Nakita.id - Saat hendak memeriksakan kondisi kesehatan kelamin, biasanya beberapa orang cenderung memiliki preferensi dokter yang diinginkannya.
Misalnya, agar merasa nyaman, laki-laki akan lebih memilih memeriksakan diri ke dokter laki-laki sedangkan perempuan akan lebih memilih memeriksakan diri ke dokter perempuan.
Namun bukan hanya sekedar rasa nyaman, sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa dalam kondisi tertentu, pemilihan dokter laki-laki atau perempuan benar-benar memberikan peluang seseorang untuk bertahan hidup.
BACA JUGA: Hidup Di Tengah Hiruk Pikuk Perkotaan Bisa Merusak Jantung, Ini Faktanya!
Dilansir dari Hello Magazine, para peneliti di University of Minnesota menemukan bahwa pasien serangan jantung perempuan memiliki kemungkinan risiko meninggal yang lebih besar ketika dirawat oleh seorang dokter laki-laki daripada dokter perempuan.
Dampaknya pun sangat kuat.
Hanya dengan memiliki lebih banyak dokter perempuan di ruang gawat darurat dapat meningkatkan peluang perempuan untuk bertahan hidup.
Kok bisa?
BACA JUGA: Resmi Pacaran Dengan Jessica, Ini Sapaan Manis El Untuk Richard Kyle
Para peneliti mempelajari penerimaan departemen gawat darurat untuk serangan jantung di negara bagian Florida AS antara tahun 1991 dan 2010.
Mereka menemukan, ketika semua faktor lain telah dipertanggungjawabkan, laki-laki dan perempuan memiliki hasil yang sama untuk bertahan hidup ketika dilihat oleh dokter perempuan.
Perempuan akan memiliki risiko kematian yang lebih besar ketika dilihat oleh dokter laki-laki.
Pasien perempuan yang dirawat oleh dokter laki-laki 1,5% lebih kecil kemungkinannya untuk bertahan dari serangan jantung daripada yang dilihat oleh dokter perempuan.
BACA JUGA: Bisa Berbahaya, Jangan Abaikan 10 Gejala Sederhana Ini Ketika Terjadi Pada Anak
Mereka juga menemukan bahwa seorang perempuan dirawat oleh dokter laki-laki, dia lebih mungkin untuk bertahan hidup jika departemen darurat memiliki sejumlah besar dokter perempuan yang sebelumnya telah merawat pasien serangan jantung lainnya.
Dr Brad Greenwood, profesor asosiasi dan ilmu keputusan di universitas, menyarankan bahwa stereotip korban serangan jantung sebagai laki-laki yang kelebihan berat badan, laki-laki paruh baya dapat berkontribusi pada hasilnya.
"Satu alasan bisa jadi pasien perempuan lebih nyaman melakukan advokasi untuk diri mereka sendiri dengan dokter perempuan," katanya.
"Atau itu mungkin karena perempuan lebih cenderung menyajikan dokter atipikal dan perempuan lebih baik dalam mengambil petunjuk daripada rekan laki-laki mereka," tambahnya.
Penelitian ini meminta agar lebih banyak dokter perempuan yang ditugaskan dalam bangsal gawat darurat.
Selain itu, mereka juga meminta agar pelatihan pada dokter ditingkatkan sehingga serangan jantung tidak dilihat sebagai masalah khusus laki-laki.
BACA JUGA: Titiek Puspa Cegah Kembalinya Kanker dengan Tidak Konsumsi Anggur, Kenapa?
Source | : | Hello Magazine |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR