Satu Keluarga di Palembang Diduga Bunuh Diri, Begini Fenomena Bunuh Diri Keluarga Berbagai Negara yang Perlu Dijadikan Pelajaran

By Kirana Riyantika, Jumat, 26 Oktober 2018 | 07:30 WIB
Satu keluarga diduga bunuh diri, begini fenomena bunuh diri berbagai negara (Tribunsumsel.com/Tiara)

Nakita.id - Baru-baru ini masyarakat Tanah Air digemparkan dengan ditemukannya satu keluarga tewas secara tidak wajar di Palembang, Sumatera Selatan.

Satu keluarga yang meninggal karena tembakan pistol beranggotakan Franciscus Ong (47), Margaretha (45), Ketty (11), dan Rafael (18).

Keluarga yang ditemukan tewas di rumahnya yang beralamatkan Jalan Said Toyib, Komplek Villa Kebun Sirih, Kelurahan Bukit Sangkal, Kalidoni, Blok A 18, Palembang, Sumsel, pada Rabu (24/10).

Korban tewas pertama kali ditemukan oleh pembantunya. Saat itu dua pembantu ingin membangunkan anak-anak untuk sekolah.

Betapa terkejutnya para pembantu ketika mengetahui korban yang merupakan satu keluarga ditemukan tewas secara terpisah.

Baca Juga : Satu Keluarga FX Ong Bunuh Diri, Orang Ketiga dan Perceraian Diduga Penyebabnya!

Dua anak di kamar masing-masing dan sepasang suami istrinya di kamar utama.

Dugaan bunuh diri mulai mencuat mengenai kasus ini.

Hal ini dikarenakan beberapa hal, yaitu ditemukannya surat wasiat dan sebelumnya Fransiscus tampak menemui para karyawan serta membagi-bagikan uang secara cuma-cuma kepada orang sekitarnya.

Selain itu, saat ditemukan Fransiscus tewas sambil memegang pistolnya yang berjenis Revolver. Juga tidak ada tanda-tanda keluarga tersebut mengalami perampokan.

"Aku sudah sangat lelah. Maafkan aku. Aku sangat sayang anak dan istriku.. Choky dan Snowi. Aku tidak sanggup meninggalkan mereka di dunia ini" begitu isi surat wasiat yang ditulis Fransiscus.

Selain Fransiscus, Margareth, Ketty, dan Rafael, ditemukan juga dua anjing kesayangan keluarga tersebut tewas.

Anjing dibunuh dengan tembakan senjata api yang diduga juga jadi senjata yang merenggut nyawa satu keluarga ini.

Saat ini belum ada kesimpulan resmi dari penyidik soal motif kejadian.

Sementara memang bukti-bukti yang ditemukan mengarah pada dugaan perkara bunuh diri.

Fenomena bunuh diri satu keluarga di Palembang ini bukan yang pertama kali terjadi di Indonesia. Sebelumnya, terjadi beberapa kasus bunuh diri, yaitu bunuh diri yang dilakukan ibu beserta tiga anaknya di Jombang pada September lalu, kasus bunuh diri ibu dan anak yang terjun ke sungai satu bulan lalu, dan masih banyak lagi.

Baca Juga : Dikenal Banyak Manfaat, Lada Hitam Berbahaya Bagi Orang dengan 4 Kondisi Ini

Fenomena bunuh diri satu keluarga dari berbagai dunia

Bukan penyakit, ternyata penyebab kematian manusia paling tinggi di dunia adalah bunuh diri. Fenomena bunuh diri banyak ditemukan di berbagai penjuru dunia.

Bunuh diri satu orang saja sudah membuat miris, apalagi fenomena bunuh diri yang dilakukan satu keluarga. Keluarga yang seharusnya menjadi orang terdekat yang mencegah kejadian bunuh diri anggota keluarganya, justru ikut bunuh diri beramai-ramai.

Srilanka

Dikutip dari PsychologyToday, pada tahun 1980, dua gadis muda yang tinggal di Sri Lanka utara melakukan bunuh diri dengan memakan biji-biji Kuning Oleander, semak hias umum yang tumbuh di sebagian besar daerah tropis dan dibudidayakan di seluruh Sri Lanka di kebun dan pagar tanaman.

Pada tahun berikutnya ada 23 kasus keracunan oleander, tampaknya didorong oleh publisitas dari kasus bunuh diri pertama. Ada 46 kasus di tahun setelah itu dan ratusan kasus di tahun-tahun berikutnya.

Sejak oleander menjadi terkait dengan bunuh diri di Sri Lanka, jumlah kematian telah meningkat terus dan layanan kesehatan di seluruh pulau telah dikepung oleh kasus-kasus baru.  Bunuh diri dengan keracunan oleander tetap menjadi penyebab utama kematian di Sri Lanka baik tua maupun muda meskipun kampanye pemerintah yang agresif untuk menghilangkan tanaman oleander dan tampaknya tidak ada akhir di masa mendatang. 

Kerala

Dikutip dari Indian Journal Psychology Medicine, fenomena bunuh diri satu keluarga di Kerala sebanyak 32 kasus berturut-turut di tahun 2000 cukup menggemparkan dunia. Semua kasus bunuh diri keluarga yang dilaporkan dari empat distrik pusat Negara Bagian Kerala selama tahun 2000 dimasukkan.

Sebanyak 84 nyawa hilang dalam 32 insiden yang melibatkan 99 orang.

Kelompok usia terbesar adalah 19 tahun ke bawah, yang lainnya semakin menurun. Keracunan membentuk metode yang paling sering; tenggelam, luka bakar, gantung diri dan pemotongan pergelangan tangan mengikuti.

Sesuai data yang tersedia dari Biro Catatan Kejahatan Negara Kerala, ada 25 insiden bunuh diri keluarga di tahun 1998, yang melibatkan 68 orang - 30 pria dan 38 wanita.

Pada tahun 1999, ada dua puluh insiden yang melibatkan 59 orang - 29 pria dan 30 wanita.

Mencatat laporan media tentang bunuh diri keluarga, National Crime Records Bureau mulai mendokumentasikan insiden tersebut mulai tahun 2009 dan seterusnya.

Ada 290 insiden pada 2010 dan 180 insiden pada 2013 dari seluruh negeri.

Angka nasional bisa rendah karena tidak ada pelaporan kategori yang ditentukan.

Baca Juga : Punya Kepribadian Bak Bumi dan Langit dengan Suami, Kajol Beberkan Rahasia Ciptakan Keluarga Harmonis

Mengapa satu keluarga bisa melakukan bunuh diri?

Dalam beberapa tahun terakhir, bunuh diri telah menjadi salah satu dari lima penyebab kematian terbesar di dunia untuk anak-anak antara usia 15 dan 19 tahun menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sebuah studi 1987 tentang bunuh diri remaja oleh Centers for Disease Control menemukan bahwa 1 hingga 5 persen dari semua bunuh diri pemuda terjadi dalam kelompok.

Karena bunuh diri seorang teman atau teman sebaya sering menjadi pengalaman traumatis bagi remaja (banyak di antaranya dibiarkan bingung oleh kurangnya tanda peringatan), kematian seorang remaja dapat mempengaruhi remaja lain merasa ingin bunuh diri .

Pengaruh media, termasuk bunuh diri selebriti terkenal atau idola pribadi dapat memiliki pengaruh yang sama pada orang muda yang depresi (juga dikenal sebagai efek Werther).

Alasan sebenarnya mengapa kelompok-kelompok bunuh diri terjadi masih sulit dimengerti oleh para peneliti.

Banyak kasus bunuh diri yang terjadi dalam satu kelompok atau keluarga karena perasaan yang begitu dekat dan rasa sepenanggungan.

Dalam bunuh diri massal, beberapa orang melakukan bunuh diri bersama sebagai tanggapan untuk dipimpin oleh seorang pemimpin karismatik dengan keyakinan agama atau loyalitas yang kuat.

Peneliti hingga saat ini merasa sulit memetakan kemungkinan kelompok atau keluarga mana yang bunuh diri secara massal.

Sebab, rentang usia pelaku bunuh diri sangatlah random, mulai dari remaja sampai orang dewasa, selain itu banyak hal yang melandasi dilakukannya bunuh diri.

Satu hampir terjadi di setiap kasus bunuh diri adalah depresi akut. Mencegah bunuh diri dengan mengatasi depresi satu orang tentunya lebih mudah dibanding depresi yang dialami satu keluarga.

Lalu apa solusinya?

Baca Juga : Hotman Paris Sempat Somasi Putrinya Karena Sang Anak Lakukan Hal Ini

Solusi mencegah kasus bunuh diri satu keluarga atau kelompok

Untuk mencegah terjadinya kasus bunuh diri satu keluarga atau kelompok bertambah, peneliti menemukan enam cara untuk melakukannya.

Upaya pencegahan bunuh diri satu keluarga atau kelompok membutuhkan strategi berbasis masyarakat yang efektif:

1. Pengembangan tim professional kesehatan mental

Masyarakat perlu peka terhadap keluarga atau kelompok yang kira-kira mengalami depresi yang berat. Perlu digalakan pengembangan rencana komunitas menggunakan tim profesional kesehatan mental, guru, orang tua dari remaja , aparat penegak hukum, pekerja pusat krisis, dan anggota kantor berita setempat.

Setelah anggota tim menerima pelatihan khusus dalam manajemen stres pasca trauma , anggota tim mengembangkan rencana terkoordinasi untuk menangani kelompok bunuh diri.

2. Pembekalan psikologis pada anak muda

Anak muda lebih rentan melakukan bunuh diri, terlebih apabila mendapat pengaruh dari lingkungan sekitarnya.

Orang-orang yang diduga rentan mengalami guncangan psikologis dapat dirujuk untuk pembekalan pendidikan / psikologis untuk membantu mereka menghadapi kesedihan dan pemikiran bunuh diri.

Briefing dapat dilakukan secara individu atau untuk kelompok besar (termasuk seluruh sekolah jika diperlukan).

Sesi pembekalan melibatkan pemberian informasi tentang pencegahan bunuh diri, strategi mengatasi stres dan kesedihan, dan siapa yang harus dihubungi jika dibutuhkan bantuan lebih lanjut.

Baca Juga : Aurel Hermansyah Kerap Berdandan Dewasa dan Seksi, Begini Kritik Anang Hermansyah

3.Konseling psikologis

Ketika brifing tidak cukup, orang yang meminta bantuan tambahan dapat menerima konseling psikologis.

Konseling kelompok dan individu untuk orang-orang muda yang terkena dampak bunuh diri dapat mencakup mengatasi rasa bersalah dan tanggung jawab, mengenali reaksi kesedihan, belajar bahwa bunuh diri tidak dapat selalu dicegah, dan bagaimana menghadapi pikiran-pikiran bunuh diri pribadi.

4. Peran orang terdekat

Guru, orang tua, dan konselor sering dapat mengenali kasus-kasus berisiko tinggi bunuh diri bagi orang-orang yang tampaknya sangat membutuhkan pertolongan.