuatunya
Moms tentu ingin pasangan menerima diri apa adanya, jika pasangan selalu membandingkan Moms sehingga membuat Moms selalu merasa bersalah dapat dipastikan Moms mengalmi kekerasan verbal.
Perbandingan bisa berbentuk apa saja, misalnya mengatakan wanita lain lebih pintar dan memiliki nilai lebih disertai nada mencela dan mengejek.
Perlahan, hal itu tentu akan merusak kepercayaan diri dan membuat Moms merasa berkecil diri serta merasa tidak berguna.
BACA JUGA: Cara Mudah Membuat Telur Pindang Cantik Dengan Resep Berikut Ini
Merasa terintimidasi sepanjang waktu
Ciri lain kekerasan verbal yaitu saat Moms merasa terintimidasi ketika dekat dengan pasangan, bahkan walaupun ia belum mengatakan apapun.
Sinyal ini bisa sangat halus, mulai dari lelucon dan komentar merendahkan menggunakan bahasa yang tidak pantas yang merusak harga diri.
Merasa dituduh dan diinterogasi di setiap kesempatan
Saat pasangan tidak merasa percaya diri, ia akan merasa tak aman dan tidak yakin dengan dirinya sendiri.
Hal inilah yang membuatnya akan menanyakan Moms, namun dengan nada menuduh dan interogatif setiap waktu.
Cenderung memiliki perubahan negatif suasana hati
Menjadi korban kekerasan verbal dapat berdampak terhadap kondisi lahir dan batik kita, salah satunya cenderung mengalami perubahan emosi dalam suasana hati.
BACA JUGA: Sering Bermimpi Buruk? Waspada dengan Kondisi Kesehatan Ini!
Menghasilkan anak dengan perilaku serupa
Jika Moms menjadi korban kekerasan verbal dan disaksikan oleh Si Kecil, maka tidak menutup kemungkinan ia akan tumbuh menjadi sosok yang melakukan hal serupa pada orang lain di masa mendatang.
Penelitian menunjukkan, seorang anak yang dibesarkan di lingkungan di mana orang tuanya tidak mampu mengendalikan emosi mereka, maka ketika dewasa mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang agresif secara verbal karena mereka tidak belajar bagaimana mengendalikan perasaan mereka.
Source | : | steptohealth.com,marriage.com |
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR