Nakita.id - Kanker merupakan penyakit yang ditakuti oleh masyarakat banyak serta dapat mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
Dari sekian banyak jenis kanker, kanker paru merupakan kanker dengan angka kematian tertinggi di dunia.
Sekitar 1,7 juta orang meninggal setiap tahunnya, atau satu dari lima kematian kanker disebabkan oleh kanker paru.
Menurut informasi yang didapat dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), para pasien kanker paru umumnya laki-laki.
Baca Juga : 6 Penyebab Kanker Paru-paru yang Tidak Berkaitan Dengan Rokok, Catat!
Baca Juga : Konsumsi 3 Siung Bawang Putih Sehari, Cegah Risiko Kanker Paru-Paru
Baca Juga : Jadi Perokok Pasif Berisiko Kena Kanker Paru Seperti Istri Indro 'Warkop', Begini Solusi Mencegahnya!
Faktor risiko terbesar terjadinya kanker paru yaitu karena paparan asap rokok.
Faktor risiko lain meliputi tinggal atau bekerja di daerah yang terpapar karsinogen (slika, pertambangan, bahan kimia, dan lainnya), polusi tinggi, radon, dan riwayat penyakit paru fibrosis.
Dari seluruh pasien kanker paru, ternyata lebih dari 80% pasien baru menyadari dan datang kepada dokter setelah stadium lanjut atau stage IV.
Berdasarkan penjelasan dari press release PDPI, pihaknya mengimbau pemerintah untuk peduli kanker melalui sistem perundangan pengurangan pajanan tembakau.
Baca Juga : Ada 3 Jenis Asap Rokok yang Berbahaya, Waspadai Dampaknya
Lalu, melalui upaya pengurangan polusi udara dan industri, serta upaya perlindungan pekerja yang terpapar karsinogen.
Agar Moms dan Dads terhindar dari ancaman kanker paru yang mematikan, maka disarankan untuk melakukan pendeteksian dini.
Upaya deteksi dini kanker paru wajib dilakukan pada pasien dengan usia menengah atau di atas 35 tahun, perokok aktif dan pasif.
Dilansir dari laman www.ui.ac.id, Doktor Biomedik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr.dr.Achmad Hudoyo, Sp.P(K), menciptakan sebuah inovasi deteksi dini kanker paru dengan menggunakan balon karet.
Ia mengembangkan sebuah deteksi dini kanker dengan cara “memerangkap” napas-hembusan pasien terduga kanker paru ke dalam sebuah balon karet yang kemudian didinginkan dalam lemari es atau direndam dalam air es agar napas-hembusan di dalam balon karet mengalami proses pendinginan.
Tahap berikutnya, napas hembusan tersebut disemprotkan ke kertas saring khusus untuk menyimpan DNA. Media kertas saring inilah yang akan dikirim ke laboratorium biomolekular untuk pemeriksaan lebih lanjut terkait vonis kanker paru.
Metode ini juga memiliki keunggulan karena menggunakan alat yang sederhana dan murah, yaitu berupa balon karet yang sering dimainkan anak-anak yang dapat dengan mudah ditemukan di Indonesia. Tingkat keakuratan metode ini juga mencapai diatas 70%.
Siapa yang baiknya melakukan deteksi dini? mereka yang punya riwayat kanker pada keluarga, riwayat penyakit fibrosis paru, dan TB.
Baca Juga : Waspada, Asap Rokok Bisa Jadi Penyebab Alergi Makanan Pada Anak
Serta, mereka yang memiliki gejala respirasi (batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, pembengkakan di dada, suara sesak, dan berat badan turun) yang tak kunjung sembuh dengan pengobatan biasa.
Tak luput, pendeteksian dini kewaspadaan pada penderita TB paru dengan status bakteriologis negatif yang memiliki risiko kanker.
"Upaya deteksi dini melalui pemeriksaan ke layanan primer, rujukan untuk mendapatkan foto toraks, dan ct-scan toraks, dan konsultasi ke dokter spesialis paru untuk mendapatkan diagnosis dan terapi kanker paru," jelas pengurus pusat PDPI, DR. Dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Finna Prima Handayani |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR