Baca Juga : #LovingNotLabeling: Kebiasaan Orangtua Seperti Ini Membuat Anak Laki-laki Menjadi Feminin, Kisah Nyata!
Ketiga, jangan gunakan kata malas, tetapi tuntun anak dan beri waktu anak ketika meminta dia melakukan sesuatu.
Menurut Nina, salah satu kata labeling yang sering diucapkan oleh orangtua ialah malas.
Melabel anak malas tidak akan efektif dan justru membuat anak merasa dibenarkan perilakunya.
“Jadi bukannya dia dikritik dan jadi bersemangat tetapi dia jadi merasa dibenarkan bahwa dia malas,” ungkap Nina.
Daripada mengatakan malas, Nina menyarankan orangtua menuntun apa yang hendak dia harapkan dari anak.
“Dari pada dia bilang beresin kamar, dia bisa lebih detail. Misalnya tolong dong barang barang yang di atas lantai dinaikan ke atas meja, setelah itu tolong disapu dulu lantainya. Jadi lebih mudah untuk dicapai dibandingkan membereskan kamar secara keseluruhan,” ujarnya memberi contoh.
Baca Juga : Anak Sandra Dewi Berusia 8 Bulan, Hati-hati Dengan Perubahan Ini Moms!
Selain itu, Nina juga mengingatkan orangtua akan pentingnya menyadari pewaktuan anak, atau bagaimana cara anak mengelola waktunya.
Contohnya, daripada berbica "Sekarang langsung beresin kamar mama tidak mau tau!" Ada baiknya 'Terserah kamu mengerjakannya jam berapa yang penting jam 12 sudah beres',” ujar Nina.
Dengan begitu anak akan dapat tetap mengikuti permintaan orangtua tanpa merasa terbebani.
“Jadi anak bisa merasa 'Oke deh aku mau leye-leye dulu nati aku bereskan sebelum jam 12’. Namun pada anak yang ingin cepat selesai, ia mungkin akan langsung mengerjakan sehingga ia bisa leye-leye setelahnya,”
“Ketika kita memberikan durasi yang lebih luwes, maka anak anak ini akan lebih bersemangat untuk melakukan sesuatu,” tegasnya.
Baca Juga : Hati-hati, Kesulitan Bicara Bisa Jadi Salah Satu Tanda Tumor Otak
Shopee Bersama Tasya Kamila dan Bittersweet by Najla Ceritakan Dampak Positif Inovasi dalam Berdayakan Ekosistem
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR