Nakita.id - Tumbuh kembang bayi pada dasarnya sudah dimulai sejak ia masih berada di dalam kandungan.
Kemudian tumbuh kembang tersebut terus berlanjut setelah bayi dilahirkan, hingga usianya menginjak dewasa.
Dalam usia tertentu, setiap bayi akan mengalami tumbuh kembang yang menyesuaikan dengan usia, misalnya bayi usia 6 bulan, setidaknya sudah mulai bisa merangkak.
Hal itu pun sesuai dengan pernyataan dari National Institutes of Health (NIH), yang mana disebutkan jika bayi memiliki tonggak perkembangan di setiap usia.
Baca Juga : Latih Kecerdasan Bayi dengan Stimulasi Multisensori, Seperti yang Disarankan Dokter Reisa!
Walau demikian, ada segelintir bayi yang memang mengalami tumbuh kembang lebih cepat daripada bayi lainnya yang memiliki usia sama.
Begitu juga tak sedikit ada bayi yang mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembang, biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kurang diberikan stimulasi.
Bagi Moms yang memiliki Si Kecil mengalami tumbuh kembang yang lambat, jangan terlalu khawatir, karena Moms masih bisa melatih Si Kecil agar ia bisa melakukan hal yang sesuai dengan usianya.
Nah, dilansir dari laman Birth Injury Guide, berikut contoh keterlambatan tumbuh kembang yang sering dialami oleh Si Kecil.
Baca Juga : Andi Soraya Masukkan Seluruh Tubuh Bayinya yang Masih Berusia 7 Bulan ke Kolam Renang, Amankah?
1. Duduk
Salah satu keterlambatan perkembangan Si Kecil yang harus diwaspadai adalah duduk.
Apabila bayi tidak bisa duduk, ini bisa menjadi salah satu tanda cerebral palsy yang pertama kali muncul.
Hal itu karena adanya gangguan saraf yang dapat melumpuhkan gerakan otot.
Berdasarkan data statistik, Si Kecil yang tidak bisa duduk hingga usianya mencapai 4 tahun, memiliki kesempatan bisa berjalan hanya sebesar 40% dan kesempatan hidupnya hanya mencapai usia 20 tahun.
Sementara itu, untuk Si Kecil yang bisa duduk sendiri sebelum usianya 2 tahun, memiliki peluang 95% hidup hingga melewati usia 20 tahun.
Baca Juga : Ayahnya Penyanyi, Anak Anji Manji Alami Speech Delay, Ini Cara Penanganannya
2. Berjalan
Seorang anak yang tidak berjalan dengan normal pun berpotensi menderita cerebral palsy, karena anak menderita kekakuan otot yang menyebabkan kaki yang terseret.
Dalam beberapa kasus, kegagalan untuk berjalan mungkin merupakan indikasi cedera tulang belakang, terkadang ditelusuri ke spina bifida.
Jika anak menderita kerusakan saraf yang berhubungan dengan cedera sumsum tulang belakang eksternal atau cedera saraf tulang belakang secara internal, ia kemungkinan mengalami kelumpuhan dalam bentuk yang paling ekstrim.
Atau bisa juga kesulitan berjalan dengan kerusakan saraf yang ringan.
Baca Juga : Ingin Si Kecil Tumbuh Cerdas? Berikut Cara Stimulasi Kecerdasan untuk Bayi Usia 0 Hingga 3 Bulan
3. Berbicara
Kesulitan berbicara bisa berkaitan dengan segala bentuk kerusakan otak, yang mana berawal dari kekurangan oksigen.
Hal itu diakibatkan dari anoxia, hipoksia, hypoxic ischemic encephalopathy (HIE), asfiksia lahir, atau asfiksia perinatal.
Berbagai bentuk kekurangan oksigen yang berkaitan dengan kelahiran ini dapat menyebabkan perdarahan otak, iskemia otak, cerebral palsy, atau kerusakan otak secara umum.
Yang mana semuanya dapat memengaruhi tahapan berbicara pada anak.
Baca Juga : Terlalu Sering Mengakses Media Sosial Bisa Membuat Stres dan Tertekan!
4. Keterampilan motorik
Saat bayi mulai mengembangkan keterampilan motorik, Moms mungkin akan melihat kaki bayi menendang, lengan bergerak, dan tangan saling bersentuhan.
Ketika bayi bertambah usia, keterampilan motorik halus mulai berkembang, seperti menggenggam benda kecil atau bisa memegang sendok.
Namun, yang harus Moms ingat adalah tidak semua bayi berkembang dengan cara yang sama dan pada usia yang sama.
Sehingga jika Moms melihat bayi lain dapat mengambil sebuah objek kecil, sedangkan bayi Moms masih belum bisa melakukannya, jangan terlalu khawatir.
Akan tetapi, jika Moms memperhatikan bayi masih belum mengembangkan keterampilan motorik dan berhenti dalam perkembangan lain, dianjurkan untuk konsultasikan pada dokter.
Source | : | birthinjuryguide.org |
Penulis | : | Finna Prima Handayani |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR