Tak Bisa Lagi Buat Masakan Indonesia Jadi Salah Satu Dampak Kurangnya Petani Muda di Indonesia, Begini Penjelasannya

By Anisa Annan, Rabu, 25 September 2019 | 15:42 WIB
Ilustrasi bertani ()

Nakita.id - Bicara soal cita-cita, tentu Moms selalu menginginkan Si Kecil meraih yang terbaik, termasuk pilihan profesi masa depannya.

Dokter, pengacara, pengusaha, arsitek, banyak profesi tersebut yang dianggap mampu mendulang kesuksesan.

Akan tetapi, pernahkah Moms memikirkan jika Si Kecil kelak menjadi petani?

Baca Juga: Cuaca Panas Kemarau Panjang Bikin Si Kecil Rentan Terkena Penyakit, Orangtua Wajib Waspada

Kerja tani mungkin banyak dianggap sebagai kerja kasar, suatu profesi yang tak perlu pendidikan tinggi.

Bahkan hasil survey yang dihimpun Bango dari Badan Pusat Statistik menemukan jika profesi petani merupakan jenis profesi paling rendah peminatnya.

Sebanyak 65% petani Indonesia kini berusia di atas 45 tahun.

Ketika para petani semakin tua, lantas tak ada generasi baru yang meneruskan pertanian bisa menyebabkan masalah di bidang agrikultur.

Senior Brand Manager Bango, Nando Kusmanto, memaparkan jika jumlah petani di Indonesia kian berkurang.

"Jumlah petani di Indonesia berkurang hingga 4 juta," jelas Nando dalam acara launching kemasan "Cita Malika", pada Rabu (25/9/2019).

Tak bisa disepelekan, berkurangnya petani berpengaruh signifikan pula pada produksi bahan tani dalam negeri, Moms.

Baca Juga: Banyak Bergaul Bentuk Sikap Baik dan Rasa Hormat Si Kecil, Yuk Dicoba Moms!

Dalam acara tersebut dijelaskan pula jika kurangnya regenerasi petani muda menjadi masalah pelik.

Ini pun bisa memengaruhi kuliner Indonesia, yang mana membutuhkan bahan-bahan pertanian yang dibudidayakan petani Indonesia.

Semakin berkurangnya petani muda bisa berdampak sulitnya Moms untuk memasak makanan khas Indonesia kesukaan keluarga.

Pernakah Moms membayangkan tak bisa lagi memasak semur karena tak ada petani kedelai hitam?

Oleh karena itu Bango melalui Yayasan Unilever menggagas ide regenerasi petani muda melalui Program Petani Muda.

Bekerja sama dengan The Learning Farm Indonesia, program ini akan memberikan pembinaan bertahap untuk 25 - 40 petani muda.

Tak hanya kemampuan bercocok tanam, mereka pun akan diajarkan mengenai kemampuan soft skill yang dibutuhkan untuk sukses di era millenial sebagai petani melek teknologi.

Baca Juga: Demi Menjadi Anak Pemberani, Jangan Biarkan Anak Tidak Menghadapi Masalah dan Kegagalannya

Program ini juga didukung melalui peluncuran kemasan Bango yang khusus dibubuhi desain dari desainer berbakat, Didiet Maulana, dan kisah para petani yang ditulis oleh Dewi Lestari.

Didiet Maulana sendiri menemukan adanya kesamaan antara desain dan pertanian, yakni pekerjaan yang dilandasi rasa cinta.

Ia pun membuat desain merepresentasikan hubungan petani dan kedelai hitam.

Sementara kisah para petani ini bukan fiksi, Dee Lestari menuliskannya setelah bertemu langsung dengan para petani kedelai hitam dan menyelami dunia mereka.

Tak hanya di kemasan baru, kisah-kisah lengkap para petani ini juga bisa dibaca dalam bentuk digital di situs Bango.