Penjelasan dan Dampak Sindrom Anak Emas Serta Cara Mengatasinya

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Rabu, 22 Mei 2024 | 17:45 WIB
Sindrom anak emas (Freepik)

Lantas, apakah sindrom anak emas memiliki tanda-tanda tersendiri?

Tanda-tanda sindrom anak emas

1. Orangtua terang-terangan memuji dan mendukung anak emas

Sindrom anak emas biasanya merujuk pada dinamika keluarga yang mana satu anak disayangi dan diistimewakan dibandingkan anggota keluarga lainnya. Goldberg menjelaskan, ini biasanya paling mudah dikenali ketika anak emas memiliki kakak atau adik yang diperlakukan berbeda. “Mereka menerima banyak perhatian positif dibandingkan kakak atau adik mereka. Anak emas akan menerima banyak pujian. Prestasi mereka, bahkan sekecil apapun, akan dibanggakan dan menjadi perhatian semua orang,” tutur dia.

2. Anak emas punya rasa tanggung jawab dan konsekuensi berbeda

Seringkali, anak emas diprioritaskan dan dipandang sebagai anak yang sempurna. Reed menuturkan, ini sering disetai dengan banyak ekspektasi dan tanggung jawab. Sebab, anak dipandang sebagai kebanggaan keluarga. Jadi, anak diajarkan untuk memenuhi standar yang tinggi dan mewakili impian keluarga.

“Ini dapat menyebabkan identitas yang sangat terkait dengan menyenangkan orangtua dan mencapai visi kesuksesan mereka,” jelas Reed. Namun, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi. Terkadang, anak emas akan diberikan tanggung jawab dan konsekuensi yang lebih kecil dibandingkan saudara kandungnya.

“Anak emas bebas melakukan hal yang lebih sedikit. Dan untuk aturan yang dilanggar, konsekuensinya kurang diakui,” imbuh Reed.

3. Saudara kandung sering dibandingkan secara negatif

Terkadang, orangtua membandingkan anak-anak mereka secara terang-terangan. Mereka pun mungkin menggunakannya untuk secara sengaja mempermalukan anak yang bukan menjadi “favorit” mereka. “Anak emas sering muncul saat mendiskusikan kekecewaan dengan saudaranya yang lain. Contohnya, ‘kenapa kamu tidak sering belajar seperti kakak atau adikmu?’,” terang Goldberg.

Selama bertahun-tahun, ini dapat merusak hubungan saudara kandung, serta menggantikan kasih sayang dan persahabatan dengan kepahitan dan kecemburuan. Seiring bertambahnya usia, lanjut Goldberg, mereka mungkin akan lebih banyak bertengkar karena saudaranya tidak lagi menerima “peran” mereka sebagai anak yang kurang disukai. Mereka mulai melawan. “Ini dapat menciptakan dinamika yang mana anak emas tidak bisa menghadapi kenyataan dan terus berkelahi. Mereka merasa selalu di pihak yang benar,” ujar Goldberg.

4. Orangtua memproyeksikan harapan dan impian pada anak

Orangtua sering bergantung pada anak emas. Melalui mereka, orangtua melihat cara untuk memenuhi harapan, impian, dan aspirasi mereka yang belum terpenuhi. Semakin sukses anak tersebut, semakin besar kemungkinan orangtua melekat pada rasa pencapaian bersama. Sebab, anak emas membawa kejayaan pada keluarga.

“Ini dapat diwujudkan melalui anak yang menjadi atlet berprestasi, menarik secara fisik, atau berprestasi di sekolah. Kesuksesan anak dipandang sebagai perpanjangan tangan keluarga,” papar seorang psikoterapis bernama Brianna Paruolo. Jadi, tidak heran jika sindrom anak emas sering dikaitkan dengan orangtua yang narsistik.

5. Menuntut perlakuan sama di luar

Beberapa orang mungkin tidak melihat kesalahan dalam mendorong anak untuk menjadi orang yang berprestasi tinggi dan sering menghujaninya dengan pujian. Namun, ini berpotensi membuat mereka merasa kesal ketika orang-orang di luar keluarganya bereaksi yang berbeda.

Goldberg menjelaskan, anak emas mungkin sulit memahami mengapa mereka tidak sering dipuji di sekolah, kelompok pertemanan, atau tempat kerja. “Mereka mungkin mencari pujian dan merasa bingung mengapa hanya sedikit orang di luar rumah yang mengakui betapamengesankannya mereka,” kata dia.