Nakita.id - Kebanyakan orang berpikir, bahwa kelainan tulang belakang hanya bisa diderita oleh orang dewasa, seperti skoliosis.
Skoliosis ialah kelainan tulang belakang yang membuat tulang melengkung secara tidak normal.
Ada beberapa jenis skoliosis jika dilihat dari segi usia.
Pertama yaitu infantile atau skoliosis yang terjadi sejak bayi hingga usia 3 tahun, belum ada riset pasti mengenai apa penyebab hal ini.
Namun, biasanya skoliosis yang terjadi pada bayi merupakan jenis skoliosis kongentinal yaitu kelainan bawaan sejak lahir.
Biasanya, bayi akan mengalami kondisi butterfly vertebra, yaitu kondisi abnormal pada leher dan ruas tulang belakang.
Normalnya berbentuk kotak jika mengalami skoliosis maka berbentuk segitiga.
Kedua yaitu juvenile scoliosis yang terjadi di usia 4-9 tahun, adolescent yaitu skoliosis di usia remaja (10-19 tahun) dan adult scoliosis, yaitu skoliosis yang terjadi menjelang seseorang berusia dewasa.
BACA JUGA: Sedang Sakit Gigi, Perlakuan Kecil Ashanty Ini Bikin Aurel Makin Sayang
Sementara, skoliosis yang terjadi di usia tua yaitu De Novo scoliosis yang umumnya disebabkan faktor penuaan dimana kondisi tulang kian melemah.
Penting untuk digaris bawahi, kondisi kelainan tulang belakang ini umumnya tidak menunjukkan gejala apapun.
"Kalau yang mengalami anak kecil dan remaja biasanya belum merasakan apa-apa karena postur tubuh masih ideal dan fungsi organ juga masih optimal, tetapi kalau derajat lengkungan tulangnya sudah mencapai 40 derajat atau lebih biasanya seseorang akan merasa sesak dan nyeri di bagian punggung," terang Labana Simanihuruk B.Sc selaku Brace & Rehab Clinician dalam Seminar Media Scoliosis Care di Jakarta, Selasa (17/7).
Untuk itu, penting bagi kita mendeteksi sejak awal sehingga seseorang dapat menghindari kondisi yang lebih parah.
Salah satunya yaitu melakukan scoliosis screening sebanyak dua kali, yaitu ketika usia 9-10 tahun dan 14 tahun untuk remaja.
Hal itu disebabkan, progresivitas perkembangan skoliosis terjadi ketika seseorang berusia 10-18 tahun sehingga masih mudah untuk memperbaiki derajat lengkungan tulang yang dialami.
Deteksi dini juga penting yaitu dengan cara sebagai berikut:
BACA JUGA: Komentar Krisdayanti di Instagram Aurel Tuai Banyak Komentar, Kenapa?
1. Mengecek dari belakang:
- Apakah bahu sudah asimetris atau ada yang miing,
- Adanya tonjolan pada tulang bahu, pinggang dan pinggul,
- Adanya kurva atau lengkungan di tempat yang tidak sehausnya
- pinggul dan pinggang yang terlihat miring.
2. Mengecek dengan cara membungkuk:
- Adanya punuk di punggung bagian atas, dan
- Adanya punuk di punggung bagian bawah
Di dunia digital, Moms dapat mengunduh aplikasi bernama ScoliCheck untuk mengukur derajat kelengkungan tulang serta Posture Corrector yang akan membantu memberitahu jika kita melakukan postur tubuh yang tidak tepat.
Agar lebih meyakinkan, Moms dapat mengadakan screening lebih lanjut ke dokter untuk hasil lebih akurat.
Namun, bukan berati skoliosis tak bisa dicegah Moms. Selain deteksi dini, hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir risiko skoliosis yaitu dengan berolahraga.
BACA JUGA: Dinilai Ekstrem, Tapi Ini Manfaat Tak Terduga Olahraga Panjat Tebing Bagi Tubuh
"Harus be active ya, orang skoliosis harus diam itu mitos yang sudah tidak relevan justeru harus banyak bergerak untuk memperkuat otot.
Misalnya jalan kaki selama 40 menit itu efektif dibandingkan berenang, tetapi perhatikan juga kalau derajat lengkungnya sudah melewati 20 derajat jangan terlalu berat.
Yang paling penting ya ergonomis lifestyle tadi itu, upayakan untuk duduk, berdiri dan menulis dengan posisi yang benar", pungkas Labana.
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR