Nakita.id - Salah satu sosok yang kerap muncul di layar kaca ketika terjadi bencana di Indonesia adalah Sutopo Purwo Nugroho.
Sutopo merupakan Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP).
Darinya, berbagai informasi mengenai kebencanaan dapat diperoleh, termasuk saat gempa dan tsunami melanda Palu beberapa hari lalu.
Tuntutan pekerjaan mengharuskannya sabar menghadapi berbagai pertanyaan yang datang kepadanya, baik langsung maupun melalui media sosial.
Bahkan ketika tubuhnya digerogoti kanker, ia tetap tanggap terhadap berbagai bencana yang terjadi di tanah air.
Sutopo mengaku menderita kanker paru padahal dirinya tidak merokok.
"Dokter bilang saya kanker paru-paru stadium 4 pertengan Januari lalu.Awalnya syok karena saya tidak merokok, geneticktidak ada dan makan sehat," kata Sutopo melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Senin (12/02/2018).
Sutopo juga mengaku awalnya hanya sakit batuk namun sudah lewat 2 minggu tak kunjung sembuh.
Ia juga merasakan nyeri dan ganggguan punggung, membuatnya beramsumsi dirinya menderita sakit jantung.
Namun setelah berkonsultasi dengan dokter dan menjalani berbagai tes, ternyata pria kelahiran Boyolali ini divonis kanker paru-paru langsung stadium 4.
Baca Juga : Mau Pernikahan Langgeng? Bicarakan 8 Hal Ini dengan Pasangan Setiap Hari
Kebanyakan orang tidak sadar bahwa rasa nyeri terutama di area punggung bisa jadi tanda awal kanker paru-paru.
Gejala nyeri punggung yang berhubungan dengan kanker paru seringkali tumpang tindih dengan nyeri punggung yang disebabkan oleh kondisi lain.
Yang terpikir adalah nyeri otot, saraf terjepit, trauma fisik, atau penyakit degeneratif seperti arthritis atau osteoporosis, juga salah posisi tidur.
Lalu mengapa rasa sakit di punggung bisa jadi indikasi kanker paru?
Baca Juga : Studi: 1 Dari 2 Perempuan Berisiko Alami Demensia Di Masa Tua!
- tumor yang tumbuh sering menekan di area sekitar punggung, terutama area punggung bagian atas
- keganasan kanker dapat mengiritasi saraf di dinding paru-paru dan dada, memicu nyeri saraf yang tajam dan kronis
- metastasis(penyebaran) kegananasan dari paru-paru ke tulang belakang, kejadian ini dialami oleh lebih dari 30% penderita kanker paru
- metastasis kanker ke kelenjar adrenal(terjadi pada 40%n orang dengan kanker paru-paru), menyebabkan nyeri lokal karena lokasinya tepat di atas ginjal
Baca Juga : TBC Istri Indra Bekti Kembali Kambuh, Ternyata Ini Penyebab Dirinya Keguguran
Bagaimana membedakan sakit punggung biasa dengan gejala kanker paru-paru?
Sakit punggung yang berhubungan dengan kanker paru-paru kemungkinan memiliki ciri-ciri tertentu, seperti:
- nyeri punggung yang terlalu sering
- nyeri punggung yang sangat parah di malam hari
- tidak melakukan aktivitas apa pun tiba-tiba terasa nyeri di punggung
- nyeri punggung semakin terasa sakit ketika semakin lama berbaring di tempat tidur
- nyeri punggungg yang semakin parah ketika mengambil napas dalam-dalam
- sudah melakukan terapi fisik namun tetap terasa nyeri di punggung
Jika Moms pernah mengalami patah tulang belakang, harus juga mewaspadai kemungkinan kanker paru.
Pada kasus kanker paru-paru, metastasis tulang terjadi pada sekitar 40% orang.
Tempat penyebaran yang paling umum adalah tulang belakang (terjadi setidaknya 50%) dan tulang besar dari tungkai.
Baca Juga : Di Tengah Duka Gempa Tsunami Palu, Seorang Ibu Lahirkan Bayi Kembar Tiga!
Selain mewaspadai nyeri punggung, ada tanda-tanda lain yang perlu diwaspadai karena bisa jadi gejala awal kanker paru-paru, di antaranya:
Batuk kronis
Batuk kronis didefinisikan sebagai batuk yang berlangsung setidaknya selama delapan minggu berturut-turut.
Batuk mungkin kering atau bisa juga berdahak.
Perubahan batuk
Perhatikan setiap perubahan batuk kronis, terutama jika merokok. Jika batuk menjadi semakin sering, semakin dalam atau suara serak, dahak dalam jumlah banyak, hingga batuk berdarah, segeralah ke dokter.
Baca Juga : Atas Nama Kehormatan Keluarga, Di Negara Ini Banyak Orangtua Tega Menghabisi Nyawa Anaknya
Sesak napas
Perubahan pernapasan dapat terjadi jika kanker paru-paru memblok atau menyempitkan saluran udara.
Bisa juga karena cairan dari tumor paru-paru menumpuk di dada.
Nyeri dada
Banyak orang menyebutkan bahwa mereka merasakan nyeri di bagian dada sebelum mereka didiagnosis dengan kanker paru-paru.
Paru-paru tidak memiliki saraf yang mengakibatkan rasa sakit, tetapi rasa sakit disebabkan oleh tekanan tumor pada saraf, rasa sakit di tulang rusuk dari kanker yang telah menyebar ke tulang, strain otot (atau bahkan patah tulang rusuk) dari batuk berulang, serta beberapa mekanisme lainnya.
Mengi
Ketika saluran udara menjadi terbatas, tersumbat, atau meradang, paru-paru menghasilkan suara mengi atau bersiul ketika Moms bernapas.
Jika mengalami mengi, segeralah periksa ke dokter.
Suara serak
Suara serak dapat disebabkan oleh pilek yang sederhana, tetapi gejala ini mungkin menunjukkan sesuatu yang lebih serius ketika berlangsung selama lebih dari dua minggu.
Suara serak terkait dengan kanker paru dapat terjadi ketika tumor memengaruhi saraf yang mengontrol laring atau kotak suara.
Berat badan turun drastis
Ketika kanker hadir, penurunan berat dapat terjadi akibat sel kanker yang menggunakan energi.
Bisa juga hasil dari pergeseran cara tubuh menggunakan energi dari makanan.
Sakit kepala
Sakit kepala mungkin merupakan pertanda bahwa kanker paru telah menyebar ke otak.
Namun, tidak semua sakit kepala berhubungan dengan metastasis otak.
Kadang-kadang, tumor paru-paru dapat menciptakan tekanan pada vena cava superior, pembuluh darah besar yang menggerakkan darah dari tubuh bagian atas ke jantung.
Tekanan juga bisa memicu sakit kepala atau dalam kasus yang lebih parah, migrain.
Baca Juga : Ditemukan, Enzim Yang Dapat Mengubah Semua Golongan Darah Menjadi Golongan Darah O
Seperti yang dialami Sutopo, kanker paru memang sulit dideteksi sejak awal.
Oleh sebab itu, jika mengalami salah satu tanda di atas sebaiknya Moms segera memeriksakannya ke dokter agar bisa segera diobati. (*)
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Source | : | Healthline,kompas,Everyday Health |
Penulis | : | Kunthi Kristyani |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR