Nakita.id - Bakteri tentu saja ada di mana-mana, bahkan di tempat yang dianggap paling steril sekalipun.
Rumah sakit contohnya, tempat di mana orang-orang menuju ketika mereka sakit, justru memberi ancaman tersendiri.
Seperti kisah anak perempuan berusia empat tahun ini yang terserang bakteri Pseudomonas aeruginosa di kandung kemihnya.
Setelah diperiksa dokter, ibunya mengiyakan bahwa anaknya kerap diajak ke lingkungan rumah sakit.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Superbug Menyebar Di Berbagai Rumah Sakit Seluruh Dunia Pada Level Mematikan!
Akhirnya dokter spesialis anak di kawasan Cikini, Jakarta Pusat memeriksanya lebih lanjut terhadap kandungan urine, yang ternyata ditemukan bakteri tersebut sebanyak 100.000/ml dari air kencing sang anak.
Menurut dokter, bakteri ini banyak dijumpai di rumah sakit dan berbahaya karena dapat menimbulkan komplikasi.
Untuk menanganinya, perlu dilakukan suntikan antibiotik selama lima hari untuk membunuh bakteri.
Kemudian dilakukan uji urine kedua untuk memastikan keadaan di anak dudah terbebas dari bakteri berbahaya.
Hal ini ternyata berhubungan dengan Hospital Acquired Infections (HAIs) atau infeksi nosokomial yaitu infeksi yang didapat di rumah sakit, terjadi pada pasien yang dirawat setidaknya selama 72 jam, padahal pasien tersebut tidak menunjukkan gejala infeksi sebelumnya.
Infeksi nosokomial yang sering ditemui adalah pneumonia, infeksi saluran kemih, infeksi di tempat operasi serta infeksi pada aliran darah.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 2013 persentase penyerangan infeksi nosokomial di rumah sakit di seluruh dunia mencapai 9% atau lebih dari 1,4 juta pasien yang dirawat inap.
Baca Juga : Seorang Laki - Laki Rela Mendonorkan Organ Dalamnya untuk Orang Lain, Staf Rumah Sakit Lakukan Aksi Ini
Diketahui bahwa angka kejadian infeksi nosokomial di Indonesia yang diambil dari 10 RSU pendidikan yang mengadakan surveillance aktif pada 2010 menunjukkan angka kejadian infeksi nosokomial sekitar 6-16 % dengan rata-rata 9,8%.
Laporan Kemenkes pada 2012, kejadian tersering adalah infeksi daerah operasi, infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas dan infeksi aliran darah.
Sebuah penelitian yang dilakukan di salah satu rumah sakit di Surabaya mengalami kenaikan angka kejadian infeksi nosokomial pada 2012 hingga 2014, yaitu pada 2012 sebesar 0,05%, pada 2013 sebesar 0,15 %, dan 2014 sebesar 0,37%.
Sedangkan salah satu rumah sakit di Magelang melakukan penelitian angka kejadian infeksi nosokomial yang selalu ditargetkan dibawah 2 persen, namun pencapaiannya selalu lebih dari itu, seperti 6,7% pada Oktober.
Menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes, 2017,data tersebut kemudian mengalami penurunan menjadi 3,7% pada November, tetapi meningkat kembali pada Desember sebesar 7,14%.
Dengan adanya infeksi 'rumah sakit' ini, diimbau kepada para orangtua untuk tidak membawa anak-anak yang masih sangat rentan terinfeksi penyakit mengunjungi rumah sakit, kecuali sebagai pasien.
Selain bakteri dan infeksi di atas, menurut peringatan yang disampaikan para ilmuwan di Australia, melansir Sidney Morning Herald, superbug yang resisten terhadap semua antibiotik dan dapat menyebabkan infeksi parah hingga kematian menyebar tanpa terdeteksi melalui bangsal rumah sakit di seluruh dunia.
Baca Juga : 9 Kondisi Tangan yang Menunjukkan Masalah Kesehatan, Cek Sekarang!
Superbug ini merujuk pada jenis bakteri yang menyebabkan penyakit yang telah bermutasi menjadi kebal terhadap segala jenis antibiotik yang umumnya digunakan untuk mengatasinya.
Para peneliti di University of Melbourne menemukan tiga varian bug yang tahan terhadap banyak obat dalam sempel dari 10 negara, termasuk strain di Eropa yang tidak dapat dijinakkan oleh obat apa pun yang saat ini beredar di pasaran.
"Kami memulai dengan sampel di Australia tetapi melakukan snapshot global dan menemukan banyak bug di banyak negara dan banyak lembaga di seluruh dunia. Sepertinya sudah menyebar,"peringatan Ben Howden, Direktur Laboratorium Kesehatan Publik Unit Diagnostik Mikrobiologi universitas kepada AFP.
Baca Juga : 5 Jenis Antibakteri Alami Untuk Cegah Infeksi Anggota Keluarga
Bakteri bug yang dikenal dengan Staphylococcus epidermidis, terkait dengan MRSA yang lebih dikenal dan lebih mematikan.
Peneliti percaya bahwa superbug menyebar dengan cepat karena penggunaan antibiotik sangat tinggi di unit perawatan intensif, di mana pasien kebanyakan diberi resep obat yang paling kuat untuk mengatasi infeksi.
Sedangkan pada kesempatan lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan penggunaan antibiotik berlebihan di rumah sakit justru memicu strain baru pembunuh bakteri yang resistan terhadap obat.
Penelitian lain di Australia pada bulan lalu, menunjukkan beberapa superbug rumah sakit tumbuh semakin toleran terhadap desinfektan berbasis alkohol yang ditemukan di tangan dan pembersih yang digunakan di bangsal rumah sakit.
Baca Juga : Berita Kesehatan : Inggris, Negara Pertama Angkat Menteri Pencegahan Bunuh Diri
"Dengan semua bakteri di lingkungan rumah sakit, kami mendorong lebih banyak strain yang resisten dan tidak diragukan lagi bahwa resistensi antibiotik adalah salah satu bahaya terbesar bagi perawatan rumah sakit di seluruh dunia."(*)
Source | : | Kompas.com,AFP,Nakita.id,Sidney Morning Herald |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR