Baca Juga : 4 Cara Mencegah Serangan Stroke, Yuk Terapkan Sekarang Juga!
Menurut Ajeng, pemberian label positif sebenarnya tidak masalah selama tidak membebani anak.
Selain itu, penting untuk orangtua menjelaskan lebih spesifik dari pemberian label yang dimaksud.
“Misalnya ‘Dia pintar banget’, kata pintar itu luas dan akhirnya bisa menyesatkan anak. ‘Katanya aku kan pinter, kok aku sainsnya jelek?’. Lalu dia murung. Nah, oleh karena itu orangtua harus memberikan penjelasan lebih spesifik. ‘Oh, pintar bahasa inggris maksudnya’,” jelas Ajeng.
Senada dengan Ajeng, Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Psi., Psikolog Anak dan Keluarga, dari Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa efek labeling itu tidak melulu negatif. Ada juga yang positif.
Labeling bisa memotivasi seseorang untuk mencapai seperti yang diharapkan, sebab labeling sama seperti memberikan label di kaleng makanan.
Dimana kita menempatkan kata-kata tertentu pada seseorang yang seakan-akan memberikan merek bahwa dia adalah seperti itu.
Baca Juga : Meniup Makanan Bayi Sesungguhnya Tidak Dianjurkan, Akan Menularkan Bakteri Ini!
Namun di balik efek positif tersebut, tersimpan pula efek negatif bila tindakan labeling diberikan secara terus-menerus dan tanpa pembuktian.
“Efek negatif labeling itu banyak yang negatif. Efek negatif labeling itu adalah membatasi,” ujar Anna Surti Ariani atau yang akrab disapa Nina ini saat ditemui dikawasan Depok, Jawa Barat, pada Kamis (13/9).
Nina menjelaskan setidaknya ada 3 efek negatif yang perlu disadari dari tindakan labeling pada anak.
Pertama, membatasi minat
Saat orangtua terlanjur memberikan label pada anak, maka secara tidak langsung label tersebut akan dihayati dan dipahami anak sebagai cerminan dirinya.
“Jika orangtua bilang ‘Oh dia adalah penari yang handal’, bisa saja dia termotivasi untuk memperbaiki tarinya tetapi dia tidak terlalu berminat untuk mecoba hal-hal lain. Karena dalam dirinya ‘Kan saya penari bukan pemain basket, bukan pemasak’."
"Padahal bisa saja dia akan bagus di dunia dunia lainnya yang selama ini tidak disematkan oleh orangtua,” jelas Nina.
Baca Juga : Bisa Berbahaya, Jangan Abaikan 10 Gejala Sederhana Ini Ketika Terjadi Pada Anak
Defisiensi Zat Besi pada Anak Sebabkan Gangguan Perkembangan Kognitif dan Motorik
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR