Penjelasan dan Dampak Sindrom Anak Emas Serta Cara Mengatasinya

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Rabu, 22 Mei 2024 | 17:45 WIB
Sindrom anak emas (Freepik)

Nakita.id - Pernahkah Moms mendengar sindrom anak emas?

Hal ini biasanya terjadi ketika orang tua terlihat lebih menyayangi kakak atau adik.

Hal itu disebut sindrom anak emas dan ternyata ada berbagai dampak buruk dampak sikap pilih kasih itu pada anak yang lebih diprioritaskan dibandingkan anak lainnya.

Disadur dari Best Life, Jumat (17/5/2024), sikap pilih kasih yang dilakukan secara ekstrem dapat memunculkan sindrom anak emas atau Golden Child Syndrome.

Para ahli terapi mengatakan, sindrom itu bisa sangat memengaruhi hubungan anak, saudara kandung, dan hubungan orangtua dan anak.

“Dinamika ini bisa memiliki beberapa konsekuensi yang tidak diinginkan,” ujar ahli terapi kesehatan mental dan trauma perinatal, Becca Reed.

Ia melanjutkan, anak emas sering menginternalisasi keyakinan bahwa kasih sayang dan penerimaan bergantung pada kemampuan mereka untuk memenuhi harapan.

Menurut Reed, ini dapat menghasilkan kecemasan yang ditandai dengan perfeksionisme, tekanan kuat untuk mencapai prestasi yang berlebihan, dan kebutuhan yang berlebihan akan validasi.

“Di masa dewasa, pola-pola ini dapat memengaruhi kesehatan mental, hubungan, dan identitas diri mereka,” sambung dia.

Seorang psikoterapis berlisensi bernama Rachel Goldberg menambahkan, sindrom anak emas bukanlah diagnosis yang diakui oleh Diagnostic Statistical Manual (DSM).

Adapun, DSM adalah standar yang digunakan para pekerja di bidang kesehatan mental untuk mendiagnosis masalah kesehatan mental seseorang.

Baca Juga: Usia Berapa Anak Harus Pisah Kamar dengan Orangtua? Ini Pertimbangan untuk Moms

Lantas, apakah sindrom anak emas memiliki tanda-tanda tersendiri?

Tanda-tanda sindrom anak emas

1. Orangtua terang-terangan memuji dan mendukung anak emas

Sindrom anak emas biasanya merujuk pada dinamika keluarga yang mana satu anak disayangi dan diistimewakan dibandingkan anggota keluarga lainnya. Goldberg menjelaskan, ini biasanya paling mudah dikenali ketika anak emas memiliki kakak atau adik yang diperlakukan berbeda. “Mereka menerima banyak perhatian positif dibandingkan kakak atau adik mereka. Anak emas akan menerima banyak pujian. Prestasi mereka, bahkan sekecil apapun, akan dibanggakan dan menjadi perhatian semua orang,” tutur dia.

2. Anak emas punya rasa tanggung jawab dan konsekuensi berbeda

Seringkali, anak emas diprioritaskan dan dipandang sebagai anak yang sempurna. Reed menuturkan, ini sering disetai dengan banyak ekspektasi dan tanggung jawab. Sebab, anak dipandang sebagai kebanggaan keluarga. Jadi, anak diajarkan untuk memenuhi standar yang tinggi dan mewakili impian keluarga.

“Ini dapat menyebabkan identitas yang sangat terkait dengan menyenangkan orangtua dan mencapai visi kesuksesan mereka,” jelas Reed. Namun, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi. Terkadang, anak emas akan diberikan tanggung jawab dan konsekuensi yang lebih kecil dibandingkan saudara kandungnya.

“Anak emas bebas melakukan hal yang lebih sedikit. Dan untuk aturan yang dilanggar, konsekuensinya kurang diakui,” imbuh Reed.

3. Saudara kandung sering dibandingkan secara negatif

Terkadang, orangtua membandingkan anak-anak mereka secara terang-terangan. Mereka pun mungkin menggunakannya untuk secara sengaja mempermalukan anak yang bukan menjadi “favorit” mereka. “Anak emas sering muncul saat mendiskusikan kekecewaan dengan saudaranya yang lain. Contohnya, ‘kenapa kamu tidak sering belajar seperti kakak atau adikmu?’,” terang Goldberg.

Selama bertahun-tahun, ini dapat merusak hubungan saudara kandung, serta menggantikan kasih sayang dan persahabatan dengan kepahitan dan kecemburuan. Seiring bertambahnya usia, lanjut Goldberg, mereka mungkin akan lebih banyak bertengkar karena saudaranya tidak lagi menerima “peran” mereka sebagai anak yang kurang disukai. Mereka mulai melawan. “Ini dapat menciptakan dinamika yang mana anak emas tidak bisa menghadapi kenyataan dan terus berkelahi. Mereka merasa selalu di pihak yang benar,” ujar Goldberg.

4. Orangtua memproyeksikan harapan dan impian pada anak

Orangtua sering bergantung pada anak emas. Melalui mereka, orangtua melihat cara untuk memenuhi harapan, impian, dan aspirasi mereka yang belum terpenuhi. Semakin sukses anak tersebut, semakin besar kemungkinan orangtua melekat pada rasa pencapaian bersama. Sebab, anak emas membawa kejayaan pada keluarga.

“Ini dapat diwujudkan melalui anak yang menjadi atlet berprestasi, menarik secara fisik, atau berprestasi di sekolah. Kesuksesan anak dipandang sebagai perpanjangan tangan keluarga,” papar seorang psikoterapis bernama Brianna Paruolo. Jadi, tidak heran jika sindrom anak emas sering dikaitkan dengan orangtua yang narsistik.

