Dalam risetnya, para ahli mewawancarai sekitar 12 ribu orang pasien untuk mengumpulkan data seputar kebiasaan mendengkur.
Setelah dianalisa, terungkap bahwa 'pendengkur berat' memiliki kecenderungan 34 persen lebih besar mengalami serangan jantung dan 67 persen risiko lebih besar mengalami stroke.
Peneliti mengatakan, kasus mendengkur dengan suara keras disertai napas yang terhenti dapat digunakan untuk mengidentikasi risiko seseorang akan penyakit jantung dan stroke.
Data menunjukkan bahwa pasien yang dengkurannya tidak nyaring justru tidak mengalami peningkatan risiko.
Kabar baiknya lagi, khususnya laki-laki, kecenderungan untuk mendengkur juga menurun setelah mereka melewati usia 70 tahun.
Penulis | : | Shevinna Putti Anggraeni |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR