Awas! Stalking Pasangan di Media Sosial Dapat Berakibat Depresi dan Argumen Berujung Pembunuhan

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Senin, 10 September 2018 | 07:40 WIB
ilustrasi pembunuhan (kolase nbc/nakita)

Dan bahkan mungkin merugikan.

Ya, saya sadar hal itu.

Tetapi mengapa perilaku tersebut seolah menjadi kebiasaan ya?

Dan seperti berpengaruh besar bagi hidup saya.

Bukan! Bukan ke arah positif, saya jadi lebih kerap menyimpan dendam dan rasa amarah yang tinggi.

Berbahayakah?

Dari pertanyaan dan juga keraguan saya tentang perilaku yang kini menjadi kebiasaan tersebut, rupanya saya tak seorang diri.

Bahkan menurut The Bureau of Justice Statistics melaporkan bila tiap bulannya, tingkat stalking yang dilakukan oleh perempuan makin meningkat bahkan hingga 10 persen. Jumlah yang kecil, namun bisa menjadi momok bila terus bertambah.

Fakta lainnya mengatakan bahwa kebiasaan stalking atau mengintai biasanya dilakukan seseorang untuk mencari tahu dan mengintai sisi lain kehidupan pasangannya yang ia tak tahu.

Ya, seperti yang kita ketahui saat ini.

Maraknya aksi perselingkuhan akan membuat banyak orang semakin was-was.

Banyak orang yang menghindari kecurangan dengan cara memata-matai pasangannya melalui akun media sosial.