Nakita.id - Kehadiran anak adalah sumber kebahagiaan bagi setiap pasangan.
Sayangnya, tidak semua pasangan diberi titip anak.
Setelah berbulan-bulan menikah, ia tak kunjung hamil.
Nah, salah satu solusi untuk menghadirkan buah hati adalah dengan program bayi tabung.
Semakin hari, program ini semakin diminati.
Bali adalah salah satunya.
Bahkan, Bali adalah daerah dengan jumlah klinik bayi tabung (In Fitro Vertilization/IFV) terbanyak ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya.
Baca Juga : Tya Ariestya Unggah Perkembangan 2 Embrio Bayi Tabung, Calon Kembar?
Itu menurut laporan nasional dari Association for In Fitro Vertilization.
Ini menunjukkan, program bayi tabung semakin diminati di Bali oleh pasangan yang tidak memiliki keturunan secara alami (infertilitas).
Dokter yang kali pertama berhasil menciptakan bayi tabung di Bali, dr AAN Anantasika SpOG, mengatakan bahwa dalam program bayi tabung, pasien bisa memesan jenis kelamin yang diinginkan oleh mereka.
"Memang adanya teknologi bayi tabung salah satunya untuk ini," kata Anantasika pekan lalu kepada Tribun Bali.
Menurut Anantasika, untuk memesan jenis kelamin tidak memerlukan biaya tambahan. Hal ini biasanya dibicarakan antara pasangan dan pihak klinik yang menanganinya.
Untuk menjalankan teknik ini, dokter bayi tabung biasanya mengolah sel sperma suami.
Baca Juga : Tya Ariestya Cerita Soal Bayi Tabung, Warganet Salah Fokus pada Dokternya!
Saat dianalisis, apabila yang diinginkan adalah bayi laki-laki, maka akan dipilih sel sperma laki-laki untuk dimasukkan ke dalam sel telur wanita.
“Kalau kita mengolah embrio kan tidak etis. Kalau kita mengolah sperma kan belum ada kehidupan. Jadi sperma itu bisa diolah. Bisa dipisahkan kelompok cowok, ceweknya. Itu kita pakai," jelas Anantasika
Anantasika juga menjelaskan, embrio hasil penggabungan antara sel telur dan sperma juga bisa disimpan.
Menariknya, embrio ini ternyata bisa disimpan dalam jangka waktu yang tidak terbatas.
"Tidak ada batasnya. Karena embrio ini kalau kita simpan, dia istilahnya dunianya berhenti. Misalnya kalau embrionya umurnya 5 hari, kalau kita simpan, akan tetap umurnya lima hari saat diambil," jelas pria asal Denpasar ini seraya menegaskan embrio yang disimpan tidak akan tertukar atau dimasukkan ke rahim orang lain.
"Itu ada yang mengatur. Tentunya itu tidak boleh," imbuhnya.
Baca Juga : [VIDEO] Pengalaman Caca Tengker Menjalani Program Bayi Tabung
Sementara itu, pendiri Klinik Bayi Tabung di RS Prima Medika, Denpasar, dr Ilyas Angsar SpOG mengingatkan pasangan tentang pentingnya menjalankan program bayi tabung dengan benar.
Jangan sampai, kata Angsar llyas, karena panik belum mendapatkan momongan meskipun belum setahun menikah, program bayi tabung sudah jadi pilihan.
Pasien yang panik lantaran belum bisa hamil padahal pernikahannya belum setahun, kata Ilyas, rentan untuk dimanfaatkan oleh oknum dokter yang hanya mementingkan keuntungan semata.
“Kasihan nanti tubuhnya hancur, dilakukan pemeriksaan yang seharusnya tidak perlu, dan belum waktunya, agar keluar biaya. Mendingan setelah satu tahun tidak hamil, barulah diperiksakan ke dokter agar tidak diperlakukan aneh-aneh,” ungkap Ilyas saat ditemui di RSU Prima Medika pekan lalu.
Baca Juga : Kiat Agar Program Bayi Tabung Berhasil Ala Caca Tengker, Simak Yuk!
Mengapa satu tahun?
Menurut Ilyas, karena dalam satu tahun, ada 12 kali masa subur wanita.
Dalam masa-masa setahun pasca menikah apabila dalam setahun berhubungan belum juga hamil, kata dia, barulah layak mengikuti program bayi tabung.
“Karena sekarang orang kan berpikirnya nikah harus cepat punya anak. Jadi kalau gak hamil, panik. Penyebabnya kan bisa saja dari istri atau suami,” kata Ilyas.
Bahkan, lanjut Ilyas, ada pasien yang belum menikah malah sudah memeriksakan rahim calon istrinya, karena tidak mau hamil pasca berhubungan intim. Biasanya pasien yang begini langsung dia tolak atau tidak mau menanganinya.
“Kalau saya di sini gak mau menangani yang begitu. Kalau sudah setahun mereka menikah, baru saya ambil tindakan. Makanya saya menyarankan agar pasangan hati-hati sebelum mengambil keputusan ikuti program bayi tabung, kasihan tubuhnya nanti,” harap dokter senior jebolan RSUP Sanglah ini.
Baca Juga : April Jasmine Ungkap Rasa Susah Senang Saat Jalani Bayi Tabung, Ingin Hamil Lagi?
Ilyas menyebut saat ini pandangan di masyarakat sudah tidak lagi seperti dulu dalam soal bayi tabung.
Dulu, kata dia, masyarakat masih malu-malu untuk mengikuti program bayi tabung, tapi sekarang sudah tidak demikian.
Efek Samping Kecil
Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Bali, dr Putu Doster Mahayasa SpOG menjelaskan, ada beberapa efek samping atau resiko yang akan dialami pasangan yang mengikuti program bayi tabung.
Namun, selama ini resiko yang dialami oleh pasien yang ditangani masih tergolong resiko ringan, seperti kembung pada bagian perut dan pusing-pusing.
"Salah satu efek samping ikut program bayi tabung adalah hiperstimulasi. Jadi pemakaian obat-obat berlebihan itu bisa menyebabkan hiperstimulasi. Tapi itu sudah dikontrol dengan ketat. Selama ini ada sih kebanyakan yang ringan sampai sedang. Kalau yang berat itu bisa mengancam jiwa. Selama ini paling kembung-kembung dan pusing," ujar Mahayasa.
Baca Juga : Tya Ariestya Umumkan Hamil Anak Kedua, Program Bayi Tabungnya Tak Sepele!
Selain itu, salah satu resiko apabila mengikuti program bayi tabung, pasangan harus siap menerima jika nanti bayinya kembar.
Hal ini memang lumrah terjadi dalam program bayi tabung. Sebab, saat dimasukkan ke dalam rahim, embrio bisa membelah menjadi dua.
Di Bali, khususnya di RS Prima Medika Denpasar, sempat beberapa kali ada kasus bayi kembar dua dan tiga.
Bahkan pasangan yang melahirkan bayi kembar empat belum lama ini adalah hasil dari bayi tabung di RS Prima Medika, yang kemudian dilahirkan di RS Puri Bunda Denpasar.
Dokter bayi tabung di RS Prima Medika, dr Ilyas Angsar SpOG, menceritakan pengalamannya saat menangani pasien bayi tabung yang ternyata bayinya kembar 3 dan kembar 4.
Baca Juga : Tya Ariestya Umumkan Hamil Anak Kedua, Program Bayi Tabungnya Tak Sepele!
Fenomena kembar empat yang lahir belum lama ini, menurutnya, bukan kali pertama terjadi di Bali. Hanya saja, sebelumnya ada pasangan yang tak berani melanjutkan prosesnya.
"Jadi dari sebelumnya sudah ada juga, cuma digugurkan karena merasa tidak siap dengan biaya perawatan dan lain-lain. Ada pasien kami yang mendengar kabar bahwa bayi kembar itu biaya perawatannya bisa Rp250 juta per bayi, nah dia kaget, dan minta digugurkan saja. Akhirnya saya sarankan agar dia ngurus BPJS untuk bayi dan dirinya, sehingga beres. Bayi kembar 4 yang lahir belum lama ini juga pakai BPJS. Saya yang menyarankan," jelas dr Ilyas.
Mantan Ketua POGI Bali, dr AAN Anantasika, SpOG, menambahkan, saat embrio sudah terbentuk, dokter harus pintar-pintar memilih mana embrio yang bagus dan yang muda.
Apabila jenis embrionya muda, maka tingkat melekatnya 50 persen.
Hal ini akan menentukan berapa embrio yang harusnya dimasukkan ke rahim sang calon ibu.
"Nah meletakkan ini harus pintar menilai mana embrio yang bagus. Misalnya kalau muda, kan tingkat melekatnya 50 persen, makanya kita masukkan dua embrio saja. Dengan perhitungan 50 persen kan satu melekat, satu enggak," terangnya.
Baca Juga : Punya Rencana Bayi Tabung? Yuk Cari Tahu Lebih Lanjut di Fertility Science Week!
Dari teori yang dia ketahui, rata-rata embrio yang terbentuk potensi kemelekatannya di rahim sebanyak 25 persen.
Itulah sebabnya, banyak dokter bayi tabung memasang embrio empat di rahim istri, dengan harapan yang jadi adalah satu bayi.
"Nah, tetapi kalau embrionya bagus bisa saja dia berkembang menjadi 2, dan 3 bahkan bisa ada yang membelah makanya bisa sampai ada kembar 4 seperti kejadian belum lama ini," jelas Anantasika.
Dalam penanganan bayi tabung, biasanya dilibatkan banyak dokter spesialis. Ini karena dalam prosesnya, jika sang istri mengalami masalah khusus, harus ditangani dengan cara khusus pula oleh dokter ahlinya.
"Di sana kalau ada masalah pada laki-laki kan yang menangani lain. Kemudian yang menangani embrionya, yang menangani embriologi. Kemudian kalau perlu membius , kita perlu anastesi, kemudian kalau kita butuh mengambil sel maninya, kita butuh dokter bedah urologi. Di beberapa tempat perlu psikolog malah. Karena wanita yang lama tidak punya anak kan stresnya luar biasa. Bisa bayangkan seorang wanita yang meninggalkan rumahnya datang ke tempat baru, lama tidak bisa hamil, ditanya terus terusan. Nah makanya harus ada psikolog," jelas dr Putu Doster Mahayasa.
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Program Bayi Tabung Makin Diminati di Bali, Bisa Pesan Jenis Kelamin & Harus Siap Terima Bayi Kembar
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Source | : | tribun bali |
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR