Banyak Terjadi Belakangan Ini, Berikut Bentuk Pendampingan KemenPPPA untuk Anak yang Hamil atau Alami Penyakit Menular Seksual

By Shannon Leonette, Selasa, 26 September 2023 | 09:08 WIB
Berikut bentuk pendampingan dari KemenPPPA terhadap anak yang menjadi korban penyakit menular seksual (PMS) dan hamil di usia anak. (Nakita.id)

Nakita.id - Tanggal 26 September diperingati sebagai Hari Kontrasepsi Sedunia.

Melalui peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia, para pasangan diharapkan dapat sadar akan pentingnya penggunaan kontrasepsi dalam merencanakan kehamilan.

Apalagi, penggunaan kontrasepsi juga dapat mencegah risiko terjadinya penyakit menular seksual (PMS).

Moms dan Dads harus tahu, PMS ini bisa menyerang siapapun tanpa mengenal usia. Termasuk, anak.

Lalu, apa yang seharusnya dilakukan apabila buah hati ternyata alami PMS?

Upaya KemenPPPA Mendampingi Anak yang Alami Penyakit Menular Seksual

Plt. Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak KemenPPPA, Rini Handayani, mengatakan, KemenPPPA mendorong adanya Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga).

"Pusat Pembelajaran Keluarga, atau Puspaga ini, adalah edukasi atau layanan yang digunakan oleh masyarakat atau keluarga apabila terjadi suatu ketidaktahuan keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak," terang Rini dalam wawancara eksklusif bersama Nakita, Senin (25/9/2023).

Termasuk salah satunya, pendampingan pada saat terjadi perkawinan anak.

Rini mengatakan, penyebab dari perkawinan anak ini ada banyak dan salah satunya adalah kehamilan yang tidak diinginkan.

"Nah, apa yang dilakukan itu tidak bisa hanya KemenPPPA saja.

Tapi sebagai upaya preventif, KemenPPPA sudah bekerja sama dengan pemerintah daerah yang sudah memiliki Puspaga di beberapa provinsi juga kabupaten/kota," ungkapnya.

Baca Juga: 6 Gejala Sifilis pada Pria Serta Penyebabnya, Penting untuk Diperhatikan!

"Namun kalau untuk pendampingan terhadap anak yang sudah menjadi korban karena kurangnya pemahaman akan kesehatan reproduksinya, maka ini adalah peran berbagai pihak," ujar Rini.

Rini Handayani selaku Plt. Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak KemenPPPA

Pihak-pihak yang pertama adalah Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial yang tersebar di seluruh provinsi juga kabupaten/kota.

Kemudian, ada juga Kementerian Agama (Kemenag) dan KemenPPPA itu sendiri.

"Nah, ini juga harus dilakukan pendampingan secara menyeluruh dan tidak lupa bahwa anak-anak yang sudah menjadi korban karena terpaksa akibat kehamilan yang tidak diinginkan," sebut Rini.

Jika sudah begitu, Rini kembali menegaskan agar hak kesehatan maupun hak pendidikan anak korban tersebut harus benar-benar dipenuhi.

"Pemenuhan hak pendidikannya baik melalui paket-paket dan program-program pendidikan di luar sekolah yang bisa diberikan kepada anak-anak," tuturnya.

"Kemudian juga, hak kesehatannya baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Itu perlu dilakukan," lanjutnya.

Semuanya ini, tambah Rini, harus dilakukan secara berkeroyok oleh banyak sektor.

Risiko Penyakit Menular Seksual dan Hamil di Usia Anak yang Perlu Diketahui Remaja

Rini menyebut, ada tiga hal yang harus remaja ketahui terkait risiko PMS maupun hamil di usia anak.

Diantaranya adalah kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit atau gangguan yang berkaitan dengan reproduksi, hingga hak reproduksi anak itu sendiri.

Baca Juga: Waspada Gejala Sifilis Pada Wanita, Jangan Diabaikan Supaya Tak Fatal

"PMS ini kan penyakit menular ya, melalui aktivitas seksual seperti hubungan seksualitas.

Nah, kehamilan pada usia anak ini juga sangat berbahaya dan sangat rentan," ungkap Rini.

Oleh sebab itu, sebagai orangtua, Moms dan Dads perlu menjelaskan beberapa dampak yang timbul ketika terkena penyakit menular seksual dan hamil di usia anak.

Termasuk, risiko penyakit yang akan timbul dari tidak menggunakan kontrasepsi.

"Tentu diberikan secara jelas kepada anak-anak kita ya," ucap Rini tegas.

Pentingnya Remaja Mengenal Kesehatan Reproduksi Sejak Dini

Rini menegaskan, edukasi mengenai kesehatan reproduksi itu harus diberikan kepada anak sedini mungkin.

"Karena, anak-anak sekarang itu kalau kita lihat periodisasi usia anak bahwa tubuh anak, globalisasi, juga pengaruh dari berbagai macam hal itu reproduksi setiap anak berbeda-beda," ungkapnya.

Di usia PAUD, orangtua bisa mulai mengajarkan anaknya terkait bagian tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh oleh orang dewasa lain, selain orangtuanya.

Kemudian, bagaimana cara mencuci atau bahkan membersihkan bagian intim setelah buang air kecil dengan benar.

"Itu harus dijelaskan dengan bahasa-bahasa yang mudah dimengerti (sesuai tingkatan usia anak)," tegas Rini.

"Nah, berbeda dengan anak-anak pada tingkatan usia yang sudah mulai menstruasi kemudian juga sudah mengalami berbagai macam pertumbuhan dari sisi bodinya ya," ujar Rini.

Baca Juga: Cari Tahu Cara Mendeteksi HIV Pada Tubuh hingga Kenali Gejalanya di Awal Infeksi yang Cuma Mirip Flu, Jangan Sepelekan!

"Ini tentu berbeda cara mengenalkan kesehatan reproduksinya," lanjutnya menjelaskan.

Rini menyampaikan, tujuan dikenalkannya kesehatan reproduksi ini adalah untuk mencegah berbagai macam bentuk kekerasan termasuk kekerasan seksual.

Kemudian juga, agar anak baik perempuan maupun laki-laki dapat bertanggung jawab untuk menjaga sekaligus memelihara alat reproduksinya dengan baik.

Sehingga, dapat mencegah risiko perkawinan anak serta kehamilan di usia anak yang tidak diinginkan.

Peran Orangtua dalam Memberikan Edukasi Kesehatan Reproduksi kepada Remaja

Rini mengatakan bahwa ada perbedaan dalam pemberian edukasi kesehatan reproduksi, baik itu sesuai tahapan usia maupun jenis kelamin anak tersebut.

"Untuk anak laki-laki, tentu (pemberian edukasi) dilakukan oleh ayahnya. Jadi, peran ayah sangatlah penting untuk memberikan edukasi kesehatan reproduksi kepada anak laki-laki.

Dari ibu juga memiliki peran penting untuk mengedukasi kesehatan reproduksi kepada anak perempuan," ujar Rini.

Tak sampai di situ. Rini juga menegaskan para orangtua untuk tidak memberikan penjelasan dengan kata-kata 'bersayap'.

"Misalnya, kalau menjelaskan tentang alat reproduksi ya langsung saja disebut. Baik itu vagina ataupun penis. Jangan ada kata-kata 'bersayap'-nya," katanya tegas.

Terlebih, jika remaja telah mengalami berbagai perubahan drastis pada tubuhnya.

Misalnya, payudara yang semakin membesar dan mulai menstruasi pada anak perempuan.

Baca Juga: Penyakit Klamidia Perlu Diwaspadai Sejak Dini, Bisa Menyebabkan Keguguran pada Ibu Hamil

Atau, suara yang semakin berat dan sering mengalami mimpi basah pada anak laki-laki.

Kemudian, lanjutnya, orangtua juga harus mendengarkan apa yang diperoleh atau didapat anak dari lingkungan teman-teman pergaulannya.

"Itu harus kita dengarkan, kemudian kita berikan penjelasan sesuai dengan kebutuhan anak," pesan Rini.

Rini bahkan menyarankan, untuk memberikan edukasi dalam bentuk gambar ataupun video kepada anak untuk mempermudah penjelasan.

Menurutnya, apabila pemberian edukasi kesehatan reproduksi diberikan secara verbal saja, anak akan tampak seperti mengawang-awang dan tidak dapat tergambarkan dengan baik.

"Jadi, harus ada gambar atau video yang secara nyata bisa dilihat oleh anak-anak. Harus lebih jelas dan terang untuk menjelaskan kepada anak-anak kita," katanya berpesan.

Tak lupa juga. Rini mengingatkan orangtua untuk memberikan edukasi terkait dampak buruk apabila kesehatan reproduksi tidak dijaga dengan baik kepada anak.

"Akan banyak terjadi gangguan kesehatan akibat tidak dijaga kebersihannya," sebutnya.

"Kemudian kalau tidak dijaga juga pergaulannya, ini bisa berdampak lebih serius kepada anak-anak kita.

Tidak hanya remaja perempuan, tapi juga remaja laki-laki," katanya menjelaskan.

Semoga artikel diatas bermanfaat ya, Moms dan Dads.

Baca Juga: Kerap Jadi Polemik, Ini Sederet Keunggulan dan Kelemahan Berhubungan Intim Saat Menstruasi