Anak Senang Makan Junk Food? Ini Cara yang Bisa Dilakukan Orangtua untuk Membatasinya

By Shannon Leonette, Kamis, 26 Oktober 2023 | 17:15 WIB
Meski disukai semua kalangan termasuk anak, sebagai orangtua, Moms dan Dads perlu membatasi pemberian junk food agar keseimbangan nutrisi anak terjaga dengan baik. Berikut peran-peran yang bisa dilakukan. (Nakita.id)

Nakita.id - Setiap tanggal 16 Oktober diperingati sebagai Hari Pangan Sedunia.

Untuk tema Hari Pangan Sedunia tahun 2023 adalah 'Air Adalah Kehidupan, Air Adalah Makanan, Jangan Tinggalkan Siapa Pun'.

Melalui tema Hari Pangan Sedunia ini, masyarakat seluruh dunia diharapkan dapat menjaga ketersediaan air bersih untuk mendukung keberlangsungan kehidupan.

Selain menjaga air bersih, orangtua juga sangat diharapkan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

Hal ini sangatlah penting untuk menjaga kesehatan keluarga dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.

Salah satu peran yang bisa dilakukan adalah pemberian makanan bernutrisi dan seimbang.

Peran Orangtua Membatasi Pemberian Junk Food

Apabila seorang anak senang makan junk food, lantas bagaimana peran orangtua untuk membatasinya?

Menurut Dr. Ade Iva Murty, M.Si, pada dasarnya junk food terkait juga dengan pola penyediaan makanan yang ada di rumah.

"Ada keluarga yang memang terbiasa semuanya disediakan di rumah.

Ibunya masak, ada pembagian masak, atau ada anggota keluarga lain yang masak," ungkap Dr. Ade melalui wawancara telepon bersama Nakita, Rabu (25/10/2023).

"Kemudian, kita memastikan bahwa masakan kita itu bergizi dan makannya bersama-sama," lanjutnya.

Baca Juga: Alasan Mengapa Junk Food Perlu Dihindari Selama Masa Kehamilan

Dr. Ade juga menyebut, penyediaan junk food biasanya dilakukan oleh keluarga dimana ibunya tidak memiliki banyak waktu untuk memasak atau sedang menjalani karier.

Dr. Ade Iva Murty, M.Si selaku Ketua Program Studi Psikologi juga Dekan Fakultas Seni dan Ilmu Pengetahuan di Sampoerna University.

"Jadi, tidak selalu junk food itu merupakan sesuatu yang buruk.

Tapi justru, menjadi jalan keluar atau way out untuk ibu-ibu yang bekerja secara full time di luar rumah dan tetap harus menyediakan makanan untuk keluarganya," jelas Dr. Ade yang saat ini menjabat sebagai Ketua Program Studi Psikologi juga Dekan Fakultas Seni dan Ilmu Pengetahuan di Sampoerna University.

Meski menjadi solusi cepat untuk menyediakan makanan di rumah, dirinya sangat menekankan untuk tetap menyeimbangkan makanan-makanan yang disajikan di rumah.

Misalnya, setiap hari Sabtu dan Minggu, ibu bisa memasak sendiri di rumah dengan menggunakan bahan-bahan sehat sekaligus segar.

"Bukan berarti junk food dianjurkan ya, tapi kita juga harus melihat apakah ibu yang baru saja pulang bekerja itu mampu memasak untuk keluarganya di rumah," ujar Dr. Ade.

"Kalau ibu menyediakan junk food buat keluarganya karena tidak ada jalan lain, bagi saya tidak apa-apa.

Asalkan, pemberian makanannya harus seimbang ya," sarannya.

Kemudian, ketika ibu memiliki banyak waktu luang, dirinya sangat menyarankan untuk memasak makanan sendiri di rumah.

Tentunya makanan yang dimasak haruslah tetap bergizi dan seimbang untuk keluarga, terutama anak.

Baca Juga: Cara Mencegah Preeklampsia Saat Hamil Supaya Calon Buah Hati Bisa Lebih Sehat

Dampak Kekurangan Gizi pada Anak

Dr. Ade menyampaikan, kekurangan gizi bisa terjadi akibat orang yang tidak peduli dengan pola makan yang tepat.

"Orang mungkin tidak peduli pada cara dia makan dan makanan yang dia konsumsi sebenarnya berguna bagi tubuh atau tidak," ungkapnya.

Meski begitu, dirinya sangat menekankan untuk tidak melihat kasus kekurangan gizi pada anak saja.

Pada ibu pun perlu dilihat apakah ibu mengalami kekurangan gizi atau tidak.

"Kita bisa melihat juga kadang-kadang, bahwa yang terjadi itu sebenarnya ibunya memang tidak memiliki pola makan yang sehat.

Jadi, ibunya juga tidak memahami (secara baik)," ucap Dr. Ade.

Bahkan, Dr. Ade mengaitkan erat kasus kekurangan gizi ini dengan stunting, sehingga harus diperhatikan betul bahwa sasaran penanganan stunting tidak bisa dilihat dari pihak anak saja.

"Kita juga harus lihat ibunya.

Apakah ibunya paham tentang apa yang disebut pola makan yang sehat. Pola makanan bergizi, lengkap, dan sempurna," tuturnya.

Cara Mengatasi Kekurangan Gizi pada Anak

Dr. Ade mengatakan, sang ibu sangat diperlukan mendapat edukasi juga pemberdayaan.

"Ibunya juga harus mendapatkan pemberdayaan, supaya bisa menularkan pemikiran tentang gizi yang baik dan sehat. Kemudian, kehidupan yang sehat kepada anak," sebutnya.

Baca Juga: Daftar Makanan yang Sebaiknya Tidak Dikonsumsi Saat Hamil, Junk Food Jadi Salah Satunya

Dr. Ade mencontohkan kasus ketika perempuan sering moody ketika makan.

"Ketika makan, dia seperti enggak mau ini dan itu. Kemudian, merasa dirinya gemuk dan sebagainya," sebutnya.

"Kemudian, hal tersebut secara tidak sadar dapat menular ke anak," ungkapnya.

Akan tetapi, lanjutnya, apabila seorang ibu dapat memberikan contoh kepada anaknya gaya hidup yang sehat dan baik, hal ini tentu akan membuat anak semakin tertanam kebiasaan baik tersebut.

"Kalau makan misalnya, enggak harus mahal pakai daging.

Tapi, harus lengkap dengan sayuran, buah, dan protein," tegas Dr. Ade.

Untuk proteinnya sendiri tidak harus protein hewani, melainkan bisa juga dengan protein nabati.

"Itu semua sebenarnya membutuhkan ibu yang mau belajar, ibu yang semangat untuk belajar.

Tujuannya untuk dia (ibu) bisa memberikan yang terbaik bagi gizi anaknya," tutup Dr. Ade.

Nah, itu dia peran orangtua untuk membatasi pemberian junk food kepada anak.

Semoga bermanfaat ya, Moms!

Baca Juga: Waspada, Ini Berbagai Makanan yang Harus Dihindari Untuk Diberikan Kepada Anak