#LovingNotLabelling: Begini Cara Mengatakan Bodoh, Malas, dan Nakal yang Benar Pada Anak

By Fadhila Auliya Widiaputri, Senin, 17 September 2018 | 07:15 WIB
Ada cara-cara khusus mengatakan kata bodoh, malas, dan nakal yang benar tanpa memberi label pada anak (Church4EveryChild)

Nakita.id – Saat sedang kesal atau lelah dengan tingkah laku anak, seringkali kita tanpa sadar mengucapkan kata-kata yang tidak pantas untuknya.

Misalnya seperti kata-kata bodoh, malas, dan nakal.

Padahal, Moms tentu menyadari bahwa kata-kata tersebut bisa menjadi tindakan labeling yang dapat memberi efek negatif untuk kualitas hidup dan konsep diri anak.

Baca Juga : Bisa Berbahaya, Jangan Abaikan 10 Gejala Sederhana Ini Ketika Terjadi Pada Anak

Jangan khawatir Moms karena hal tersebul sangat dipahami oleh psikolog anak dan keluarga, Ajeng Raviando, Psi dan Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., dari Universitas Indonesia.

Menurut pandangan psikologis, Ajeng mengaku sangat paham bila terkadang orangtua masih belum mengerti bagaimana cara menegur dan memotivasi anak agar benar dan tidak menjurus ke arah labeling.

Namun Ajeng kembali mengingatkan kadangkala anak penasaran dengan apa yang orangtua lihat dari dirinya.

"Jadi, oangtua tetap perlu berhati-hati dengan ucapannya karena dapat melekat di benak anak," ujar Ajeng saat ditemui Nakita.id di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin (10/9).

Sejalan dengan penjelasan Ajeng, Anna Surti Ariani atau yang biasa disapa Nina, memberikan beberapa tips untuk pembaca Nakita.id agar tetap dapat menegur dan memotivasi anak tanpa memberikan label.

Baca Juga : Meniup Makanan Bayi Sesungguhnya Tidak Dianjurkan, Akan Menularkan Bakteri Ini!

Pertama, jangan gunakan kata ‘nakal’ tetapi gunakan kata yang lebih positif.

“Orangtua seringkali secara otomatis bahkan tidak disadari menyampaikan ‘Ih nakal banget sih!’. Jadi yang perlu dilakukan oleh orangtua adalah mengganti kata tersebut,” ujar Nina ini saat ditemui dikawasan Depok, Jawa Barat, pada Kamis (13/9).

“Misalnya dengan menghentikan pembicaraan, seperti ‘Ih kamu..’. Stop dulu sebelum mengucapkan kata nakal. Kemudian boleh kok mengganti dengan kata yang lebih positif, ‘Ih kamu nih anak mama nih’. Jadi memang transisinya menjadi lebih mudah,” tambahnya.

Baca Juga : Riset Buktikan 90% Manusia Tidak Tahu Dirinya Mengalami Gangguan Fatal Ini

Setelah itu, Nina menjelaskan bahwa orangtua harus bisa mendefinisikan ulang perilaku-perilaku apa yang diharapkan.

“Jadi dari pada mengatakan kata nakal, apa yang diharapkan dari perilaku anak tersebut. Misalnya marah-marah karena anaknya memberantakan ruangan, sampaikan saja langsung. 'Setelah ini mama minta kamu nyapu sama ngepel lagi'. That’s all. Tak perlu memberikan label-label lagi. Jadi itu justru akan menjadi pembicaraan yang lebih efektif,” jelasnya.

Baca Juga : Hal-Hal Yang Harus Diwaspadai Pada Perkembangan Bayi 0-1 Bulan