Nakita.id - Disfungsi ereksi merupakan jenis gangguan seksual yang paling sering dialami oleh kaum pria.
Disfungsi ereksi merupakan ketidakmampuan pria untuk mencapai dan memertahankan ereksi yang sempurna untuk aktivitas seksual yang memuaskan.
Berdasarkan data dari seluruh dunia, umumnya para Dads yang mengalami disfungsi ereksi yaitu di usia 40 hingga 80 tahun.
Akan tetapi, menurut pengakuan dari dr. Nugroho Setiawan, Sp. And, banyak pasien yang tidak menyadari bila dirinya menderita disfungsi ereksi.
BACA JUGA: Pentingnya Respons Seksual Sebelum Melakukan Hubungan Seksual
"Pria menganggap bila penisnya bisa masuk, penetrasi ke vagina itu dia tidak disfungsi ereksi. Padahal itu salah," ujar Nugroho dalam talkshow 'Sadari Penyebab dan Faktor Risiko Disfungsi Ereksi'.
Ketika mengalami ereksi, maka penis pria akan membesar dan mengeras, yang mana tingkat kekerasan penis saat ereksi atau Erection Hardness Score (EHS) dibedakan menjadi 4 dan yang tidak mengalami disfungsi ereksia adalah yang tingkat ke 4.
"Yang tidak disfungsi ereksi itu yang EHS-nya 4, itu keras sekali seperti timun muda. Yang 1, 2 dan 3 juga sebenarnya masih bisa dikatakan ereksi karena ada pembesaran penis. Tapi, itu belum sempurna dan bisa dikatakan mengalami disfungsi ereksi," imbuh Nugroho menjelaskan.
Untuk mengobati disfungsi ereksi, menurut Nugroho ada tiga lini yang dapat dilakukan oleh dokter kepada pasiennya.
BACA JUGA: Ternyata, Hal Ini Bisa Memicu Terjadinya Mimpi Basah Pada Orang Dewasa
"Dokter ini semuanya punya SOP punya aturan tidak bisa langsung ngawur, harus urut dari lini 1 sampai ke 3," ujarnya saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.
Lini pertama dalam pengobatan disfungsi ereksi yaitu meliputi pemberian PDE-5 inhibitors (sildenafil, tadalafil, vardenafil) dan vakum.
"Dokter wajib memberika PDE-5 inhibitors, yaitu obat yang terkenal dengan erectogenic. Untuk pasien yang diperbolehkan mendapat obat ini adalah pria yang memiliki tekanan darah rendah atau pria yang sedang mengonsumsi obat pelebar pembuluh darah," jelas Nugroho.
Nugroho melanjutkan, hal itu dikarenakan prinsip kerja PDE-5 menyebabkan pembuluh darah melebar yang konsekuensinya akan membuat tekanan darah turun.
BACA JUGA: Si Kecil Mulai Bisa Tengkurap? Jangan Khawatir, Ikuti Saran Dokter Reisa Agar Tetap Aman
Selain memberikan PDE-5, pada lini pertama pun boleh ditambah dengan melakukan vakum yang dipasang di penis menggunakan alat khusus yaitu penjepit vena.
"Tetapi di lini satu ini ada lagi, dokter wajib mencari penyebabnya. Misalnya pasien ini punya gaya hidup yang buruk seperti perokok. Mungkin juga pasien ini gemuk, makanya harus memperbaiki gaya hidup. Lalu, pasien juga ga pernah istirahat, ga tidur," ungkap Nugroho beberapa waktu lalu.
Apabila pengobatan di lini pertama gagal, maka hal yang harus dilakukan adalah melakukan pengobatan di lini kedua dengan injeksi intracavernous.
"Di penis ada benjolan dua yang isinya pembuluh darah, dokter pasti memberikan obat yang memaksa pembuluh darah itu lebar yang membuat ereksi," kata Nugroho menjelaskan.
BACA JUGA: Ingin Menyapih Tanpa Drama? Intip Cara Dari Dokter Reisa Broto Asmoro
Namun, apabila pengobatan lini kedua masih gagal, maka harus naik ke lini ketiga yaitu penile protheses dan operatif pembuluh darah.
"Kalau pembuluh darah vena rusak ya dioperasi. Tapi saya pastikan jika disfungsi ereksi itu bisa diatasi oleh dokter," ujarnya.
Nah, untuk mencegah disfungsi ereksi, maka sebaiknya Dads harus mengubah pola hidup ke arah lebih yang sehat.
Serta wajib berolahraga setidaknya 30 menit perhari, yang mana olahraga yang baik untuk mencegah disfungsi ereksi adalah kardio seperti berlari, bersepeda, dan lainnya.
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Penulis | : | Finna Prima Handayani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR