Nakita.id - Mayoritas masyarakat Indonesia kerap menggunakan minyak kelapa sawit untuk mengolah makanan sehari-hari.
Sedangkan, penggunaan minyak nabati lain biasanya dipakai bagi mereka yang menjalankan pola makan sehat.
Misalnya seperti minyak zaitun, minyak jagung, dan lain sebagainya.
Termasuk juga minyak kedelai.
Baca Juga : Sempat Jadi Mantan Terindah Nafa Urbach, Begini Kabar Aktor Tampan Ini Sekarang
Namun, di Indonesia sendiri, jarang yang menggunakan minyak kedelai.
Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS, Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, menjelaskan, "Pertama, karena mahal. Kedua karena kurang cocok dengan budaya kita (orang Indonesia).
Budaya orang Indonesia itu menggoreng menggunakan minyak secara berulang, hingga menjadi minyak jelantah. Sementara minyak kedelai tidak bisa diperlakukan seperti itu."
Baca Juga : Pemain Timnas U-19 Rivaldo Ferre, Disorot Media Internasional Hingga Punya Nilai Transfer Miliaran!
Dalam acara 'Mengenal Soya, Alternatif Protein yang Kaya Akan Nutrisi' oleh Danone di Taman Kajoe, Jakarta Selatan, pada Rabu (24/10/2018), ia menambahkan, "Kandungan lemak tidak jenuh pada minyak kedelai itu banyak.
Kalau lemak tidak jenuh digoreng, bisa menjadi radikal bebas. Paling mentok bisa dipakai menggoreng 1-2 kali, selesai."
Karena ini, minyak kedelai digunakan sebagai pelengkap salad.
"Karena karakteristik minyak kedelai berbeda dengan minyak kelapa atau kelapa sawit. Tingkat lemah tidak jenuhnya berbeda," terangnya.
Baca Juga : Balita 3,5 Tahun Meninggal Karena Terkunci Dalam Mobil, Sang Ayah Merasa Ada Kejanggalan!
Namun, di satu sisi, kondisi ini juga dirasa menguntungkan.
"Memang tidak cocok untuk digoreng, tetapi cocok untuk pelengkap salad, karena kaya akan Omega 3, Omega 6, dan asam lemak tak jenuh tunggal," pungkasnya.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Amelia Puteri |
Editor | : | Nakita_ID |
KOMENTAR