Nakita.id - Memilih alat makan untuk anak harus benar-benar memperhatikan bahan pembuatnya.
Kenali mana yang aman digunakan dan mana yang dihindari.
1. Produk Plastik
Umum digunakan sebagai wadah penyimpanan bahan makanan, bungkus kemasan, alat makan/minum serta produk botol-botol susu untuk bayi.
Produk plastik yang aman atau yang mengklaim keamanannya, biasanya memiliki harga relatif lebih mahal dari produk biasa lainnya.
Menjadi berbahaya bila terdapat komponen kimia plastik seperti polistirena, polietilen, polipropilene, dan polivinyl klorida, umumnya mengandung pula bahan tambahan lain seperti bahan penstabil dan bahan pelembut (yang membuat bahan produk plastik bersifat elastis sehingga dapat dibentuk bulat, persegi, dan sebagainya).
Pada bahan tambahan tersebut terkandung logam berat seperti timbel (Pb) dan senyawa ftalat disamping sifat bahan monomer plastik yang diketahui bersifat racun sehingga berbahaya bagi kesehatan, jika terjadi pelepasan dan berkontak dengan bahan makanan dan minuman.
Pada produk-produk plastik yang aman, sifat bermigrasi atau pelepasan zat kimia ftalat yang terkandung, relatif terkontrol dengan baik sehingga tidak melewati nilai batas tertentu yang dapat membahayakan kesehatan tubuh (BPOM No. HK 00.05.55.6497 tentang Bahan Kemasan Pangan, 2007).
Bahkan, kini tersedia bahan plastik yang relatif tidak mengandung bahan tambahan tersebut seperti polikarbonat atau poliselulossa (serat alam).
2. Produk Stirofoam
Produk ini - bisa berbentuk mangkuk, piring dan lainnya - kerap digunakan sebagai wadah makanan.
Bahkan, beberapa produk bahan pangan instan menggunakan stirofoam sebagai wadah untuk membuat bahan pangan tersebut.
Bahan utama produk ini sebetulnya sama dengan produk plastik, namun komponen utamanya monostiren.
Bahan inilah yang membahayakan kesehatan jika terjadi pelepasan dan kontak dengan makanan yang bersuhu tinggi, semisal mi instan.
Maka itu, penggunaan kemasan ini haruslah tepat agar keamanan pangannya dapat terpenuhi.
Untuk amannya, stirofoam jangan sering digunakan pada suhu tinggi sebagai wadah produk makanan cair/padat agar pelepasan bahan kimia berbahaya tidak terjadi.
Hindari mengalasi dengan kertas cokelat pembungkus nasi, mengingat kertas ini mengandung monomer plastik sebagai pelapis agar kedap/tahan air.
Jika memungkinkan, lapisi stirofoam dengan daun pisang yang sudah dibersihkan.
Alternatif produk stirofoam sebagai bahan kemasan yang lebih aman adalah kemasan kardus dari bahan kertas (banyak dijual di pasaran).
3. Produk Kaleng
Bisa ditemui pada kemasan makanan kaleng seperti ikan sardin dan kornet, minuman kaleng semisal softdrink atau sari buah.
Produk ini bisa terbuat dari bahan alumunium, seng, atau campuran zat besi.
Jika komponen produk kemasan ini berasal dari logam utama saja (contoh, alumunium), maka produk tersebut memiliki nilai batas bahaya yang cukup tinggi sehingga relatif aman digunakan pada kadar tertentu.
Sebaliknya, produk kaleng yang mengandung logam campuran (berupa timbel, cadmium atau chrom), mempunyai nilai batas bahaya yang lebih rendah dikarenakan sifat bahaya dari logam tersebut dan ada risiko pelepasan komponen campurannya.
Risiko lain, terjadinya kontak dengan bahan pangan yang kemudian menimbulkan suatu perubahan fisik, seperti bahan pangan yang bersifat asam dan terkontak lama dengan produk kaleng sehingga terjadi korosif atau karat.
Untuk menghindari kontak langsung bahan pangan dengan kemasan, umumnya pihak produsen akan melapisi kemasan kaleng ini dengan bahan pelapis semacam plastik sehingga kedap air.
Jika seperti ini, yang dikhawatirkan terjadinya pelepasan komponen bahan kimia dari plastiknya.
Tentu risikonya akan lebih kecil jika menggunakan pelapis plastik yang tidak mengandung bahan tambahan lain yang dizinkan oleh lembaga Pemerintah BPOM maupun Departemen perdagangan (Peraturan BPOM tentang Bahan Kemasan Pangan, 2007).
Sebaiknya gunakan wadah kemasan pangan yang terdaftar (merek) sesuai peraturan Pemerintah (BPOM) agar keamanan pangan dan kesehatan terlindungi.
4. Produk Melamin
Produk melamin yang umumnya berpenampilan menarik dengan aneka gambar dan warna, paling banyak digunakan untuk peralatan makan dan minum balita. Jika terbuat dari komponen melamin murni, produk ini sebenarnya relatif aman.
Kandungannya yang lebih masif membuat produk melamin lebih tahan panas, tahan asam maupun tahan basa/alkalis sehingga proses pelepasan yang terjadi relatif kecil.
Kekhawatiran muncul jika produk ini dipalsukan dan ditambah dengan campuran bahan lain yang bukan melamin murni.
Tapi itu merupakan senyawa urea formaldehid (biasa digunakan untuk alat-alat listrik, seperti alat kontak listrik di rumah), di samping kandungan bahan tambahan seperti timbel (terutama dalam warna pada melamin) yang diketahui dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
Biasanya produk tak terdaftar ini jauh lebih murah harganya di pasaran.
Nah, komponen yang membahayakan inilah yang ada risiko terlepas dan kontak dengan makanan sehingga kemudian dikonsumsi anak.
Formaldehid diketahui dapat mengganggu sistem pencernaan, fungsi hati, bahkan dapat menyebabkan kanker.
Sementara timbel dapat menurunkan tingkat kecerdasan anak (IQ) atau fungsi organ ginjalnya.
KOMENTAR