Vaksin Itu Halal Aman Tidak Menyebabkan Autis, Ini Buktinya

By Nia Lara Sari, Senin, 5 Maret 2018 | 21:40 WIB
Nakita.id mewawancarai dr. Mahsun Muhammadi, MKK, dari bio farma (Indah/Nakita.id)

Nakita.id - Setiap orangtua tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya.

Karenanyalah orangtua ingin sekali anak-anaknya bisa terhindar dari berbagai penyakit, tak terkecuali penyakit infeksi menular.

BACA JUGA: Amankah Tubuh Manusia Terima Ratusan Ribu Vaksin? Ini Penjelasan Dokter

Saat ini setidaknya Indonesia memiliki lima jenis imunisasii yang wajib diberikan kepada anak sejak Si Kecil lahir.

Beberapa vaksin tersebut yaitu; Hepatitis B, Polio, BCG, Campak, dan Pentabio (DPT, HB, Hib).

Tak hanya itu saja, ke depannya Indonesia dikabarkan akan memberikan secara cuma-cuma alias gratis beberapa vaksin baru, seperti Measles Rubella (MR), HPV, Japanese Encaphalitis (JE), dan vaksin untuk radang paru akut.

Begitu luar biasanya imunisasi dalam mencegah penyakit, membuat anak wajib menerima imunisasi tanpa terkecuali.

Namun, masih banyak orangtua yang ragu untuk mengimunisasi putra-putrinya, karena banyak isu beredar mengenai bahan baku vaksin, yang dipertanyakan.

Apakah halal? Apakah aman? Apakah tidak meracuni anak? Apakah tidak menyebabkan autis?

BACA JUGA: Vaksin Haram atau Halal? Moms, Cari Tahu Jawabannya Di Sini, Dari MUI

Salah satu perusahaan Indonesia yaitu Biofarma mengupayakan proses pembuatan vaksin menjadi halal mulai dari bahan bakunya, proses tahapan produksi hingga menjadi produk vaksin.

Sebenarnya, Vaksin adalah suatu produk yang menghasilkan kekebalan terhadap penyakit dan dapat diberikan melalui jarum suntik, kulit, atau diberikan dengan penyemprotan.

Vaksinasi adalah tindakan penyuntikan organisme yang mati atau dilemahkan, selanjutnya akan menghasilkan kekebalan tubuh terhadap organisme tersebut.

Kira-kira beginalah tahap pembuatan vaksin Moms.

Menghasilkan antigen dari Kuman

Produksi awal melibatkan pembentukan antigen dari mikroba. Untuk ini virus atau mikroba tumbuh baik pada sel-sel dasar seperti telur ayam (misalnya vaksin influenza).

Antigen juga bisa merupakan racun atau toxoid dari organisme (misalnya difteri atau tetanus) atau mungkin berupa bagian potongan tubuh kuman.

Selain itu antigen juga bisa jadi berupa protein atau bagian dari organisme yang dibiakkan dengan media jamur, bakterilain atau sel budidaya.

Bakteri atau virus dibuat lemah dengan menggunakan bahan kimia atau panas untuk membuat vaksin (misalnya vaksin volio).

BACA JUGA: Sulit Dapatkan Donor Darah Spesifik? Indonesia Sudah Punya Solusinya

lsolasi antigen

Isolasi bertujuan untuk menghilangkan komponen yang tidak diinginkan dari hasil kultur.

Pemurnian atau pencucian bertujuan untuk mempertahankan komponen yang diinginkan secara selektif sesuai dengan spesifkasi tertinggi, sekaligus secara selektif membuang komponen yang tidak diperlukan.

Umumnya purifikasi ini dilakukan setelah proses fermentasi.

Beberapa metode yang digunakan pada purifikasi adalah sentrifugas, kromatografi dan filtrasi.

Filtrasi dilakukan dengan memberikan tekanan tertentu agar larutan yang ingin dimurnikan masuk melalui membran penyaringan, "dicuci" hingga jutaan kali (seperti pada beberapa vaksin yang bersinggungan dengan enzim tripsin babi, sehingga pada akhirnya yang tersisa hanyalah komponen yang diinginkan.

Penambahan bahan dasar vaksin setelah antigen dibentuk vaksin diformulasikan dengan menambahkan ajuvan, stabilisator dan pengawet.

BACA JUGA: Kanker Payudara Bisa Diobati Tanpa Kemo, Obat Ini Buatan Indonesia

Penambahan Bahan Dasar Vaksin

Setelah antigen dibentuk, vaksin diformulasikan dengan menambahkan ajuvan, stabilisator dan pengawet;

1. Adjuvan: berfungsi untuk memperkuat respons imun

2. Stabilizer: berfungsi untuk menstabilkan vaksin, misalnya dalam suhu ekstrim

3. Aditif preservatif atau pengawet berfungsi sebagai antimikroba, khususnya pada vaksin kemasan multidosis.

Lalu aman dan halal kah vaksin digunakan?

Memang, seperti vaksin polio, menggunakan enzim tripsin dari babi pada tahap awal proses produksi.

Akan tetapi setelah berbagai proses lanjutan, yaitu dilakukan pencucian dengan media-media cair tertentu hingga akhir produksi produk akhir vaksin sudah tidak mengandung enzim tersebut.

Enzim tripsin di sini hanya sebagai media, setelah itu enzim ini tidak akan terbawa lagi dalam vaksin, karena kalau megandung enzim tersebut berarti vaksinnya rusak.

Masyarakat tidak perlu khawatir akan isu yang beredar mengenal imunisasi dan vaksin.

Vaksin yang diproduksi Bio Farma telah melalui pengesahan dari pemerintah dan lembaga sepertl MUI (Majelis Ulama Indonesia).

Slain itu, setiap tahap dari produksi vaksin wajib mengikuti kaidah GMP (Good Manufacturing Practice) dan diawasi ketat oleh lembaga yang berwenang.

WHO (Badan Kesehatan Dunia) telah mengeluarkan peraturan ini, sehingga vaksin yang diproduksi oleh perusahaan manapun disetiap belahan dunia akan memiliki kualitas yang sama.

BACA JUGA: Kit Diagnostic, Cepat dan Tepat Deteksi Penyakit Berat dan Turunan

Produk perlu dilindungi dari udara, air dan kontaminasi manusia.

Proses kendali mutu vaksin dilakukan dengan sangat ketat, konsisten dan berkala.

lndikator yang diperiksa adalah sterilitas, stabilitas kimiawi, keamanan/ toksisitas, virulensi, bahkan hingga pengaruhnya kepada lingkungan sekitar.

Salah satu hal penting lainnya adalah pelaksanaan uji lot/batch release.

Pada setiap rangkaian produk vaksin dalam suatu waktu tertentu, dilakukan penandaan berupa kode tertentu misalnya lot batch number untuk memastikan konsistensi kemurniaan, potensi dan keamanan vaksin yang diproduksi pada waktu berlainan tetaplah sama dan tidak terjadi penyimpangan.

BACA JUGA: Stem Cell Tali Pusat Bayi Untuk Kesehatan dan Kecantikan, Benarkah?

Setelah mengetahui bahan dari vaksin Moms tidak perlu khawatir lagi, karena pembuatan vaksin haruslah memenuhi standar dan pengawasan yang ketat.