Waspada Bagi yang Alami Kesedihan Hingga Kemarahan Ekstrem, Rentan Terkena Sindrom Patah Hati yang Mirip Serangan Jantung

By Kirana Riyantika, Jumat, 1 April 2022 | 17:34 WIB
Kebiasaan yang harus dihentikan untuk mengurangi risiko penyakit jantung (Freepik)

Nakita.id - Banyak yang tidak menyadari bahwa dirinya mengalami sindrom patah hati.

Sindrom patah hati dikenal dengan banyak nama seperti kardiomiopati stres atau kardiomiopati takotsubo.

Ini merupakan kondisi jantung reversibel atau sementara yang meniru serangan jantung.

Kondisi tersebut bisa berkembang sebagai respons terhadap stres fisik atau emosional yang intens.

Bila tak segera ditangani bisa menyebabkan kelemahan otot jantung yang cepat dan parah.

Sindrom patah hati ini pertama kali dijelaskan di Jepang oleh seorang ahli jantung pada tahun 1990.

Studi mengatakan bahwa sindrom patah hati dapat terjadi sebagai akibat dari berbagai faktor stres emosional.

Faktor stres emosional yang dimaksud seperti kesedihan, kemarahan ekstrem, ketakutan, dan kejutan.

Faktor-faktor ini menyebabkan pelepasan hormon dalam jumlah tinggi seperti adrenalin, epinefrin, noradrenalin dan norepinefrin

Baca Juga: Ibu Hamil Berisiko Mengalami Sindrom Kaki Gelisah, Yuk Cari Tahu Penyebab dan Cara Mengatasinya

Hormon-hormon tersebut sebenarnya bisa mengatasi stres di tubuh.

Namun, produksi hormon yang besar bisa mengganggu ruang pemompaan jantung jantung (ventrikel kiri).

Hal tersebut bisa menyebabkan perubahan bentuk (seperti perangkap gurita) yang menyebabkan penurunan sementara suplai darah ke jantung.

Beberapa hal yang bisa menyebabkan sindrom patah hati diantaranya:

- Stabilitas keuangan atau stres emosional terkait pekerjaan

- Kematian orang yang dicintai

- Kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, argumen atau kecelakaan

- Kejutan tiba-tiba menang lotre atau berbicara di depan umum.

Moms perlu mengetahui gejala sindrom patah hati.

Baca Juga: Luar Biasa! Ini 3 Manfaat Tummy Time untuk Bayi, Termasuk Mencegah Sindrom Kepala Datar

Mengetahui gejalanya sedini mungkin membuat Moms bisa segera tanggap untuk memeriksakan ke rumah sakit, diantaranya:

- Nyeri dada tanpa riwayat penyakit jantung

- Peningkatan ringan pada enzim jantung

- Elevasi segmen ST pada sadapan prekordial atau tanda-tanda iskemia miokard seperti detak jantung yang cepat

- Dispnea atau sesak napas, mual dan muntah, pusing, pisang, hingga keluar keringat berlebih

Faktor risiko orang yang lebih berpeluang pada perempuan, orang yang usianya di atas 50 tahun, atau orang dengan riwayat medis tertentu.

Jangan anggap sepele, karena bila dibiarkan sindrom ini bisa menyebabkan komplikasi.

Komplikasi itu diantaranya tekanan darah rendah, gagal jantung, penumpukan cairan di paru-paru, pembekuan darah, dan penyumbatan suplai darah ke ventrikel kiri.

Bahkan, komplikasi sindrom patah hati paling parah bisa sebabkan kematian.

Baca Juga: Mengenal Sindrom Baby Blues yang Bikin Kualitas Bonding Ibu dan Anak jadi Kurang Optimal dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan