Nakita.id - Mi instan kini semakin popular dan banyak digemari masyarakat di Indonesia.
Indonesia menjadi negera dengan konsumsi mi instan tertinggi kedua, setelah China.
Makanan olahan yang enak, praktis, dan mudah untuk dibuat ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
Baca Juga : Balita Ini Tercebur ke Kuali Panas Rebusan Gula Saat Bermain, Begini Kondisinya Sekarang
Selain itu, harganya yang terjangkau pun menjadi salah satu alasan untuk memilih mi instan sebagai menu makanan.
Tak hanya digemari masyarakat Indonesia, popularitas mi instan pun telah mendunia, Moms.
Jumlah penikmat mi instan pun dilaporkan oleh World Instan Noodles Association pada akhir tahun 2017.
Seluruh masyarakat di penjuru dunia setidaknya mengonsumsi 102,7 miliar porsi mi instan dalam jangka waktu satu tahun.
Namun, beberapa penelitian telah mengatakan tentang bahaya mi instan.
Terlalu sering mengonsumsi makanan instan ini juga tidak baik untuk kesehatan, Moms.
Makan terlalu banyak atau terlalu sering mi instan bisa berakibat fatal bahkan menyebabkan kematian.
Hal ini benar terjadi pada seorang pemuda Taiwan berusia 18 tahun, Moms.
Pemuda ini menyantap mi instan hampir setiap malam sembari menemaninya belajar.
Dia mulai menunjukkan gejala awal seperti perut kembung, mual, dan sakit perut.
Ia pun dibawa ke rumah sakit untuk melakukan pengecekan medis dan divonis kanker lambung stadium akhir.
Setahun setelah bergelut dengan kanker, pemuda itu harus menyerah pada penyakitnya hingga akhirnya berpulang.
Dianggap berbahaya hingga berisiko sebabkan kematian, sebenarnya apa saja kandungan dalam mi instan tersebut, Moms?
Berikut kandungan mi instan yang menyebabkannya tak sehat, Moms.
Melansir dari Kompas.com, salah satu kandungan yang perlu diwaspadai dari mi instan adalah lemaknya yang tinggi.
Hal ini karena cara pembuatan mi instan adalah dengan digoreng.
Proses penggorengan inilah yang membuat mi instan memiliki kadar lemak yang tinggi, Moms.
Keberadaan lemak trans pada makanan instan olahan juga cukup berbahaya bagi kesehatan.
Baca Juga : Campuran Rumuan Jahe Ini Ampuh Obati Asam Urat, Caranya Mudah!
Penelitian menunjukkan, lemak trans dua kali lebih berbahaya bagi jantung dibanding lemak jenuh.
Juga menyebabkan sekitar 30.000 sampai 100.000 kematian dini akibat penyakit jantung setiap tahun.
Lemak trans lebih buruk bagi jantung daripada lemak jenuh karena meningkatkan kadar kolesteraol"jahat" LDL dan menurunkan kolesterol "baik" HDL.
Hal ini memicu masalah ganda untuk arteri Moms.
Lemak trans juga meningkatkan kadar lipoprotein dan trigliserida yang dapat menyumbat pembuluh darah arteri.
Periksa daftar label apakah ada kata-kata ini: "partially hydrogenated," "difraksinasi atau fractionated" dan "terhidrogenasi atau hydrogenated" (lemak yang sepenuhnya terhidrogenasi bukanlah ancaman bagi jantung, tetapi beberapa lemak trans yang disalahartikan sebagai lemak terhidrogenasi).
Makanan yang mengandung kata-kata ini, berarti mengandung lemak trans.
Mi instan juga sering sebut-sebut memiliki kandungan lilin yang membuat air rebusannya menjadi keruh.
Namun, sebenarnya hal itu tidaklah benar. Hal ini jelaskan oleh ahli nutrisi, Susan SPT, Msc.
"Karena proses penggorengan dalam pembuatannya, maka kalau kita merebus mi, airnya jadi keruh. Orang bilang itu karena lilin, padahal itu karena minyak dan karbohidrat, tepung-tepungnya keluar," ujarnya, seperti dikutip dari Kompas.com.
Selain itu, mi instan juga memiliki kandungan garam yang tinggi.
Tigaperempat garam atau sodium yang kita konsumsi setiap hari, tidak berasal dari garam di meja atau dapur.
Kita lebih banyak mengonsumsinya dari makanan instan atau makanan olahan.
Seperti sup instan, saus, mi instan dan lain sebagainya.
Organisasi kesehatan dunia (World Health Organization, WHO) menganjurkan konsumsi garam maksimal 5 g sehari.
Sedangkan berdasarkan data Susenas pada 2002, 2007, dan 2009 (Hardinsyah, 2011), rata-rata konsumsi garam penduduk Indonesia masing-masing adalah 6,3; 5,6; dan 5,7 gram perhari.
Artinya lebih tinggi dibandingkan anjuran dari WHO.
Bahkan diperkirakan data tersebut bersifat underestimate, karena belum termasuk visible salt yang dibubuhkan pada makanan jajanan dan instan, demikian kata BPOM RI.
Kandungan garam atau sodium dalam mi instan rata-rata mengandung 50-60 persen kebutuhan sodium perhari.
Padahal konsumsi garam atau sodium ini memiliki batasan, dianjurkan tak boleh lebih dari satu sendok teh per hati.
Baca Juga : Sharena Akan Donorkan ASI Karena Produksi ASI-nya Melimpah, Ini Syarat Jadi Pendonor ASI!
"Semua mi instan kan gurih, itu karena garamnya tinggi. Tetapi, orang menganggapnya karena MSG," kata ahli nutrisi yang mengambil studi dari Biotechnology-specialization Food Tech and Bioprocess Technology Wageningen University, Belanda, ini.
Sebanyak 98% asupan sodium akan diserap di usus, dan kelebihannya akan disaring di ginjal, dan dikeluarkan melalui keringat dan urin.
Sayangnya, seiring dengan pertambahan usia, fungsi ginjal cenderung menurun.
Akibatnya, kelebihan sodium menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Konsumsi garam yang berlebihan terkait erat dengan peningkatan risiko beberapa penyakit kronis.
Terutama tekanan darah tinggi (hipertensi) dan penyakit jantung.
"Yang harus diperhatikan adalah asupan total lemak dan garam dalam sehari. Tanpa makan mi instan pun seseorang bisa saja kelebihan garam. Jadi waspadai apa saja yang kita asup dalam sehari," jelasnya.
Untuk menghindari asupan karbohidrat dan sodium yang tinggi, Susan merekomendasikan untuk membatasi mi instan.
"Kalau sedang pengin banget, ya dibarengi dengan makan sayur juga. Jadi enggak cuma karbohidrat saja," tambahnya.
Baca Juga : Ryshaka Bantu Sharena Beri ASI pada Adiknya, Wajah Sea Disebut Makin Bule!
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR