Nakita.id - Moms pasti menginginkan Si Kecil makan lahap tanpa harus pilih-pilih makanan alias picky eater.
Mulai menginjak usia 1 tahun, Si Kecil mulai belajar tentang rasa makanan dan sadar apa saja makanan yang dianggap enak.
Jadi, penting bagi Moms untuk mengenalkan segala macam rasa makanan agar anak terbiasa dan meminimalisir anak berubah jadi picky eater.
Anak yang terlanjur pemilih cenderung susah makan, apalagi sayuran.
Baca Juga : Anak Susah Makan? Cukup Pakai Temulawak untuk Nafsu Makan Anak
Ia akan cenderung makan jenis yang sama secara berulang-ulang, sehingga anak kekurangan asupan gizi yang lengkap.
Picky eater perlu diatasi segera agar Si Kecil tidak terlambat untuk mendapatkan gizi yang cukup.
Risikonya bila kondisi picky eater ini tak diatasi bisa menyebabkana ank stunting.
Menurut Nutritionist Dr. Rita Ramayulis, dalam acara International Chefs Day 2018: 'Healthy Food for Growwing Up' oleh Nestle, Sabtu (20/10/2018) di Jakarta Selatan, picky eater terbagi dalam dua jenis.
Baca Juga : Anak Pilih-pilih Makanan Alias Picky Eater? Menurut Prof Rini Tak Masalah
"Picky eater itu ada dua jenis, ada picky eater karena fisik, gangguan karena fisik, itu secara fisiologisnya dia, itu kaitannya dengan penyakit, dan ada picky eater karena psikologis," ungkap Rita.
Baca Juga : Anak Pilih-pilih Makanan Alias Picky Eater? Menurut Prof Rini Tak Masalah
Keduanya berbeda pula penyebab dan cara penanganannya.
"Kalau yang karena fisiologis, itu bisa terjadi karena tubuhnya itu ada infeksi ada inflamasi. Inflamasi pada tubuh anak kecil bisa terlihat dari panas yang dihasilkan tubuh, bisa juga tidak.
Misalnya anak terlalu banyak mengonsumsi Bahan Tambahan Pangan (BTP), kemudian terjadi sedikit inflamasi atau peradangan, nafsu makannya jadi menurun," ungkap Rita.
Baca Juga : Tidak Bikin Gemuk, Ini Cara Memasak Nasi Agar Rendah Kalori
Bila aa infeksi atau peradangan dalam tubuh, nafsu makan anak jadi menurun, dan ia cenderung akan pilih-pilih makanan.
Namun Rita mengungkapkan bila penyebab tersering picky eater pada anak ialah karena faktor psikologis.
"Kebanyakan terjadi di Indonesia adalah picky eater karena psikologis, kok bisa? lihat saja orangtua jaman sekarang, memberikan makanan pada anak tidak dijadikan sebagai stimulasi, upaya pendidikan, upaya cinta," Imbuhnya.
Bila proses makan tak disertai stimulasi, upaya pendidikan dan cinta orangtua, anak jadi merasa terbebani saat ia makan.
Baca Juga : 4 Hal yang Bisa Dilakukan untuk Meningkatkan IQ Anak Sejak Bayi
Anak yang merasakan beban ini bisa terjadi saat orangtua mendesak untuk makan banyak, makan dihabiskan dan tergesa-gesa.
"Anak saat makan merasakan beban, beban harus dihabiskan, tergesa-gesa, atau dalam waktu 30 menit masih diteruskan juga makannya, membuat anak bosan."
Baca Juga : Berita Kesehatan: Suhu Panas Landa Jakarta, Sel Tubuh Anak Bisa Rusak
"Situasi makan tidak menyenangkan, tampilan makanan juga, inilah menimbulkan picky eater. Jadi kita memang tidak boleh berlaku ekstrem pada makanan, karena sesuatu yang ekstrem terkait makanan akan membuat dia picky eater," tandas Rita.
Baca Juga : Anaknya Sempat Jadi Picky-Eater, Lia WaOde Siasati dengan Cara Ini
Picky eater secara psikologi sangat rentan pada anak yang tidak dikenalkan aneka ragam makanan dari tekstur juga rasa, menurut Rita.
Corporate Nutritionist Nestlé Indonesia, Eka Herdiana, juga menuturkan bagaimana mengatasi Si Kecil yang picky eater.
Baca Juga : Bahaya! Jangan Konsumsi 5 Makanan Ini di Pagi Hari, Nomor 2 Sering Dilakukan
"Kita harus kasih banyak sekali aneka ragam makanan, karena kadang-kadang banyak orangtua yang karena khawatir ada alergi pada anak, akhirnya ada kekhawatiran, padahal ngga semua anak memiliki alergi yang sama."
"Jadi sebenarnya kita harus memperkenalkan semakin banyak jenis ketika usia dini, dan dibutuhkan kreativitas orangtua untuk mix and match sayuran, dan untuk membuat makanan yang menarik dan juga memberikan rasa yang nikmat," tutup Diana.
Baca Juga : Berita Kesehatan Akurat: Bahaya Dibalik Obat Kuat Alias Suplement Seks
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR