Hal ini menjadi penjelasan kenapa seorang korban tindak pemerkosaan tidak dapat bergerak saat mengalami pelecehan.
Bukan karena sang korban menerima, mengizinkan atau bahkan menikmati, namun lebih kepada reaksi takut yang berimbas pada kelumpuhan.
Ketika mendapatkan penyerangan, korban akan berusaha untuk mengosongkan pikiranya.
Baca Juga : Pengacara Hilda Vitria Sebut Kriss Hatta Sudah Jadi Tersangka dan Terancam Total 15 Tahun Penjara
Hal tersebut berjalan secara otomatis agar korban tidak lagi mengingat-ingat kejadian tersebut.
Munurut dr. Anna Moller seorang peneliti dari General Hospital di Swedia, tindakan menyalahkan korban karena tidak melakukan perlawanan saat diperkosa sangat berbahaya.
Pasalnya, sejumlah korban memang mengalami kelumpuhan saat mengalami kejadian nahas tersebut.
Baca Juga : Ahmad Dhani Ceraikan Maia Estianty Lewat SMS dengan Kata Sadis, Mengaku Menangis Setelahnya
Korban pemerkosaan juga rentan diserang trauma dan depresi serta menyalahkan diri sendiri karena tidak melawan serangan pelaku.
Komentar-komentar mengenai ketidakmampuan korban melawan tersebut akan berdampak pada semakin lambatnya pemulihan korban baik secara psikis maupun fisik. (*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR