Nakita.id - Den Bagus, anak ketiga pasangan selebritis Widi Mulia dan Dwi Sasono harus dilarikan ke IGD karena asma dari dermatitis atopik yang dideritanya.
Dermatitis Atopik atau DA memang menjadi bentuk eksim yang paling umum terjadi pada anak-anak.
Menurut Nasional Eczema Association, hanya sekitar 50% anak-anak dengan dermatitis atopik yang menjadi asma seperti dialami oleh Den Bagus.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Kenali Seluk Beluk Leukemia, Penyakit Yang Menyerang Shakira Anak Denada
Baca Juga : Waspadai Tanda Dermatitis Atopik pada Kulit Bayi yang Berbahaya
Biasanya, anak-anak seperti Den Bagus akan mengalami gejala tambahan seperti batuk, sesak napas, desahan, dan perasaan kaku di dada.
Adapun 50% anak-anak lainnya hanya menimbulkan gejala seperti, kulit kering, kemerahan, berisisik, gatal, ruam, dan penebalan kulit.
Beberapa gejala tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu area maupun beberapa tempat seperti di wajah, leher, lipatan siku atau lutut, pergelangan kaki.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Curatan Hati Joanna Alexandra, Rawat Anak Dengan Kelainan Genetik Langka
Baca Juga : Berita HOAX Kesehatan: Saat Hamil Harus Rajin Minum Suplemen Vitamin, Jangan Percaya, Bayi Bisa Cacat!
Perlu diketahui, dermatitis atopik adalah bentuk eksim yang juga disebut eksim atopik.
Atopik adalah penyakit kulit kronis dan gatal yang paling sering dimulai pada bayi, biasanya terjadi antara usia 3 hingga 6 bulan.
Sekitar 60% kasus dermatitis atopik berkembang pada tahun pertama kehidupan dan 90% berkembang pada usia 5 tahun.
Penyebab dermatitis atopik diketahui merupakan multifaktor, sehingga tak bisa dikatakan bahwa penyebabnya hanya satu faktor saja.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, dermatitis atopik terjadi dari interaksi multifaktoral, seperti faktor genetik atau keturunan, lingkungan, gangguan fungsi sawar (pelindung) kulit, faktor imunologik, dan bisa juga karena infeksi.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Kenali Seluk Beluk Leukimia, Penyakit Yang Menyerang Shakira Anak Denada
Sebagian besar anak-anak memang akan sembuh dari dermatitis atopik, tapi beberapa dari mereka pun akan kembali kambuh saat memasuki usia remaja bahkan saat dewasa.
Pada dasarnya, tidak ada pengobatan khusus untuk mengobati dermatitis atopik.
Tujuan pengobatan biasanya hanya untuk mengurangi rasa gatal, radang kulit, melembabkan kulit, dan mencegah infeksi.
Berikut ini beberapa pengobatan yang dapat Moms lakukan bila anak mengalami dermatitis atopik.
Baca Juga : Hati-hati Saat Diet, 9 Sayuran Ini Justru Menambah Berat Badan
Baca Juga : Berita Kesehatan: Normalkah Bau Badan yang Menyengat? Begini Mengatasinya
A. Hindari kontak dengan iritasi. Bisa seperti sabun, kain, wewangian, debu, cuaca dingin, makanan tertentu, bulu hewan, tungau, jamur, atau keringat.
B. Jangan gunakan sabun yang 'keras'. Minta dokter anak untuk merekomendasikan suatu merek khusus.
C. Pastikan kuku jari tangan anak pendek, karena garukan dapat menyebabkan infeksi.
D. Gunakan losion setidaknya sekali sehari. Minta dokter anak untuk merekomendasikan suatu merek khusus.
E. Dokter anak mungkin juga meresepkan obat dalam kasus yang parah.
Baca Juga : Awas! Minuman ini Sebabkan Resiko Asma Pada Anak Sejak dalam Kandungan
F. Mandikan degan metode 'Soak and Smear', yaitu:
- Mandi dengan air hangat (tidak panas) selama 5 hingga 10 menit.
- Gunakan pembersih yang lembut (tanpa sabun) dan hindari menggosok kulit dengan penyakit eksim.
- Setelah mandi, keringkan kulit dengan handuk dan kenakan sedikit pelembab.
- Oleskan obat-obatan topikal yang diresepkan dokter ke daerah-daerah kulit dengan penyakit eksim.
- Dalam waktu tiga menit, berikan pelembab ke seluruh tubuh.
Penting untuk menerapkan pelembab dalam tiga menit atau kulit menjadi lebih kering.
- Tunggulah beberapa menit agar pelembab menyerap ke dalam kulit sebelum berpakaian.
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
Source | : | IDAI,stanfordchildrens.org,Instagram,nationaleczema.org |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR