Nakita.id - Momen dramatis dialami oleh Capt. Ricosetta Mafella, pilot penerbangan Batik Air penerbangan ID6231.
Pesawat Airbus A320 yang diawakinya tinggal landas (takeoff) saat gempa bumi melanda Palu pada Jumat (28/9/2018) petang lalu, sebelum menara ATC bandara roboh.
Cerita tersebut beredar di sejumlah grup percakapan instan, Kompas Tekno telah menghubungi Capt. Fella pada Sabtu (29/9/2018) pagi dan mendapat izin untuk menuliskannya.
Baca Juga : Gempa Tsunami Palu: IDI Kerahkan Tim Medis dan RS Terapung, Ini Data Korban Meninggal Sementara!
Diceritakan oleh Capt. Fella, hari itu adalah hari terakhirnya terbang di Batik Air, lusa ia sudah kembali ke Lion Air (Batik Air dan Lion Air tergabung dalam Lion Group).
Saat di bandara Mutiara, Palu, sesaat sebelum keberangkatan, Capt. Fella meminta quick handling, sesuatu yang tidak biasa ia minta kepada ground handling.
"Entah kenapa kayak diingetin harus buru-buru terbang," tulisnya.
Penerbangan Batik Air ID6231 melayani rute Palu-Makassar, dijadwalkan terbang pada pukul 5.55 waktu setempat.
Saat mendapat izin untuk take-off, pesawat mulai rolling di runway, Capt. Fella merasakan pesawat bergerak ke kanan dan kiri, getaran terasa mendatar, bukan vertikal.
Ia belum menyadari bahwa apa yang dialaminya saat rolling untuk take-off itu adalah gempa yang sedang melanda di bandara Mutiara, Palu.
"Tetapi karena di cockpit fokus untuk airborne phase, jadi tetap dilaksanakan karena gak mengganggu," tulisnya.
Pada mulanya, Capt. Fella mengira goyangan itu disebabkan oleh permukaan runway yang bergelombang.
Setelah pesawat mengudara, awak Batik Air ID6231 menghubungi tower, sesuai prosedur yang berlaku.
Namun saat itu sudah tidak ada jawaban dari menara ATC bandara Palu.
Panggilan ke tower ATC Palu dilakukan beberapa kali, namun tetap tidak ada jawaban.
Baca Juga : Gempa dan Tsunami Palu, Kapal Laut Terhempas Ke Daratan Sampai Menabrak Bangunan!
Rupanya, saat itu, tower ATC bandara Palu sudah roboh akibat guncangan gempa, namun hal itu belum disadari awak Batik Air ID6231.
Saat pesawat mencapai ketinggian antara 2.000-3.000 kaki, dan checklist setelah takeoff selesai dilakukan, Capt. Fella melihat gelombang-gelombang aneh di pesisir pantai Palu.
Ia pun mengaku sempat merekam video pendek gelombang tersebut.
Namun masih belum sadar apa yang terjadi. "Tahu ada gempa setelah ada info di radio," tulis Capt. Fella.
Akhirnya, semua kru penerbangan diberi tahu kalau mereka adalah pesawat terakhir yang terbang dari Palu, persis saat gempa terjadi.
Penelusuran KompasTekno dari situs Flightradar24, penerbangan Batik Air ID6231 pada 28 September, tinggal landas dan tertangkap radar pada pukul 18.17 WITA.
Namun dari kejadian ini ada seorang petugas menara control bandara yang menjadi korban, yaitu Anthonius Gunawan Agung.
Baca Juga : Gempa Tsunami Palu, Ternyata Roy Kiyoshi Pernah Ramalkan Bencana Dahsyat Indonesia 2018 Ini!
Lelaki yang disapa Agung ini saat itu sedang bertugas memandu pilot Batik Air untuk lepas landas.
Saat itu ia memastikan bahwa pesawat telah lepas landas, namun dirinya justru tidak dapat selamat karena menara air traffic controller sudah roboh sebelum dirinya sempat menyelamatkan diri.
Berikut kisah bagaimana Agung meninggal dalam keadaan menyelesaikan tugasnya yang diceritakan oleh rekannya, Birgaldo Sinaga.
Patriot Bangsa Anthonius Gunawan Agung
Oleh: Birgaldo Sinaga
"Pilot Batik Air ID 6231.. Allowed to take off.. Copy", ucap Agung dari menara ATC Bandara Mutiara Al Jufri, Palu.
"Copy. Crew attendant.. Air flight ready to take off", ucap pilot
Capt. Ricosetta Mafella dari ruang kemudi.
Pesawat Batik Air itu mulai bergerak perlahan lalu melaju semakin kencang.
Brrakkk... Bummmm.. Brakkk... Bummm...
Tetiba gempa berkekuatan 7.7 skala richter mengguncang Palu. Bandara Mutiara Al Jufri ikut terguncang. Puluhan orang berteriak ketakutan sambil menyelamatkan diri keluar dari dalam gedung bandara.
Petugas menara control bandara, Anthonius Gunawan Agung juga merasakan getaran gempa yang mengguncang menara air traffic controller.
Baca Juga : Pasha 'Ungu' Jadi Korban Gempa Palu, Okie Agustina Update Kabar Ini!
Agung dalam posisi bertugas memandu pilot Batik Air untuk lepas landas dari landasan. Saat itu jam menunjukkan pukul 17.55 Wita.
Saat gempa terjadi, pesawat masih bergerak kencang di landasan terbang . Pesawat belum terbang penuh. Roda pesawat masih tampak di badan pesawat. Belum menutup.
Sementara di bawah menara, banyak teman2 Agung berteriak ada gempa. Mereka berteriak meminta Agung agar turun dari menara. Agung tidak bergeming meski goncangan tempat duduknya semakin keras.
Ia kukuh bersikap tenang memandu pilot Batik Air. Tugas harus dituntaskannya. Memastikan roda pesawat Batik Air masuk dalam badan pesawat.
"Safe flight Batik Air..Take care", ucap Agung menutup komunikasinya dengan Pilot Batik Air yang sudah posisi aman mengudara.
Baca Juga : Kisah Pilot Batik Air, Berhasil Terbangkan Pesawat Tepat Saat Gempa Palu, Rekam Tsunami Dari Balik Cockpit
Malang tak dapat ditolak mujur tak dapat diraih.
Brakk.. Brummm...
Menara ATC roboh. Agung terlambat menyelamatkan diri. Ia tewas dalam tugas mulia untuk memastikan semua penumpang dan pilot benar2 sudah mengudara dengan aman.
Anthonius Gunawan Agung menjadi patriot yang sungguh2 mengemban tugas sepenuh tanggung jawab meski harus kehilangan nyawanya sendiri.
Kami menaruh hormat dan bangga padamu kawan..
Selamat jalan Pahlawan.. kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa menerima arwahmu dalam damai dan tenang.
Salam hormat
Birgaldo Sinaga
(Artikel ini sudah tayang di Tribun Medan dengan judul, "Heroik, Petugas ATC Bandara Palu Tewas demi Tuntaskan Pesawat Lepas Landas saat Gempa")
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | kompas,Tribun Medan |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR