Sekte ini bergaya hidup konservatif, tanpa televisi dan internet, berpakaian jadul yang mana perempuan mengenakan gaun panjang zaman dahulu.
Seorang perempuan bernama Faith Bistline, yang kabur pada 2011 dari lingkungan poligami tersebut membagikan kisah rutinitasnya selama berada di komunitas poligami tersebut.
Mereka semua harus bangun jam 12 dini hari untuk mengikuti kelas keluarga.
Baca Juga : Ditanyai Soal Poligami, Jawaban Setuju Atiqah Hasiholan Bikin Desta Mahendra Bingung
Di dalam kelas itu, ayahnya (pria pengikut sekte itu) akan membacakan khotbah, kemudian mereka akan berlutut sembari berdoa.
Meski mereka terlihat seperti 'terasingkan', mereka tetap bekerja dan melakukan hal-hal seperti orang biasanya.
"Kemudian salah satu ibu memasak sarapan dan ayah saya akan pergi bekerja. Sebagian ibu saya bekerja, sementara seorang ibu lainnya akan tinggal bersama anak-anak. Lalu saya akan bersekolah sepanjang hari dan di malam hari kami akan memiliki kelas keluarga lagi setelah makan malam. Setiap hari dengan kegiatan yang sama," tutur Bistline.
Ternyata, pada akhirnya perempuan di lingkungan tersebut harus menikah dengan seseorang dalam komunitas tersebut.
"Ada sebuah sistem. Agar seseorang bisa menikah, ayah mereka harus pergi ke Warren Jeffs dan berkata, 'Hei, anak laki-laki atau perempuan saya sudah siap', dan kemudian dia akan dijodohkan. Jika suamimu belum menikah lagi dengan seseorang, mungkin dia akan diberi istri lain," sambungnya.
Mungkin Moms akan bertanya bagaimana bisa seorang laki-laki akan menikah dengan banyak perempuan tanpa adanya laki-laki yang lain yang tidak kebagian istri.
Taro dan AGLXY, Hadirkan Semangat Eksplorasi dan Keberanian Masa Kecil Lewat #ReigniteYourInnerChild
Source | : | BBC,kompas,Bustle |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR