Nakita.id - Beberapa waktu lalu ramai pemberitaan puluhan siswa SMP di Surabaya menyilet tangannya sendiri.
Setelah diselidiki, mereka melukai diri sendiri karena adanya tekanan batin, dan masalah psikologis.
Kasus serupa kembali terjadi di Pekanbaru, namun penyebabnya bukan lagi masalah psikologi.
Baca Juga : Bayi 8 Bulan Ditemukan Tewas Penuh Sayatan, Pelaku Diduga Ayah Kandung
Sebuah informasi beredar tentang 56 orang siswa di sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pekanbaru yang menyayat tangannya.
Usut punya usut, sebelum melakukan aksi nekat itu, mereka diduga mengonsumsi minuman berenergi.
Hal ini dibenarkan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Pekanbaru, Kombes Pol Sukito saat dikonfirmasi Tribunpekanbaru.com.
"Jadi Kepala Sekolah ini curiga, apakah anak-anaknya seperti itu karena ada dugaan pengaruh narkoba atau apa. Jadi minta tolong didalami kenapa anak muridnya begitu," kata Sukito saat dikonfirmasi.
Terkait laporan itu lanjut Sukito, pihaknya pun melakukan assessment dan introgasi terhadap para murid SMP itu.
Mereka mengaku, tidak pernah mengonsumsi narkoba.
Melainkan, mereka ternyata meminum minuman berenergi.
Bahkan ada yang sampai 2, 3, bahkan 4 kali dalam sehari.
Baca Juga : Gempa Tsunami Palu, Atlet Badminton Chou Tien Chen Turut Ungkapkan Belasungkawa dalam Bahasa Indonesia
"Kita tanya, bagaimana rasanya. Mereka bilang rasanya segar, kalau nggak minum ada yang kurang, jadi ketagihan," beber Sukito.
Lebih jauh disebutkan Kepala BNNK Pekanbaru ini, setelah dilakukan pengecekan dengan alat khusus terhadap urine mereka.
Ternyata murid yang mengonsumsi lebih dari 2 kemasan minuman berenergi itu positif zat benzo.
"Kalo nggak salah benzo itu di kedokteran untuk anastesi (bius), jadi disayat tidak terasa sakit," ulasnya.
"Mereka mengaku, melihat tayangan dari YouTube, dicoba dengan mengonsumsi itu (minuman berenergi), mungkin sakitnya kurang, rasanya seperti agak kebas," lanjut dia lagi.
Sukito menyatakan, dari hasil assessment yang dilakukan, yang terindikasi urine-nya mengandung benzo sekitar 56 orang.
Sukito menuturkan, dari kemasan produk itu, pihaknya tidak menemukan ada tertera zat benzo.
Hanya saja, ada anjuran minuman tersebut tidak diperuntukkan bagi wanita hamil dan menyusui dan anak-anak.
"Tapi kenyataannya, produk ini dijual bebas di dekat anak sekolah. Mestinya penyalurannya tidak dijual bebas atau di dekat sekolah kalau memang ada anjuran seperti itu," tuturnya.
Diungkapkan Sukito, sampel minuman energi tersebut kini sedang dalam proses uji laboratorium di BBPOM.
Baca Juga : Bocah 5 Tahun Babak Belur Dianiaya Teman Ibunya, Diduga Pergoki Pelaku Merundung ART
"Sedang uji laboratorium di BBPOM, kemarin (Kamis) kita kirim. Apa kaitan reaksi dan kandungan minuman itu, berbahaya atau tidak, sedang didalami," sebut Sukito.
Sukito menambahkan, minuman berenergi ini sendiri perkemasan harganya sangat terjangkau.
Maka tidak heran jika anak-anak sekolah pun mampu untuk membelinya.
Saat Tribun menyampaikan hendak menemui Kepala Sekolah guna mengonfirmasi hal ini, guru tersebut menyatakan jika Kepala Sekolah sedang tidak di tempat.
"Kepala Sekolah lagi tidak di tempat pak. Nomor (HP)nya lupa saya, ada di WA. Cuman HP saya mati," akunya.
Sampah kemasan salah satu merk minuman berenergi tampak berserakan di depan sebuah kedai barang harian di Jalan Lili 1, Pekanbaru.
Dalam kurun waktu beberapa hari belakangan, minuman berenergi dengan kemasan berwarna kombinasi oranye dan putih ini memang tengah jadi sorotan.
Kepala BBPOM Pekanbaru Muhammad Kashuri saat dikonfirmasi Tribunpekanbaru.com, mengatakan, sampel minuman berenergi ini sedang dalam pemeriksaan.
"Sedang diperiksa," singkatnya.
Baca Juga : Fenomena Selebriti Lelaki Menikahi Perempuan yang Jauh Lebih Muda, Ternyata Ini Sebabnya!
Saat ditanyai soal kapan hasil pemeriksaan bisa diketahui, Kashuri menyebutkan dalam waktu dekat ini.
"Insya Allah Senin," tandasnya.
Artikel ini pernah tayang di Tribun Pekanbaru dengan judul "56 Siswa SMP di Pekanbaru Sayat Tangan Setelah Minum Minuman Berenergi. Ini Faktanya"
Source | : | tribun pekanbaru |
Penulis | : | Kunthi Kristyani |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR