Tabloid-Nakita.com - Usia batita memang momen di mana anak sedang lucu-lucunya. Ia sudah mulai bisa bicara dan meniru perbuatan orang-orang di sekitarnya, bisa melakukan hal-hal sederhana yang merupakan bagian dari kecakapan hidupnya. Tetapi ada kalanya anak menjadi cranky, menyusahkan, emosional, dan banyak maunya.
Tetapi, jangan langsung menyalahkan anak yang mendadak jadi cranky. Bisa jadi, penyebabnya karena Mama sendiri. Tanpa Mama sadari, mungkin ada kebiasaan yang memicu perilaku negatif dari anak. Tak perlu merasa bersalah ya, Mam, karena hal ini bisa saja dialami oleh mama lain. Lebih baik, ketahui kebiasaan yang bikin anak jadi cranky ini, dan segera ubah kebiasaan tersebut.
Meladeni rengekan mereka. Suara anak merengek memang mengganggu. Apalagi ketika Mama sibuk dan harus bekerja. Akhirnya Mama kerap memberikan permen, es krim, atau mengabulkan saja permintaan mereka agar berhenti merengek dan menangis. Dan memang, mereka langsung berhenti menangis, lalu tertawa seolah tak ada sesuatu yang baru saja terjadi. Namun, ketika Mama selalu mengabulkan apapun permintaan yang membuat mereka menangis, berarti Mama mengajarkan mereka bahwa merengek itu sebuah cara untuk mendapatkan sesuatu. Mama juga mengajarkan bahwa merengek itu baik, buktinya mereka malah mendapat sesuatu karena merengek. Meskipun apa yang diinginkannya bukan sesuatu yang buruk, tapi anak akan belajar mengontrol ibunya dengan merengek. Jika dibiarkan, kebiasaan ini akan terus melekat sampai dewasa.
Tidak menetapkan rutinitas untuk anak. Jika anak tidak dibiasakan dengan rutinitas sepanjang hari, aktivitasnya menjadi tidak menentu. Rutinitas yang dimaksud antara lain, bermain di luar rumah, tidur siang, makan malam, apakah dibacakan cerita sebelum tidur atau cukup dicium dan berdoa bersama. Nah, bayangkan dengan hidup Mama sendiri. Apakah Mama merasa lebih siap menghadapi hari jika sarapan dulu sebelum ke kantor, lalu minum kopi sebelum mulai bekerja, juga mandi begitu sampai di rumah lagi? Kalau tidak ngopi dulu di pagi hari, Mama mungkin jadi sulit konsentrasi. Begitu pula dengan si batita. Ia akan merasa lebih dapat mengatur aktivitasnya jika ada semacam jadwal dan perkiraan apa yang akan terjadi pada hari tersebut. Memang akan ada perubahan jadwal jika ia sakit atau ada kegiatan baru, tapi mengikuti rutinitas harian lebih menguntungkan baginya maupun bagi Mama.
Mama jarang menemani si kecil. Sesibuk apapun orangtua, anak tetaplah ingin ditemani orangtuanya setiap hari. Luangkan waktu Mama untuk berbicara dari hati ke hati, dan tanyakan apa kegiatannya sepanjang hari. Peluk dirinya, dan berikan perhatian penuh ketika Mama sudah tiba lagi di rumah. Tanyakan hal-hal yang sedang disukainya, seperti, "Adek sudah mencuci mobil-mobilannya tadi? Kelincinya sudah diberi makan? Tadi di sekolah diajak nyanyi Baby Shark, ya?" dan lain sebagainya. Lihat bagaimana si kecil bisa berkomunikasi panjang lebar jika Mama mau meluangkan waktu untuk mencaritahu apa saja kegiatannya, dan mengetahui lagu-lagu atau film yang disukainya.
Selalu terburu-buru saat mengasuhnya. Apakah Mama selalu memintanya cepat-cepat bangun, mendesaknya segera mandi, dan terburu-buru saat memakaikan baju dan menyuapinya? Melakukan aktivitas harian dengan buru-buru bisa menunjukkan pada anak bahwa Mama tidak menikmati aktivitas tersebut. Tentu, Mama pasti lelah dan stres karena ditunggu banyak tugas di rumah maupun di kantor. Meskipun begitu, luangkan waktu beberapa menit untuk anak ketika Mama mengasuhnya. Tanyakan, baju apa yang ingin dipakainya, katakan betapa manis pita rambutnya, atau mengapa kemarin ia tak mau bermain dengan Bian, teman mainnya di rumah. Percakapan kecil tanpa diburu waktu ini membantu Mama dan si kecil saling terkoneksi satu sama lain.
Tidak konsisten dengan disiplin yang diterapkan. Jika Mama membuat aturan di rumah, pastikan ada ganjaran bila aturan tersebut dilanggar. Kalau anak berteriak-teriak atau melempar barang-barang, selesaikan saat itu juga. Ketika Mama tidak meluangkan waktu secara konsisten untuk menangani perilaku buruk si batita, Mama akan membuat anak hanya mematuhi aturan ketika ada yang melihatnya. Berapa kali Mama mengabaikan perilaku negatifnya karena Mama sibuk memasak, menelepon, internetan, atau mengurus pekerjaan? Matikan dulu ponsel Mama, dan atasi perilakunya. Membiarkan perilaku buruk anak berlanjut bisa seperti menanamkan perilaku tersebut seterusnya lho, Mam. Pedulilah dengan masa depan anak dengan menjadikan perbaikan perilaku itu sebagai prioritas.
Mama bisa kok, mengikuti nasihat dari ibu-ibu dan ayah lain yang sudah berpengalaman mengasuh anak batita. Seringkali perhatian dan kasih sayang, diikuti dengan pembiasaan, bisa membantu anak menjadi lebih menyenangkan dan bisa diatur. Tak ada lagi keadaan yang membuat anak jadi cranky.
Penulis | : | Dini Felicitas |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR