Nakita.id - Bagi sebagian orang sekolah merupakan sebuah impian dan prioritas utama.
Mereka akan melewati apapun demi tiba di sekolahnya.
Tidak sedikit kisah bocah pedalaman yang harus melintasi sungai atau jalanan panjang berbatu hanya karena ingin tetap masuk sekolah.
Sama halnya dengan kisah anak-anak pedalaman tersebut, bocah yang tinggal di Tebedu, Serian, Negara Bagian Serawak Malaysia ini harus melintasi 2 negara setiap harinya saat berangkat sekolah.
Baca Juga : Saingi Nia Ramadhani, Begini Mewahnya Sekolah Anak Ruben Onsu dan Sarwendah!
Hal ini dijelaskan melalui sebuah tayangan video yang diunggah oleh akun Twitter Resmi Direktorat Jendral Imigrasi, @ditjen_imigrasi.
Dalam video tersebut, bocah yang bernama Nursaka atau Saka bersekolah di Sontas, Entikong, Kalimantan Barat.
"Kami bertemu dengan Saka, seorang siswa SD yang sehari-hari melintasi dua negara lewat PLBN Entikong untuk berangkat sekolah ke Indonesia," tulis Direktorat Jenderal Imigrasi pada unggahan tersebut.
Saka merupakan Warga Negara Indonesia yang tinggal di perbatasan Indonesia - Malaysia.
Sehingga untuk pergi ke sekolah, Ia selalu melewari PLBN (Pos LIntas Batas Negara) Entikong.
"Nama saya Nursaka. Tinggal di Tebedu, sekolah di Sontas (Entikong). Kalau berangkat sekolah lewat PLBN," ujar bocah 8 tahun itu dalam video.
Karena setiap hari Ia selalu melintasi PLBN, maka Ia mempunyai surat PLB (Pas Lintas Batas).
PLB merupakan dokumen perjalanan yang dimiliki khusus warga sekitar perbatasan.
Untuk berangkat sekolah, Saka selalu menumpang kendaraan umum.
Baca Juga : Masih 9 Tahun, Anak Laki-Laki Ini Bunuh Diri Akibat Dibully Teman Sekolahnya
"Saya berangkat sekolahnya naik ojek, pulangnya naik mobil," sambungnya.
Kami bertemu dengan Saka, seorang siswa SD yang sehari-hari melintasi dua negara lewat PLBN Entikong untuk berangkat sekolah ke Indonesia
— DitJen Imigrasi (@ditjen_imigrasi) September 7, 2018
Cc. @imigrasientikong#imigrasientikong #imigrasiindonesia #imigrasi pic.twitter.com/tUVJfDpYCK
Kisah ini dibagikan oleh DitJen Imigrasi pada Jumat (7/9/2018) kemarin.
Dan ternyata kisah Saka ini cukup menyita perhatian publik.
Sebanyak 3600 pengguna Twitter telah menyukai tayangan ini dan dibagikan juga oleh 3200 pengguna media sosial yang sama.
Kisah ini pun menjadi viral dan banyak yang memuji kegigihan Saka.
"Anak sd yg punya rasa nasionalis yg tinggi..patut kita apresiasi semangat anak kita ini generasi anak bangsa," tulis akun @sarjanasinulin1.
"Kok salute yaaa. Aku terharuuu. Semangat dek sekolahnya! Semangat raih cita2mu. Tuhan memberkati selalu," sambung akun @dyahayuMM.
"Berangkat sekolah tinggal naik ojek sekali aja udh males, anak ini mesti lewat PLBN tiap hari. Salut." ujar pemilik akun @ernadia.
"Anak ini hebat dan punya disiplin," tulis akun @oktavianto19.
Pos Lintas Batas Negara di Entikong ini seakan menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga yang tinggal di sekitar wilayah perbatasan tersebut.
Pembangunan yang dimulai sejak tahun 2015 ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian warga di sekitarnya.
Seperti yang diharapkan oleh Hermanto (28) yang bekerja sebagai tukang ojek di PLBN Entikong.
Melansir Kompas.com, Ia berharap PLBN baru ini bisa mendatangkan lebih banyak aktivitas perekonomian sehingga pendapatannya semakin meningkat.
"Yang penting keamanan meningkat sehingga banyak orang Malaysia yang nyaman datang ke Entikong," demikian harapan Hermanto.
Begitu pula yang diharapkan oleh seorang warga dari Melawi, Kalimantan Barat ini.
"Kalau dari PLBN sendiri tentu saja semakin banyak orang yang masuk dari negara tetangga yang pasti berpengaruh pada kegiatan ekonomi," ujar seorang dosen di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Melawi, Widya, pada Minggu (19/8/2018) lalu saat menghadiri upacara bendera di PLBN Entikong.
Rencananya, pembangunan infrastruktur di PLBN Entikong ini ditargetkan akan rampung pada akhir tahun ini.
Baca Juga : Gisel Ungkapkan Perbedaan Signifikan Sebelum dan Setelah Gempi Sekolah
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Source | : | Kompas.com,Twitter,tribunnews |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR