Soalnya, guru pria lebih mengedepankan akal ketimbang perasaan. Contohnya saat ada anak yang terjatuh.
"Oke, ayo bangun. Enggak apa-apa. Sakit? Nah itulah risikonya jatuh." Sederhana tapi amat mengena bukan?
Kemampuan bereksplorasi anak pun jadi bisa lebih bebas, luas, dan terasah berkat pengawasan dan bimbingan si bapak guru. Mau memanjat? "Oke." Ingin meniti jembatan bambu? "Silakan, tapi tahu tidak bagaimana caranya?"
Boleh jadi si bapak guru sama sekali tidak keberatan karena ia pernah melakukannya dan tahu persis bagaimana caranya, termasuk cara melakukan penyelamatan saat terjadi kecelakaan.
Dengan demikian anak dimungkinkan untuk lebih pede alias percaya diri dan berani.
BACA JUGA: Sstt...Ada Rahasia Dibalik Telapak Tangan Dengan Garis X, Cek Sekarang
Sementara guru wanita umumnya kurang berani melepas anak.
Kalau anak minta hal yang sama pada ibu guru kemungkinan besar si guru akan melarangnya atau membolehkannya tapi dengan disertai segudang nasehat atau perasaan waswas.
* Wawasan murid jadi lebih luas
Khusus untuk anak perempuan, dengan adanya guru laki-laki, ia jadi punya tambahan pengetahuan mengenai sosok laki-laki di luar diri ayahnya atau saudara laki-lakinya.
Uniknya, anak perempuan pun biasanya jauh lebih mau mendengarkan/menuruti apa yang dikatakan bapak guru ketimbang ibu guru.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR