10 Kebiasaan Buruk Anak & Cara Mengatasinya, Semua Anak Melakukannya (Bagian 1)

By Gazali Solahuddin, Jumat, 20 Juli 2018 | 20:52 WIB
Ngupil adalah salah satu kebiasaan buruk anak yang baiknya dicermati. (iStock)

Nakita.id - Dari mana anak menemukan kegemaran ngemut jempol? Awalnya bisa dari peniruan, bisa juga lantaran proses pencarian.

"Saat mengempeng ibu jari, misalnya, anak merasa nyaman. Setelah itu, dia mengulanginya lagi jika menemukan tekanan secara psikologis," kata psikolog, Rahmitha P.Sendjojo.

Bisa juga anak merasa tertekan atau stres dulu, baru kemudian ia menilai sepertinya ibu jari kalau dikemut akan terasa enak.

BACA JUGA: Bahagia dengan Ratu Elizabeth II, Ini Luka yang Dipendam Pangeran Phillip

Aneka kebiasaan lain, seperti mengorek hidung, menggaruk luka, membenturkan kepala, dan mengorek kuping tentu tak bisa dibenarkan.

Sebagian perilaku itu mungkin tidak akan merugikan kesehatan dan keselamatan dirinya juga orang lain, tapi yang pasti enggak enak diihat.

"Lain soal jika kebiasaan seperti ini terjadi sesuai usianya," kata Mitha.

Contohnya, ngempeng ibu jari wajar terjadi pada anak di bawah 2 tahun. "Akan tetapi, tak semestinya orang tua boleh mendiamkan saja, karena kebiasaan ini bisa keterusan sampai si anak besar."

BACA JUGA: 5 Kesalahan Dasar Ber-makeup yang Bisa Buat Wajah Moms Jerawatan!

Ini juga berarti kebiasaan-kebiasaan buruk yang kerap dilakukan anak sebenarnya sudah bisa dideteksi sejak ia berusia batita.

Apa sajakah kebiasaan buruk itu? Inilah penjelasan dan cara mengalihkannya.

1. Suka menggoyang-goyangkan anggota tubuh, tangan, pundak, kepala, atau kaki

Penyebab:

Selain karena masalah psikologis, awalnya kebiasaan ini dilakukan anak dengan sengaja.

Akan tetapi karena anak merasa enak dan sering melakukannya setiap menghadapi persoalan atau tidak punya kegiatan, maka gerakan-gerakan tersebut menjadi kebiasaan.

"Setiap menghadapi sesuatu atau lagi diam, otomatis hal tersebut dilakukannya."

BACA JUGA: Iis Dahlia Dikecam Setelah Usir Waode Sofia, Dengan Santai Unggah Video yang Justru Didukung Warganet

Dampak:

Kalau dibiarkan bisa sangat mengganggu sekitarnya. Kadang berhubungan dengan terganggunya kontrol saraf sensorik dan perkembangannya.

Penanganan:

Sesegera mungkin alihkan "kesibukan" anak. Caranya bisa dengan mengingatkan, "Kenapa? Ada yang tidak enak?" atau "Eit, ingat, lo, kalau kamu berbuat seperti itu nanti akan jadi kebiasaan yang tidak bagus," misalnya.

Bila tidak membaik dan tidak terkontrol, konsultasikan pada psikolog atau neurolog. Mungkin anak mengalami gelaja tics, gerakan korea, atau kelainan/gangguan saraf lain.

2. Head banging (membenturkan kepala)

Penyebab:

Sebenarnya kebiasaan ini sudah ada sampai anak usia 3 tahun, puncaknya di usia 18-24 bulan.

BACA JUGA: Chicco Jerikho Ngambek ke Putri Marino Cuma Gara-Gara Tempe

Saat menolak sesuatu, ia membanting kepalanya ke belakang atau ke samping, misal.

Dampak:

Efek yang bisa timbul dari perbuatan ini sangat jelas dan nyata, kepala anak bisa trauma.

Bisa terbentuk callus (benjolan mengeras pada kepala) pada bagian tertentu di kepala.

Benturan kepala pada benda keras berakibat retaknya tulang tengkorak, perdarahan hingga geger otak, misalnya.

Penanganan:

*Jika orang tua menemukan hal ini pada anak, lekas cegah dengan cara menahan atau meredam gerakan tersebut supaya tidak sampai terlaksana.

BACA JUGA: Iis Dahlia Dikecam Setelah Usir Waode Sofia, Dengan Santai Unggah Video yang Justru Didukung Warganet

*Jika anak terus-terusan melakukannya hingga usia 2 tahun ke atas, terlebih kita sudah melakukan pencegahan, "Sebaiknya periksakan ke dokter. Ditakutkan anak mengalami kondisi lain, mungkin sakit kepala akibat peradangan pada telinga, atau sebab lain.”

Head banging ini sering ditemukan pada anak dengan keterlambatan perkembangan atau autis.

3. Mengisap atau mengulum jari dan gigit-gigit kuku

Penyebab:

Kebiasaan ini memang bawaan. Maksudnya, ada anak yang sudah melakukan ini sejak di kandungan.

Pada bayi, kebiasaan ini terbilang wajar. Tapi jika terjadi pada anak di atas 4 tahun, sudah tak wajar lagi.

Dampak:

*Antara lain, giginya rusak/tonggos, kedudukan gigi berubah.

*Kalau tangannya kotor, anak bisa terinfeksi banyak penyakit, semisal sakit perut, cacingan.

BACA JUGA:Banyak Tidur Tak Hanya Picu Diabetes, Ini Dia 5 Risiko Lainnya!

*Ujung-ujung jarinya bisa luka karena tergigit dan meradang (paronychia), sementara kuku-kukunya bisa rusak, patah, kasar, cekung, bergaris-garis, hingga tak lagi punya kuku.

Penanganan:

Alihkan perhatiannya dan berikan pengertian.