“Oh ternyata lagu Ungu yang saat itu diperdengarkan di radio merupakan lagu yang laris saat ini,” pikir saya saat itu dan tanpa pikir panjang, saya meminta ibu saya, yang kebetulan menemani saya untuk membeli VCD tersebut dengan janji akan saya tukar uangnya ketika di rumah.
Sampai di rumah, saya melihat isi dalam box mika plastic pada eranya tersebut, tanpa tahu apa lagu-lagunya selain lagu yang saya dengarkan di radio.
Di dalamnya terdapat biodata para personil. Saya masih ingat sekali, lima pentolan Ungu itu masih bertahan hingga saat ini.
Oncy yang khas dengan jambang tipis di bawah mulutnya sebagai gitaris, Enda yang juga sebagai gitaris, berwajah cool dan jadi idola saat itu, Rowman sebagai drummer, sedangkan Makki sebagai bassist.
Tak lupa, Sigit Purnomo Syamsuddin Said, vokalis yang bersuara serak basah itu. Pasha, begitu orang memanggilnya.
Singkat cerita, entah mengapa saya bergabung dalam anggota Cliquers, sebutan bagi fans grup band Ungu.
Meski saya tak sempat ikut nonton konser Ungu ke sana ke mari, tetapi saya pernah berkesempatan untuk datang dalam acara Meet and Greet Ungu di salah satu hotel di kota saya, tentu dengan uang yang sudah saya tabung berbulan-bulan lamanya.
Sekitar 2005-an, kalau tidak salah. Pasha menjadi idola bagi semua umat, perempuan khususnya. Terlalu berlebihan mungkin, tetapi saat itu, ramai sekali remaja-remaja mengenakan kaos dengan logo Ungu yang khas itu.
Kalau tidak putih-ungu, ya hitam-ungu, atau ungu saja, begitu kaos remaja perempuan bahkan laki-laki saat itu.
Band ini termasuk memiliki banyak fans dan juga kerap tampil di berbagai daerah.
Saat televisi sedang jaya-jayanya mengadakan konser dan menyiarkan berbagai perayaan, Ungu seolah tak pernah absen.
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Source | : | Instagram,wikipedia |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR