Nakita.id – Moms, tentu sering mendengar “Jika flu, selain obat flu juga minum antibiotic.” Ada lagi, “Minum antibiotic, supaya cepat sembuhnya.”
Lebih memprihatinkan, “Di Indonesia memang perlu antibiotic, agak tidak terjadi infeksi skunder. Di Indonesia banyak kuman jadi tetap butuh antibiotika.”
Baca Juga : Berita Kesehatan Akurat: Cara Minum Antibiotik, Salah Fatal Akibatnya!
Informasi seperti di atas adalah informasi hoax yang sangat mengakar dipercaya oleh orang Indonesia, tak terkecuali tenaga medis.
Kenapa hoax? Karena antibiotic itu hanya ampu dan memang diciptakan untuk membunuh bakteri bukan virus.
Bagaimana jika sakitnya kita karena virus lalu diobati dengan antibiotic? Jawabannya mubajir alias sia-sia, bahkan bisa merugikan. Sebab bisa membuat kuman alias bakteri menjadi kebal alias retistence terhadap antibiotika.
Baca Juga : Obat Antibiotik Tidak Harus Dihabiskan?
Baca Juga : Pakai Antibiotik, Perempuan Ini Malah Punya Lidah 'Berbulu' Hitam!
Lalu antibiotic bisa mempercepat kesembuhan seseorang yang sakit, flu, batuk, demam, misalnya. Itu salah besar, dan jika ada yang mengatakan hal tersebut, antibiotic membuat yang sakit lekas sembuh, berarti dirinya tengah menyebarkan hoax yang sangat fatal. Sangat merugikan yang sakit juga lingkugan sekitarnya.
Ingat, jika banyak bakteri alias kuman yang kebal antibiotic, itu sama saja dengan memanggil superbugs. Dia adalah bakteri sakti yang kebal antibiotic. Sehingga jika kita sampai terinveksi oleh superbugs, kemungkinan untuk bisa sembuh tinggal secercah harapan.
Baca Juga : Bukan Sembuh, Ini yang Akan Terjadi Jika Sering Beri Antibiotik pada Anak
Untuk Moms ketahui, di luar negeri jika dirinya atau keluarganya mengalami demam dan batuk pilek, meski tinggal di Indonesia, mereka tahu bahwa sakit yang dideritanya tidak perlu mengonsumsi antibiotika.
Di beberapa negara sedang berkembang, persentase peresepan antibiotika yang sebenarnya tidak perlu diberikan sebesar 52% - 75%.
Baca Juga : Nama 'Bensu' Digunakan Oleh Orang Lain untuk Nama Usaha, Ruben Onsu Meradang
Penelitian di beberapa tempat di Sumbar menunjukkan, tingkat pemakaian antibiotika sebesar 90%. Tingkat penggunaan antibiotika untuk balita mencapai 83% dan 60% pada mereka di atas 5 tahun.
Ironis, anak merupakan populasi yang paling terpapar pada antibiotika.
Baca Juga : Ternyata, 15 Gejala Awal Kanker ini Sering Diabaikan Oleh Perempuan
Pada anak, ada 3 kondisi yang hampir selalu diberi antibiotika yaitu demam, radang tenggorkan, dan diare.
Padahal ketiga penyakit ini umumnya penyebabnya virus, tidak butuh antibiotika.
Ingat, semakin sering anak memperoleh antibiotika, maka dirinya akan semakin sering jatuh sakit.
Baca Juga : Keunikan Kehamilan Trimester 2, Nafsu Makan Ibu Meningkat, Bayi Bisa Merespon Suara juga Cahaya
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | milissehat.web.id,drugs.com,WHO,YOP,https://react-yop.or.id/ |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR