Kendati begitu, WHO tetap meminta seluruh dokter untuk membatasi penggunaan CBD dan bukan menggunakannya sebagai obat-obatan utama yang bisa diresepkan ke semua orang.
WHO juga masih akan terus melakukan penelitian lanjutan untuk memastikan secara keseluruhan zat yang tedapat dalam ganja yang rencananya akan dilakukan tahun ini.
Dalam laporan yang sama, WHO juga memberi instruksi untuk membatasi obat jenis fentanyl yang biasa digunakan di Amerika karena obat tersebut menyebabkan kematian beberapa penggunanya yang mengalami kecanduan.
Juru bicara WHO mengatakan, “Ada peningkatan minat dari negara-negara anggota dalam penggunaan ganja untuk indikasi medis termasuk untuk perawatan pengobatan.”
Bukti terbaru dari uji coba pada hewan dan manusia menunjukkan, penggunaan CBD dinilai dapat menjadi terapi untuk kejang karena epilepsi dan kondisi terkait.
Ganja medis dalam CBD ini dalam dosis yang sangat tepat dan tidak menginduksi, sehingga pengguna tidak akan mengalami overdosis dan kecanduan seperti layaknya narkotika.
Baca Juga : Sempat Rasakan Pahit Manisnya Hidup, Intip Kediaman Mona Ratuliu yang Super Nyaman
Menanggapi penelitian tersebut, Raul Elizade, seorang ayah dengan anak yang memiliki gangguan epilepsi parah di Meksiko menyatakan ia merasa senang dengan keputusan WHO ini.
Playground of Nusa Nipa Sekolah Cikal, Gaungkan Pentingnya Jaga Harmoni antara Alam dan Sesama Makhluk Hidup
Source | : | Daily Mail,Mirror.co.uk |
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR