Hati-hati, Kulit Terbakar Saat Berjemur Bisa Pertanda Keracunan Sinar Matahari, Waspadai Kalau Sudah Muncul Gejala-gejala Mirip Flu Ini

By Syifa Amalia, Senin, 18 April 2022 | 16:45 WIB
Terlalu lama terpapar panas dapat menyebabkan keracunan sinar matahari (Freepik.com)

Nakita.id – Tubuh kita memerlukan vitamin D melalui asupan makanan atau secara langsung dengan berjemur di bawah sinar matahari secara langsung.

Berjemur tidak hanya bermanfaat untuk mencegah gangguan tulang dan meningkatkan kekebalan, tetapi juga meningkatkan fungsi tubuh yang lain.

Namun, perlu diperhatikan saat berjemur, untuk membatasi lamanya kulit terpapar sinar matahari.

Kulit yang terlalu lama tersengat matahari tanpa perlindungan yang tepat dapat mengakibatkan keracunan matahari.

Risiko ini juga berisiko pada orang-orang yang lebih banyak menghabiskan waktu di luar ruangan.

Lantas, bagaimana mengetahui kulit keracunan matahari?

Terdapat gejala-gejala yang dapat diartikan sebagai pertanda keracunan matahari.

Keracunan matahari sering kali terasa seperti flu atau reaksi alergi.

Gejala keracunan matahari dapat berlangsung selama satu hari atau lebih bergantung seberapa cepat, Moms mengobatinya dan tingkat keparahannya.

 Baca Juga: Jangan Asal Berjemur, Ibu Hamil Wajib Tahu Dampak Bila Tidak Melindungi Kulit dengan Aman, Kenali Risikonya Dulu Moms!

Mungkin Moms pernah mengalami sengatan matahari di beberapa titik yang menyebabkan kulit menjadi memerah.

“Kulit yang terbakar parah dikaitkan dengan pembengkakan kulit lokal, nyeri, dan lepuh terbakar sinar matahari,”, kata Dr Shainhouse dilansir dalam Self.

Letak perbedaanya kulit terbakar sebagai tanda gejala keracunan matahari bila disertai dengan gejala seperti sakit kepala, mual, kedinginan, demam, pusing, lesu, lemas hingga dehidrasi.

Kulit yang terbakar belum tentu menjadi keracunan matahari, namun keracunan matahari dapat ditandai dengan kulit yang terbakar.

Luka bakar matahari berubah menjadi keracunan matahari ketika kejutan luka bakar memicu respons sistem kekebalan yang kuat.

Tubuh bereaksi terhadapnya dengan melepaskan sitokin pro-inflamasi (protein yang diproduksi oleh sel) yang memicu gejala sistemik seperti sakit kepala dan gejala yang telah disebutkan sebelumnya.

Radiasi UV yang menyebabkan kulit terbakar juga menyebabkan kerusakan sel.

Kondisi ini dapat muncul terutama terjadi karena berada di bawah sinar matahari terlalu lama tanpa perlindungan yang tepat seperti mengoleskan tabir surya.

Kapan harus menemui dokter saat mengalami luka bakar matahari?

Baca Juga: Mulai Sekarang Jangan Kelamaan Berjemur di Bawah Sinar Matahari, Begini Cara Mengobati Kulit Terbakar dan Memerah pada Bayi

Jika Moms memiliki luka bakar yang parah berisi cairan disertai ketidaknyaman lain, maka harus segela mencari bantuan dokter.

Namun, jika gejala yang dirasakan tidak terlalu parah, maka Moms bisa mengikuti langkah-langkah perawatan di rumah berikut ini.

Moms harus mendinginkan kulit yang meradang dan terbakar sinar matahari dengan kompres dingin atau berendam di bak mandi yang sejuk bukan sedingin es.

Sebab, perubahan suhu yang ekstrem dapat membebani kerja sistem kekebalan tubuh sekaligus dapat mersak jaringan lebih jauh.

Untuk membantu mengatasi rasa sakit dan peradangan, dapat mengonsumsi obat antiinflamasi seperti ibuproden atau aspirin, kata Dr. Shainhouse.

Lotion pelembap yang lembut seperti lidah buaya yang dingin dan bebas alkohol dapat membantu melembapkan kulit kering yang terbakar sinar matahari.

Minum air yang cukup akan membantu kulit sembuh dan meredakan sakit kepala, kelelahan, atau mual. Selama proses perawatan, disarankan untuk menjauhi sinar matahari setidaknya 24 jam hingga 72 jam ke depan, tergantung seberapa parah kondisinya.

Ketika kulit terbakar dan terganggu, maka akan jauh lebih rentan terhadap kerusakan tambahan lainnya.

Untuk mengetahui gejala keracunan sinar matahari, cek halaman 2. (*)

Baca Juga: Bukan Hanya Baik untuk Kesehatan Tubuh, Berjemur di Bawah Sinar Matahari Ternyata Bisa Bikin Kita Bahagia