Kemendikbudristek dalam Upaya Mewujudkan Generasi Sehat, Cerdas, dan Berkarakter di Tengah Tantangan Perubahan Iklim

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Sabtu, 19 Oktober 2024 | 14:00 WIB
Gelar wicara oleh Kemendikburistek dalam upaya mewujudkan generasi sehat, cerdas, dan berkarakter di tengah perubahan iklim (Dokumen Kemendikbudristek)

Nakita.id - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), menyelenggarakan gelar wicara Gerakan Sekolah Sehat (GSS) dengan tema “Sinergi Hadapi Perubahan Iklim untuk Generasi Sehat, Cerdas dan Berkarakter”, Kamis (17/10).

Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong akselerasi implementasi Gerakan Sekolah Sehat (GSS) di satuan pendidikan, serta memberikan informasi tentang upaya untuk mendukung peserta didik dalam mengenal dan mengantisipasi perubahan iklim.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Iwan Syahril, menyoroti tentang pentingnya kesehatan dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).

Menurutnya, Kemendikbudristek terus berupaya mewujudkan generasi sehat, cerdas, dan berkarakter melalui GSS untuk Indonesia Emas 2025.

"Apa yang bisa kita lakukan saat ini adalah menyiapkan para peserta didik menjadi SDM unggul dengan menjadi jembatan bagi mereka menuju Indonesia Emas 2045. SDM yang unggul adalah mereka yang cerdas dalam kompetensi, memiliki karakter dan akhlak mulia, dan sehat jasmani maupun rohani. Sejatinya kesehatan merupakan pondasi paling penting dalam Pembangunan SDM,” ujar Iwan Syahril, dalam pembukaan gelar wicara, di Hotel Sheraton Grand Jakarta Gandaria City.

Dirjen Iwan menambahkan, fokus pembangunan SDM merupakan salah satu dari tiga filosofi transformasi pendidikan.

Selain itu, dua di antaranya adalah terus membangun nilai gotong royong yang menjadi modal sosial yang luar biasa dalam membangun gerakan pemulihan pembelajaran dan terus berupaya memaksimalkan tumbuh kembang anak Indonesia dengan menjaga kesehatan lingkungan.

“Semoga gelar wicara ini dapat berdampak pada perubahan perilaku, sehingga nantinya status kesehatan peserta didik menjadi semakin baik dan memahami pentingnya dampak perubahan iklim,” ungkapnya.

Mengakhiri sambutannya, Dirjen Iwan mengajak seluruh hadirin untuk menjadi agen perubahan terkait kesehatan lingkungan dan perubahan iklim.

“Mari terus tingkatkan kesadaran hidup bersih dan sehat agar anak-anak Indonesia menjadi generasi yang sehat, cerdas, dan berkarakter,” pungkas Iwan.

Dalam pelaksanaannya, gelar wicara menghadirkan empat narasumber yang memaparkan tentang praktik baik implementasi sehat lingkungan, mereka adalah Latipah Hendarti (Detara Foundation), Dwi Widya Mutiara (World Wide Fund for Nature), Sulastri (Dinas Pendidikan Kota Tangerang), dan Suryono (Kepala SMA Negeri 110 Jakarta).

Baca Juga: Kabar Kemendikbud Hapuskan Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA, Apa Alasannya?

Bicara tentang perubahan iklim, Latipah Hendarti memaparkan tentang bahaya perubahan iklim yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak-anak.

Menurutnya, salah satu bahaya yang paling ditakutkan 

adalah perubahan iklim mampu merusak kandungan gizi bahan makanan yang akan dikonsumsi oleh anak-anak.

“Cuaca ekstrem dapat merusak kandungan bahan dari makanan yang dikonsumsi. Untuk itu penting bagi kita semua untuk menyadari betapa pentingnya perilaku keseharian kita dapat berdampak pada perubahan iklim dan terus melakukan budaya hidup yang sehat,” ucapnya.

Dalam paparannya, Latifah menyebut bahwa Kemendikbudristek telah merilis panduan pendidikan Perubahan Iklim.

Dimana, dalam modul tersebut berisikan langkah-langkah strategis dan panduan dalam menghadapi bahaya perubahan iklim.

“Modul Climate Change dapat menjadi panduan bagi kepala sekolah maupun guru untuk mewujudkan lingkungan sehat di sekolah, sehingga pembelajaran di sekolah semakin berkualitas, bukan hanya sisi akademik, namun juga kesehatan yang baik,” pungkasnya.

Selanjutnya, Dwi Widya Mutiara juga menyoroti tentang bahaya perubahan iklim. Sebagai mitra pendukung GSS, World Wide Fund for Nature (WWF) juga memiliki cita-cita yang sama, yaitu mewujudkan generasi yang sehat, cerdas, dan berkarakter.

“GSS yang dilakukan oleh Kemendikbudristek adalah langkah tepat dalam mewujudkan lingkungan dan generasi yang sehat. WWF terus berkomitmen menjadi pendukung dari program ini dan berupaya membantu Kemendikbudristek mengatasi bahaya perubahan iklim,” imbuh Dwi.

Sementara itu, sebagai Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan Kota Tangerang, Sulastri memaparkan tentang kebijakan yang dilakukan Dinas Pendidikan dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat di tengah perubahan iklim.

Ia menjelaskan bahwa sekolah-sekolah di Kota Tangerang sejak tahun 2017 diwajibkan untuk mengikuti program adiwiyata.

Baca Juga: Dorong Program PAUD Berkualitas, Kemendikbudristek Luncurkan Majalah Paudpedia Edisi Perdana

Sampai tahun 2024, tercatat sudah 71% mendapatkan adiwiyata dan 29% lainnya masih berproses menjadi sekolah adiwiyata.

“Dinas Pendidikan Kota Tangerang juga terus melakukan sosialisasi tentang Gerakan Sekolah Sehat dan perubahan iklim. Sebagai pengawas sekolah saya ditugaskan untuk menjadi pembina bagi sekolah- sekolah yang masih berproses menjadi sekolah adiwiyata,” kata Sulastri.

Melalui gelar wicara ini, Sulastri berharap kampanye sekolah sehat dan edukasi mengenai perubahan iklim terus dilakukan semua sekolah di Indonesia.

“Dengan adanya program P5 di Kurikulum Merdeka, akan memudahkan para kepala sekolah dan guru untuk berkreasi membuat program sekolah sehat. Lingkungan sekolah yang sehat akan membawa suasana yang baik bagi peserta didik dan menjadi kunci utama kesuksesan proses pembelajaran di sekolah,” lanjutnya.

Terkait dengan upaya sekolah dalam mewujudkan sehat lingkungan, Kepala SMA Negeri 110 Jakarta, Suryono, mengungkapkan bahwa sekolahnya telah menjadi Sekolah Penggerak dan Adiwiyata Mandiri yang terus berkonsentrasi pada isu kesehatan lingkungan.

Kebijakan sekolah dalam mewujudkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) berfokus pada gaya hidup berkelanjutan dan melestarikan hutan sekolah.

“Di sekolah para murid telah dibiasakan untuk menanam pohon, bahkan kami juga pernah bekerja sama dengan Astra Honda Motor dengan menanam 600 pohon. Selain itu, para murid juga melakukan program komposing yang menjadi budaya di sekolah dan juga menerapkan pengurangan sampah plastik serta mendaur ulangkan menjadi barang pakai seperti tas maupun dompet,” tutup Suryono.