Baca Juga : Supaya Wajan Teflon Mulus dan Awet, Ini Trik Ampuh yang Bisa Dicoba
Kedua, membatasi konsep diri
Salah satu efek yang paling berbahaya dari tindakan labeling pada anak ialah membatasi konsep diri anak.
Seperti yang kita ketahui, masa kanak-kanak adalah masa dimana dia tumbuh dan berkembang.
Seharusnya pada usia ini dia lebih banyak mengeksplor kemampuan dan mulai mencoba menemukan jati dirinya sendiri.
Namun dengan adanya pemberian label, dia akan terbatasi oleh label-label yang diterimanya.
“Contohnya ketika seorang anak dilabel pemalas, maka dia akan merasa ‘Oh iya juga ya saya ini orang yang pemalas, saya ini memang ga semangat melakukan hal-hal lain’. Itu tentu akan membuat kita menjadi sulit mengubah perilaku malasnya tersebut dan buat si anak itu akan menjadi pembenaran bahwa apa yang dia lakukan karena dia ini adalah seorang pemalas,” ujar Nina.
Baca Juga : Hati-hati, 6 Nama Bayi Populer di Indonesia Ini Ternyata Dilarang di Luar Negeri
Ketiga, membatasi cara orang memperlakukan anak
Nina menjelaskan bahwa pembatasan tidak hanya dirasakan oleh anak tetapi juga orang disekitar anak.
Misalnya oleh guru atau teman-teman sekolahnya.
“Ketika seorang anak dilabel jagoan matematika. Kadang guru-guru tidak akan terlalu berminat mengajari dia, ‘Sudahlah toh dia sudah jago matematika, saya mengajari saja anak anak lain yang memang masih kesulitan’. Jadinya anak tidak diberi stimulasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Akhirnya semua sama-sama membatasi,” jelasnya.
Tidak hanya pada ketiga hal tersebut, Nina menegaskan efek negatif tindakan labeling pada anak dapat membatasi dari segala macam hal kehidupannya.
Baca Juga : Jangan Abaikan Moms! Ini Ciri-Ciri Kembung Tanda Kanker Ovarium
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR