Nakita.id.- Sudah lama diketahui, dampak rokok berupa penyakit-penyakit mematikan, terjadi juga di Indonesia.
Survei ekonomi yang pernah dilakukan di Indonesia juga menyebutkan dampak rokok pada ketangguhan ekonomi keluarga dimana pengeluaran untuk rokok ternyata menyedot anggaran rumah tangga yang seharusnya bisa diperuntukkan untuk biaya sekolah dan perbaikan gizi anak.
Baca Juga : Salut, 100 Kota di Sri Lanka Sepakat Memboikot Penjualan Rokok!
Sayangnya, meski tahu dan sadar rokok berbahaya bagi kesehatan dan keuangan, tetap saja sangat sedikit orang yang kemudian berhenti merokok.
Meskipun risiko diketahui, dan kampanye pencegahan sudah dilaksanakan di berbagai bagian dunia, setiap tahunnya, di seluruh dunia sekitar enam hingga tujuh juta orang meninggal akibat dampak merokok.
Jika bahayanya sudah diketahui, mengapa berhenti merokok sangat sulit. Juga mengapa mereka yang sudah berhenti, mulai merokok kembali?
Baca Juga : Perusahaan Jepang Membayar Mahal Karyawan Yang Jam Tidurnya Bagus
Hal ini rupanya tidak terkait dengan kurangnya niat untuk berhenti merokok.
Yang bertanggungjawab adalah mutasi gen, dan kerentanannya terhadap nikotin juga sudah diketahui selama ini, kata ilmuwan dari Prancis, seperti dikutip dari DW, Selasa (22/10/2018).
Ilmuwan dari Institut Pasteur dan institut Perancis National Center for Scientific Research bekerjasama dengan Universitas Sorbonne dan Insern mengadakan kerjasama dan mengungkap, mutasi gen yang dicatat pada tikus, juga menyebabkan orang yang sudah berhenti merokok kembali merokok lagi.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Gerakan Global Mengurangi Garam, Penduduk Cina Paling Banyak Mengonsumsi Makanan Asin
Mutasi ini juga bisa ditemukan pada manusia. Yaitu pada sekitar 35% warga Eropa, serta kurang lebih 50% penduduk Timur Tengah.
Menurut studi yang dipublikasikan dalam majalah "Current Biology", nikotin menyebabkan ketagihan karena mengikat reseptor nikotin di otak.
"Akibatnya, otak mengaktifkan perasaan mendapat 'kebahagiaan', dan menyulut perasaan senan," demikian dikatakan Uwe Maskos, kepala bagian neurobiologi integratif pada bagian Sistem Cholinerge di Institut Pasteur dan CNRS.
Baca Juga : Ini Penjelasannya Mengapa Kotoran Baunya Sangat Menyengat Saat BAB
Dalam beberapa tahun terakhir, studi besar-besaran atas gen manusia menunjukkan, mutasi pada gen CHRNA5 berkaitan dengan bertambahnya risiko ketergantungan pada nikotin rokok secara signifikan.
Berdasarkan hasil studi ini, para ilmuwan mengadakan percobaan mutasi pada seekor tikus dengan bantuan teknik di bidang gen molekuler.
Mereka kemudian menilai perilaku tikus dalam beberapa hal, dan menunjukkan bahwa mutasi gen menyebabkan konsumsi nikotin pada rokok yang makin tinggi, dan kemungkinan kembali merokok setelah berhenti juga bertambah.
Baca Juga : Ingin Cepat Langsing Pasca Melahirkan? Manfaatkan Stroller Untuk Olahraga
"Studi ini memungkinkan kami menilai dampak mutasi gen atas sejumlah stadium ketergantungan pada nikotin dengan presisi tinggi.
Ini memberikan penjelasan pertama bagaimana berfungsinya mekanisme yang menyebabkan orang kembali merokok setelah berhenti", demikian dijelaskan penulis studi Benoit Forget.
Yang menarik, penelitian menunjukkan, efek ini berkaitan dengan berkurangnya aktivitas neuron di nucleus interpeduncularis, yaitu sebuah area di bagian tengah otak.
Bagian ini adalah struktur otak dengan konsentrasi terbesar dari apa yang disebut subunit reseptor α-Nikotin, atau reseptor nicotinic acetylcholine.
Berdasarkan hasil studi, kini para pakar kedokteran berusaha mencari solusi yang tepat untuk meningkatkan aktivitas reseptor nikotin subunit α, agar konsumsi tembakau berkurang dan kemungkinan orang kembali merokok juga berkurang. (*)
Source | : | liputan 6,dw.com,Majalah Prevention Indonesia |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR