Sebanyak 37% Anak Indonesia Masih Kekurangan Protein, Ini Akibatnya

By Rizqa Widiasti, Rabu, 2 Januari 2019 | 17:53 WIB
Risiko tubuh kekurangan asupan protein (iStockphoto)

Nakita.id – Tahukah Moms, ternyata, konsumsi protein masyarakat Indonesia masih rendah.

Karbohidrat (nasi, mi, dan roti) dan lemak, justru dikonsumsi terbanyak dari gorengan dan makanan cepat saji.

Akibatnya, diperkirakan sekitar 37% anak Indonesia masih kekurangan asupan protein.

Salah satu penyebabnya, protein belum menjadi prioritas dalam pengeluaran belanja masyarakat karena rendahnya daya beli.

Baca Juga : Rutin Minum Air Kunyit dan Lada Hitam Seminggu, Khasiatnya Tak Terduga!

Kurangnya pemahaman tentang manfaat protein, termasuk pengetahuan tentang memilih protein berkualitas, juga menjadi alasan.

Ini menandakan rendahnya kualitas asupan protein dan konsumsi pangan masyarakat bukan hanya karena faktor daya beli tapi juga pengetahuan yang belum cukupnya pengetahuan tentang pentingnya protein.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), protein tidak hanya bagus bagi kecerdasan anak, tapi menyimpan sejumlah manfaat lain.

Berikut daftar manfaat yang diberikan WHO:

-Pemeliharaan, pembentukan serta perbaikan sel dan jaringan tubuh.

-Pembentukan otot dan tulang. Protein berperan dalam peningkatan tinggi badan, berat badan, maturasi tulang serta postur tubuh.

Baca Juga : Sarwendah Tampak Cantik Kenakan Tudung Ketika Kunjungi Masjid di Dubai, Penampilannya Jadi Sorotan

-Pembentukan imunitas, hormon, hemoglobin (sel darah merah), pembentukan darah, enzim dan berbagai proses kimiawi yang diperlukan tubuh untuk kekebalan, pencernaan, metabolisme, dll.

-Sebagai simpanan energi, bila kekurangan karbohidrat dan lemak.

-Mengendalikan lemak dan kolesterol tubuh yang baik serta berperan penting dalam pembakaran lemak sehingga berfungsi juga untuk mengendalikan berat badan.

-Protein membuat rasa kenyang lebih lama sehingga anak bisa terhindar dari obesitas akibat sering makan.

-Mengurangi risiko sindrom metabolik, gangguan kesehatan yang bisa menyebabkan penyakit jantung dan diabetes.

-Meningkatkan absorbsi (penyerapan) kalsium.

-Berperan dalam pengaturan transpor nutrisi dari usus halus ke dinding usus halus, lalu beredar ke seluruh pembuluh darah ke jaringan tubuh, untuk kemudian masuk ke dalam membrane sel jaringan untuk membentuk sel-sel baru.

-Mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh.

-Menjaga derajat keasaman (pH) di dalam tubuh.

-Sebagai pertahanan melawan kuman dan detoksifikasi.

Jika asupan protein dibawah angka kecukupan gizi, maka balita berisiko mengalami kondisi Kurang Energi Protein (KEP).

Para ahli mengelompokan KEP ke dalam tiga tipe utama yaitu:

Baca Juga : Aksi Kopassus Minum Darah Ular dan Berjalan di Bara Api Membuat Tentara AS Ternganga!

1. Marasmus

Si Kecil yang mengalami marasmus biasanya memiliki berat badan sangat rendah, ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran tubuh, mudah terkena infeksi penyakit, rambut tipis dan mudah rontok, kulit kering dan berlipat, tingkat kesadaran menurun, dan sering diare.

Masalah gizi ini sering terjadi pada anak usia satu tahun yang tidak mendapatkan cukup Air Susu Ibu (ASI).

2. Kwashiorkor

Kondisi ini banyak ditemukan pada anak usia 1-3 tahun yang kurang mendapatkan asupan protein.

Si Kecil yang mengalami kwashiorkor sering kali mengalami pembengkakan di seluruh tubuh hingga tampak gemuk terutama pada bagian punggung kaki.

Bila bagian punggung kakinya ditekan akan meninggalkan bekas seperti lubang, otot mengecil, serta munculnya ruam yang berwarna merah muda pada kulit kemudian berubah menjadi cokelat kehitaman dan mudah mengelupas.

Baca Juga : Darah Haid Bisa Tunjukkan Gejala Penyakit Tertentu, Waspada dengan Warna Ini

3. Kwasiorkor Marasmus

Kondisi ini sering dikenal dengan istilah busung lapar dan timbul jika makanan seharihari tidak mengandung cukup energi dan protein.

Sebagai orangtua jika ingin kesehatan anak selalu terjaga, Moms tentu harus memberikan nutrisi yang tepat.

Ini agar Si Kecil bisa tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya, sehat, cerdas, dan aktif.