Nakita.id - Sehat tidaknya gaya hidup seseorang memiliki peran penting dalam risiko pengembangan diabetes tipe 2.
Diabetes tipe 2 ialah kondisi kelainan metabolik yang membuar tubuh tidak efektif dalam menggunakan insulin atau kekurangan insulin yang relatif dibandingkan kadar gula darah.
Biasanya diabetes tipe 2 terjadi pada orang-orang yang memiliki berat badan berlebih dan kekurangan gerak fisik.
BACA JUGA: Intip Jonatan Christie Tengah Bermain, Ekspresi Tengil Kevin Sanjaya Sukses Curi Perhatian
Namun tidak hanya itu saja, kebersihan mulut juga memilik hubungan baik dengan risiko salah satu penyakit degeneratif ini.
Dilansir dari Reader's Digest, risiko diabetes tipe 2 dapat diminimalisir dengan perawatan kebersihan dan kesehatan mulut.
Sebab setiap bentuk peradangan atau gingivitis dapat picu peradangan di bagian lain.
Untuk itu American Diabetes Association merekomendasikan menyikat gigi dan flossing (membersihkan gigi dengan benang) untuk mencegah plak serta masalah gigi lainnya.
Selain itu, berikut beberapa hal yang harus diketahui tentang diabetes tipe 2.
BACA JUGA: Pensiun Setelah Asian Games, Ini Potret Rumah Liliyana Natsir Seharga Rp 1,5 M
Berat badan bayi
Menurut Joslin Diabetes Center, bayi yang lahir empat kilogram memiliki risiko yang lebih besar untuk mengembangkan diabetes tipe 2.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan di atas rata-rata.
Salah satunya ialah wanita yang didiagnosis dengan diabetes gestasional cenderung untuk menambah berat badan selama kehamilan dan melahirkan bayi yang lebih besar.
Genetika memainkan peran pendukung
Sama seperti beberapa penyakit dan kondisi lain, genetika dapat berkontribusi terhadap risiko diabetes tipe 2.
Bahkan jika anggota keluarga dekat memiliki diabetes tipe 2, seseorang mungkin tidak mengalami nasib yang sama.
BACA JUGA: Tak Ikuti Jejak Orangtua, Anak Artis Ini Sukses Harumkan Nama Indonesia Dengan Cara Lain!
Namun Diabetes tipe 2 memiliki hubungan yang lebih besar dengan diet dan gaya hidup daripada riwayat keluarga, meskipun memiliki saudara kandung atau orang tua dengan penyakit ini meningkatkan peluang.
Gula tidak terlarang
Diabetes tipe 1 secara langsung berkaitan dengan bagaimana tubuh memproduksi insulin dan menyerap glukosa, sehingga seseorang dengan diabetes tipe 1 harus mengamati asupan gula mereka.
Hal ini pun berlaku pula untuk penderita diabetes tipe 2.
Namun bukan berarti bila penderita diabetes tipe 2 harus benar-benar melepas gula seutuhnya.
"Tentu saja membatasi jumlah besar gula tambahan dalam soda dan permen, bersama dengan tambahan lemak dalam makanan olahan adalah win-win untuk pencegahan," kata Dr. Joel Khan, MD, pendiri Pusat Khan.
BACA JUGA: Lama Jalani Pengobatan, Ini Penampilan Perdana Istri Indro Warkop di Gala Premiere Wiro Sableng
Diabetes tipe 2 meningkatkan risiko penyakit dan kondisi lain
Obesitas dan diabetes tipe 2 sering berjalan seiring, tetapi perkembangan diabetes tipe 2 juga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Menurut Dr. Kahn serangan jantung dan risiko stroke meningkat sebanyak dua sampai empat kali lipat karena "peningkatan gula darah (dan kerusakan) arteri dan saraf, yang dikaitkan dengan kelainan kolesterol darah, tekanan darah, dan peradangan".
Tidak ada batasan makanan
“Pasien saya dengan diabetes mellitus tipe 2 terkejut bahwa mereka dapat makan banyak buah utuh, bahkan mangga dan pepaya, jika mereka membatasi minyak tambahan dan lemak makanan,” kata Dr. Kahn.
BACA JUGA: 180 Derajat Manglingi, Tampilan Evelyn Mantan Istri Aming Sukses Hebohkan Warganet, Mirip BCL
“Dengan menghilangkan lemak tambahan, mereka mendapatkan kembali sensitivitas insulin dan menikmati makanan utuh sehat yang penuh warna dan lezat lagi," tambahnya.
Hormon
Setiap fase kehidupan seorang wanita didominasi oleh hormon.
Salah satunya apakah tubuh mengembangkan diabetes tipe 2 atau tidak.
Menurut Joslin Diabetes Center, wanita dengan Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) lebih mungkin untuk mengembangkan diabetes tipe 2 karena kondisi ini terhubung dengan peradangan dan kelebihan insulin.
BACA JUGA: Titiek Puspa Cegah Kembalinya Kanker dengan Tidak Konsumsi Anggur, Kenapa?
Source | : | Reader's Digest |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR