Selama Pandemi Covid-19 Jam Istirahat Si Kecil Berantakan? Yuk Moms Kenali 3 Jenis Gangguan Tidur Ini yang Bisa Menyerang Anak

By Ine Yulita Sari, Sabtu, 2 Mei 2020 | 16:00 WIB
Ilustrasi anak tidur (freepik)

Nakita.id - Tidur merupakan hal kecil yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.

Menjaga kualitas tidur tetap baik adalah hal yang perlu dilakukan karena bermanfaat bagi fisik maupun mental.

Meski demikian, tak bisa dipungkiri bahwa sebagian orang masih memiliki gangguan tidur, atau dalam istilah kesehatan disebut sleep disorder.

Baca Juga: Waspada, Moms! Sederet Hal Ini Dapat Mengganggu Kebutuhan Tidur Anak Usia 2 Tahun

Gangguan tidur yang umumnya membuat kita terjaga di malam hari dan membuat tubuh lemas di siang hari, rupanya juga bisa terjadi pada anak-anak dan remaja.

Dikutip dari Kompas.com, pakar tidur anak Sally Ibrahim, MD, mengatakan gangguan tidur ini dapat memengaruhi kesehatan anak-anak dan orangtua, karena orangtua yang merawat mereka.

Dia menjelaskan tiga gangguan tidur yang bisa terjadi pada anak-anak dan bagaimana mengatasinya.

Baca Juga: Moms Harus Tahu, Ini 5 Gangguan Tidur Pada Bayi!

1. Insomnia

Insomnia memengaruhi anak dengan cara yang sama seperti insomnia memengaruhi orang dewasa.

Seperti orang dewasa, anak-anak juga bisa kesulitan tidur atau tetap tertidur.

Kasus akut dapat disebabkan oleh stres atau penyakit, tetapi jika insomnia berlangsung lebih lama dari beberapa bulan, mungkin ini insomnia kronis.

Untuk kasus yang lebih ringan, bantu anak-anak mempraktikkan kebiasaan tidur yang baik.

Berikut tipsnya:

Baca Juga: Gangguan Tidur Ternyata Bisa Menyerang Tanpa Disadari, Simak Penjelasannya

- Tetapkan batas dan bersikap tegas tentang waktu tidur.

- Miliki rutinitas tidur teratur, dan pertahankan sebaik mungkin. Efeknya bukan hanya pada anak-tetapi juga akan menghasilkan kualitas tidur yang lebih baik untuk semua orang di rumah.

- Hindari konsumsi kafein dan kurangi asupan gula.

- Jauhkan elektronik dari kamar tidur, terutama untuk remaja dan anak-anak yang tidak dapat mengatur penggunaannya.

- Biarkan kamar tidur tenang, dingin, dan gelap.

- Orangtua juga bisa memberi hadiah untuk anak-anak yang berusia lebih kecil, ketika mereka berhasil tidur tepat waktu.

- Untuk kasus yang sulit, bicarakan dengan dokter anak.

Untuk beberapa anak, konsultasi dengan dokter tidur dapat membantu.

Terkadang, psikolog tidur akan membantu membimbing anak insomnia dengan terapi perilaku kognitif.

2. Sindrom fase tidur tertunda

Delayed Sleep Phase Syndrome (DSPS) atau sindrom fase tidur tertunda bisa menjadi masalah mengkhawatirkan pada remaja.

Pasalnya, ketika mereka mengalami sindrom fase tidur tertunda, maka ritme sirkadian otomatis terganggu, jam biologis mereka membuat mereka cenderung seperti “burung hantu” (terlambat tidur dan terlambat bangun).

Seringkali gangguan tidur ini keliru dianggap sebagai insomnia pada awalnya, tetapi memang dapat menyebabkan insomnia jika menjadi kronis.

Berikut tips untuk orangtua:

Baca Juga: Tanda Seseorang Memiliki Penyakit Mental yang Sering Diabaikan, Susah Tidur Salah Satunya!

- Ajarkan kepada anak remaja kebiasaan tidur yang baik.

- Pastikan mereka menghindari kafein.

- Batasi waktu tidur di siang hari.

- Batasi penggunaan elektronik di malam hari, terutama penggunaan cahaya.

- Paparan cahaya di malam hari harus dihindari, karena dapat menunda jam biologis. Sebaliknya, cahaya di pagi hari sangat penting untuk membantu mengatur jam bangun dan membantu menjaga ritme biologis tetap terjaga.

- Jika gangguan tidur tetap tak bisa diatasi, segera konsultasikan dengan dokter anak untuk mendapat rekomendasi perawatan yang tepat.

3. Sleep apnea

Mendengkur, tidur tidak nyenyak, berhenti bernapas saat tidur, merupakan gejala-gejala sleep apnea yang juga menyerang anak-anak.

Baca Juga: 4 Cara Mudah Agar Tidur Lebih Nyenyak dan Berkualitas Selama Kehamilan

Perhatikan apakah hidung anak tersumbat dan napasnya berat saat anak tidur. Pada orang dewsa, sleep apnea umumnya terjadi karena beberapa faktor, seperti perubahan suasana hati, kelelahan di siang hari, dan tekanan darah tinggi.

Sedangkan pada anak, Dr. Ibrahim mengatakan anak-anak dengan sleep apnea dapat mengompol.

Mereka mungkin memiliki masalah yang sama di siang hari dengan anak-anak attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), seperti masalah konsentrasi, nilai buruk, dan masalah perilaku.

Jika anak menderita sleep apnea, biasanya terapi lini pertama adalah menghilangkan amandel dan kelenjar gondok, tetapi bukan tidak mungkin ada pertimbangan lain.

CPAP, mesin yang membantu pernapasan di malam hari, biasanya dicadangkan untuk mereka yang sudah menjalani operasi amandel dan kelenjar gondok atau mereka yang tidak memiliki opsi bedah lain.

Terpenting, kata Dr. Ibrahim, adalah mengatasi masalah tidur sedini mungkin pada anak-anak.

Ini akan membantu memastikan, bahwa mereka tetap sehat dan mengembangkan kebiasaan tidur yang positif seumur hidupnya.Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Si Kecil Susah Tidur? Kenali 3 Jenis Gangguan Tidur pada Anak"