Mendidik Anak Agar Tahan Terhadap Stres, Begini Caranya Moms

By Fadhila Afifah, Kamis, 15 Maret 2018 | 21:16 WIB
Agar Anak Tahan Terhadap Stres ()

Nakita.id - Moms, stres bisa terjadi pada siapa pun lo, tanpa terkecuali pada Si Kecil.

Bahkan stres pada anak sering tidak disadari orangtua karena Si Kecil tidak bisa menjelaskan kondisinya.

Padahal, kondisi ini mempengaruhi aktivitas mereka, baik psikologis maupun fisik.

Efek samping stres yang paling sering adalah Si Kecil jadi susah tidur.

BACA JUGA: Jangan Biarkan Anak Stres, Begini Cara Memilih PAUD yang Tepat

Si Kecil juga susah tidur nyenyak, minta ditemani tidur oleh orangtua, atau malah menolak tidur dengan orangtuanya. Memang tidak semua gangguan kecemasan menyebabkan susah tidur, tapi yang pasti Si Kecil ataupun remaja yang susah tidur memiliki hormon stres (korsitol) lebih tinggi.

Bukan hanya itu Moms, Si Kecil yang sedang stres akan lebih sering tantrum. Tapi jangan khawatir dulu Moms, pada dasarnya daya tahan terhadap stres bisa diajarkan sejak dini lo.

BACA JUGA: Ikatan Dokter Anak Amerika: Ini Kunci Kecerdasan Anak 0-2 Tahun

Namun sebelumnya, Moms harus tahu dulu apa saja faktor penyebab ketidaknyamanan/stres pada tiap tahapan usia.

Berdasarkan itulah, kita lakukan upaya agar anak dapat terhindar dari stres, atau jika mengalaminya, Si Kecil mampu menghadapinya.

Bayi 0-12 bulan

Umumnya, penyebab stres atau rasa tak nyaman di usia ini adalah celana basah/lengket akibat pipis atau pup, keberadaan orang asing, udara pengap (seperti saat berada di angkutan umum), atau gangguan dari lingkungan.

BACA JUGA: Mengapa Anak Perempuan Tampak Lebih Emosional? Ini Penjelasannya, Moms

Peran orangtua

Berikan rasa aman dan nyaman dengan sigap menghadapi beragam gangguan yang menimpa bayi. 

Saat Si Kecil mengompol misalnya, segera ganti popoknya.

Berikan pula kehangatan dengan sering memeluk, membelai, dan menggendong ketika bayi menangis atau merasa tidak nyaman.

Kita pun mesti tahu tahapan perkembangan Si Kecil sehingga tahu kemampuan apa saja yang seharusnya dikuasai anak dan kemampuan mana yang belum saatnya diajarkan, sehingga overstimulasi yang bisa membuatnya stres dapat dihindari.

BACA JUGA: Minim Risiko, Cepat Hilangkan Wasir dengan Teknologi Laser

Batita 1-3 tahun

Di usia ini Si Kecil sangat membutuhkan kelekatan dengan orang terdekatnya, entah itu ayah,ibu, maupun kakek-neneknya, namun biasanya sih ibu.

Itulah mengapa, si batita akan menangis sejadi-jadinya ketika akan ditinggalkan pergi oleh ibunya.

Selain itu, anak usia ini memiliki rasa ingin tahu yang sangat, sehingga mendorongnya untuk melakukan berbagai "percobaan".

Celakanya, hal itu juga membuahkan perilaku/perbuatan negatif/tak menyenangkan lingkungan, sehingga muncullah sanksi negatif dari lingkungan padahal anak usia ini belum paham nilai baik-buruk.

Si Kecil jadi takut dan cemas. 

Kemampuan motorik dan verbal yang tertinggal dibandingkan anak lain, juga kerap membuat si batita cemas.

BACA JUGA: Perhatikan Moms! Ini Waktu yang Tepat Mengenalkan Perbedaan Gender Pada Si Kecil.

Peran orangtua: 

- Beri pengertian pada Si Kecil, orang-orang di rumah sama baiknya dengan ibu dan bisa menjaganya di rumah ketika ibu tak ada.

- Bersikaplah bijak terhadap semua tuntutan yang diminta anak.

Orangtua perlu menjelaskan bahwa ada kebutuhan yang bisa dipenuhi saat itu juga, tapi ada juga kebutuhan yang terpaksa mesti ditunda atau malah ditolak sama sekali.

Dengan begitu, kita sekaligus mengajarkan konsep sabar kepadanya.

- Jika perbuatannya tak baik, jelaskan.

Jangan malah memarahinya/ membentaknya karena hanya akan membuatnya takut dan cemas. 

Kemudian arahkan agar tiap kesalahan yang dilakukannya tidak membuat minat belajarnya turun.

BACA JUGA: Lebih Dari Ikan Salmon, Ikan Kembung Ternyata Bisa Bikin Otak Cerdas

- Rajinlah menstimulasi perkembangan motorik dan verbalnya agar tak ketinggalan dari anak-anak seusianya. 

Tumbuhkan kepercayaan padanya, dia mampu melakukannya.

Prasekolah 3-5 tahun

Di usia ini, Si Kecil mulai mengenal konsep diri (keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya).

Berkaitan dengan itu, umumnya rasa tidak aman/stres pada anak usia ini disebabkan kegagalan yang dialaminya.

Saat akan menjalani tes semisal tes masuk TK, ia tahu telah melakukan kesalahan tapi takut mengakuinya di hadapan orangtua, serta komentar negatif/memojokkan dari orangtua.

Peran orangtua:  

- Jangan sekali-kali memberi label negatif pada Si Kecil agar ia tidak memiliki konsep diri negatif.

Namun jangan pula berlebihan memberikan label positif karena hanya akan membuatnya tak menyadari kekurangannya.

BACA JUGA:Catat, Anak yang Sering Dimarahi Akan Memiliki Konsep Diri Negatif

Anak-anak seperti ini akan mudah frustasi/depresi jika dihadapkan  pada kegagalan atau kala memasuki ajang kompetisi ketat.

- Hargai setiap usaha yang telah dilakukan Si Kecil.

Beri motivasi ketika ia menemui kegagalan, dan  arahkan untuk selalu berpikir positif.

- Berikan reward saat Si Kecil berkata jujur tentang kesalahannya. 

Dengan begitu, ia akan belajar bertanggung jawab atas kesalahannya.