5. Menuntut perlakuan sama di luar

Beberapa orang mungkin tidak melihat kesalahan dalam mendorong anak untuk menjadi orang yang berprestasi tinggi dan sering menghujaninya dengan pujian. Namun, ini berpotensi membuat mereka merasa kesal ketika orang-orang di luar keluarganya bereaksi yang berbeda.

Goldberg menjelaskan, anak emas mungkin sulit memahami mengapa mereka tidak sering dipuji di sekolah, kelompok pertemanan, atau tempat kerja. “Mereka mungkin mencari pujian dan merasa bingung mengapa hanya sedikit orang di luar rumah yang mengakui betapamengesankannya mereka,” kata dia.

Baca Juga: Cara Memperbaiki Pola Makan untuk Anak Terhindar dari Stunting, Ini Penjelasan WHO

6. Menjadi perfeksionis

Perfeksionisme adalah ciri lainnya dari sindrom anak emas. Mereka berusaha mencapai kesempurnaan dan takut kesalahan akan mengecewakan orangtua mereka. Menurut Reed, harga diri mereka sangat bergantung pada pujian dan pengakuan orangtua.

Namun, ini dapat melebar ke hubungan lain seiring bertambahnya usia. Hanya dengan berprestasi secara berlebihan, serta tidak melakukan kesalahan, mereka akan merasa diterima dan disayangi oleh orang-orang di kehidupannya.

7. Anak emas berusaha menyembunyikan kegagalan

Anak emas merasa perlu menjadi sempurna. Namun, Goldberg menambahkan bahwa mereka juga mungkin berusaha menyembunyikan kegagalan yang dirasakan. “Anak emas, ingin mempertahankan statusnya, mungkin merasa harus menyembunyikan hal-hal yang mereka rasa dapat mengecewakan orangtuanya, dan mungkin merasa bersalah karena itu,” ucap dia.

Misalnya, mereka mungkin menyembunyikan nilai ujian karena tidak mendapat nilai A. Mereka juga mungkin bersikap keras pada diri sendiri, dan merasa bahwa seharusnya mereka belajar lebih giat lagi.

8. Memiliki harga diri yang rapuh

Mungkin kamu berpikir bahwa pemberian status prioritas dapat membantu anak memiliki harga diri yang tidak tergoyahkan. Namun, para ahli terapi setuju bahwa hal tersebut justru menimbulkan efek sebaliknya. Sebab, anak emas sering sangat bergantung pada validasi eksternal. Ego mereka mungkin akan semakin terluka saat dikritik.

“Jika seseorang mengatakan sesuatu yang kasar kepada mereka, atau mereka merasa dikucilkan dari sebuah grup, mereka mungkin merasa negatif terhadap diri mereka sendiri. Mereka merasa mengecewakan, atau telah melakukan sesuatu yang salah,” jelas Goldberg. Namun, saat merasa diikutsertakan atau diterima dengan baik, mereka tiba-tiba merasa di puncak dunia. Mereka mungkin melakukan apapun untuk mengamankan perasaan validasi eksternal itu.

9. Memiliki kesadaran diri yang terbelakang

Ketika kamu menghabiskan sebagian besar hidupmu untuk menyenangkan orang lain, kamu dapat kesulitan mengenal diri sendiri. Oleh karena itu, anak emas mungkin memiliki sedikit kesadaran diri terkait siapa mereka, apa yang mereka suka dan tidak suka, dan ingin menjadi siapa.

10. Menderita rasa bersalah, kecemasan, atau stres berlebih

Seiring waktu, sindrom anak emas dapat berdampak buruk pada kesehatan mental anak. Paruolo menuturkan, mungkin ada peningkatan stres, kecemasan, dan depresi, karena tekanan kondisi yang mempertahankan status anak emas mereka. “Ini merupakan peran rumit bagi anak emas, yang disertai dengan banyak ekspektasi dan kondisi yang luar biasa,” tutur Paruolo.

Cara mengatasi sindrom anak emas Reed mengatakan, terapi adalah awal yang baik untuk mengatasi sindrom anak emas. Ahli terapi dapat membantu membangun persepsi diri yang lebih sehat. Namun, anak emas juga sebaiknya memprioritaskan eksplorasi diri saat merencanakan kehidupan ke depan.

“Renungkan nilai-nilai pribadi dan hasrat untuk menemukan kembali jati dirimu,” kata dia. Ini sangat penting terutama jika rasa identitasmu telah dipenuhi dengan keinginan untuk menyenangkan orang lain. Jadi, sulit untuk mengetahui apa yang sebanarnya kamu inginkan. Kamu juga perlu menetapkan batasan yang sehat dalam hubunganmu. Reed menyarankan untuk belajar mengatakan “tidak” tanpa merasa bersalah. Lalu, kelilingi diri sendiri dengan orang-orang yang menghargaimu apa adanya, dan bukan apa yang kamu capai.

Selanjutnya, penting untuk memperpanjang rasa kasih sayang yang sama pada diri sendiri. Berlatihlah untuk bersikap lembut pada diri sendiri, serta menerima ketidaksempurnaan dan kesalahan sebagai bagian dari menjadi manusia. Terakhir, menurut psikolog klinis bernama Paul Losoff, jangan berasumsi bahwa pengalaman telah merusakmu. “Anak emas bisa tumbuh menjadi seseorang yang sukses dan bijaksana. Mereka telah belajar untuk memenuhi harapan tinggi orangtua. Dan sebagai orang dewasa, mereka terus berkembang dan menjadi seseorang yang luar biasa,” ujar dia.

Baca Juga: Keluarga Sehat Anak Berprestasi, Simak Cara Mendaftar Kader Posyandu

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa Itu Sindrom Anak Emas? Ketahui 10 Tanda dan Cara Mengatasinya"